9. Sorry and Thank You, sis

27 2 0
                                    


Langkah demi langkah merekapun lewati, melewati setiap lorong lorong didalam kuil Marduk yang gelap. Hingga menemukan suatu ruangan yang mengisi dan dapat memenuhi harapan semua orang, baik itu Spade, Themis ataupun Anubis. Ini seperti surga bagi mereka yang sedang berada didunia bawah.

"Ruby, Sapphire, Emerald, Amethyst, Jade dan Topaz. Semua batu lengkap ada disini ini artinya kita perlu cepat cepat kembali ke Tartarus tempat dimana Ereshkigal tinggal. Anubis, bisakah kau membawa kami kembali ke Tartarus?" Spade membalikkan tubuhnya yang jakung menghadap kearah Anubis ayng sedang melihat dengan ekspresi datar.

"Maafkan saya baginda, saya hanya bisa pergi ke Tartarus sekali saja. Kesempatan itu sudah hilang karena saya pergi ke Tartarus untuk menyelamatkan kalian, maaf sekali lagi baginda." Anubis kembali menunduk. Themis dan Spade kembali bingung. Apa yang selanjutnya harus mereka lakukan? Tidak mungkin bukan jika mereka hanya diam saja?

"Tunggu! Aku tahu caranya, batu Jade seingatku adalah batu teleportasi. Mungkin ini bisa membantu," jelas Themis sembari mengambil batu Amethyst dengan berhati-hati.

"Tidak bisa, yang mulia. Yang mulia perlu izin daei sang pembuat batu Amethyst atau jika ingin memaksa menggunakannya perlu sihir yang luar biasa hebat." Penjelasan itu seakan menghilangkan segala harapan yang ada didalam pikiran mereka. Sakit rasanya jika mendengar hal ini.

"Biarkan aku yang mencoba." Spade kali ini maju. Ini hal yang amat resiko karena ia baru saja membuka kembali pintu sumber energi sihirnya. Ia pun tidak bisa mengukur seberapa banyak sihir yang harus ia gunakan.

"Spade! Jangan ambil resiko! Ini sangat berbahaya!" Peringatan itu diabaikan oleh Spade. Spade mengambil alih batu Amethyst yang awalnya berada di tangna Themis secara diam-diam. Ekspresi terkejut tercetak jelas pada muka Themis dan seakan ingin menghentikan hal ini.

Namun...

Terlambat Spade menghentikan waktu, ia seperti refleks menggunakan kekuatannya yang lain. Inilah salah satu alasan mengapa ia adalah dewa yang sangat unggul jarang sekali seorang dewa memiliki 2 sihir sekaligus.

"Maafkan aku. Biarkan aku yang berkorban kali ini dan aku mohon kalian selesaikanlah hal ini. Sekali lagi, maaf dan terima kasih." Tetesan air mata pun turun dari netra Spade. Tangannya pun mengangkat keatas bersama batu Amethyst yang berada diatas tangannya dan bersinarlah batu Amethyst begitu terang.

"Amethyst... bersinarlah dan kalahkan seluruh kegelapan. Aku mohon padamu untuk mengijinkan teman-temanku menggunakan sihir yang ada didalam dirimu. Dengan seluruh ikhlasku, aku serahkan sihirku sebagai gantinya. Selamat tinggal, diriku dan malam." Setelah hal itu, berubahlah Spade menjadi abu. Waktu pun kembali berjalan, Themis yang menyadari jika Spade sudah tidak ada hanya bisa meneteskan air matanya. Relung hatinya merasakan sakit yang luar biasa kehilangan orang yang selama ini sudah ia anggap adiknya akhirnya menghilang dan mengorbankan dirinya juga.

"SPADE!? MENGAPA KAU... mengorbankan dirimu sendiri, huh? Kau, kau bahkan belum memenuhi keinginan ibumu! Kau jahat! Meninggalkan aku disaat keadaan seperti ini! Apa kau begitu mencintai adikku sehingga kau akhirnya menyusul, huh? Spade... kumohon jika kau bertemu dengan adik-adikku, aku titip salamku ya. Selamat tinggal, adikku." Sebagai penghormatan terakhir abu yang sudah berantakan dilantai pun dibuat menjadi suatu patung Spade dan Aphrodite sebagai memori terakhir.

"Akan kulanjutkan misi ini, adikku." Themis pun mengambil batu Amethyst yang berubah menjadi berwarna ungu gelap yang semula berwarna ungu terang. Mengambil penuh hati-hati dan ikhlas karena disinilah sihir adiknya tersimpan didalam batu itu.

"Saya turut bersedih, yang mulia. Saya juga berharap padamu untuk mengalahkan Ereshkigal, Rea dan Kronos agar dunia bawah dapat terhubung dengan dunia atas kembali seperti semula," ucap Anubis penuh harap. Themis membalasnya dengan senyum gentir yang tercetak jelas pada wajahnya. Tangannya pun mengangkat batu itu sedikit lebih tinggi dan menjadikan batu itu tepat diantara mereka berdua saja.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang