18. Injury

24 2 0
                                    

Kesedihan. Hal yang paling menyebalkan, tapi sering terjadi. Entah itu karena hal kecil atau hal yang besar. Terkadang kesedihan juga dilengkapi dengan amarah ataupun rasa kehilangan, membuat kesedihan itu singgah didalam pikiran dan hati dalam jangka waktu yang panjang.

Kini seorang pria dengan wajah bengkaknya sedang duduk dengan tangannya yang tertumpu diatas lututnya. Helaan nafasnya tenang, tapi tidak dengan hatinya yang habis disambar petir bertubi-tubi. Hilang sudah semua harapan yang selama ini ia dambakan didalam kepalanya.

"Huft.. sekarang gw harus mulai darimana?" ucapnya putus asa.

Lagi-lagi ia merasa bingung dalam menghadapi keadaan. Ia tak terbiasa dalam menghadapi keadaan ini sendiri dan tanpa arah.

"Selamat datang di neraka, bodoh." Tiba -tiba sebuah suara menyapa gendang telinga Clover. Kepalanya yang tertunduk segera ditegakkan dan melihat ke sekelilingnya yang tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan ketiga temannya.

"Ck! Ilusi sialan." ucapnya dengan lirih.

"Kau bodoh sekali masih menganggap ini ilusi." Suara itu kembali terdengar. Clover kembali melihat ke arah sekelilingnya. Namun nihil tak ada siapa-siapa disana.

"Kalau ini bukan ilusi, tunjukan diri lu, sialan." Clover merasa emosi, ia mengambil batang kayu yang cukup panajng dan memicingkan matanya tajam.

"Hello.. Clover." Pria bertudung hitam muncul tepat dihadapannya. Perawakannya mengerikan, aura yang terpancar dipenuhi kegelapan.

Clover menggertak giginya, rahangnya menegang. Bersiap menerkam orang berjubah hitam yang sekarang sudah berada dihadapannya dengan senyuman miring.

"Gw gak nyangka lu bisa nemuin temen-temen lu yang gak guna ini." Pria yang memiliki tinggi hampir sama seperti Clover mengubah arah pandangnya menjadi ke arah ketiga teman Clover sedang terkapar.

Tanpa diisadari, tangan Clover tiba-tiba terikat oleh sesuatu. Tali yang mengikatnya transparan. Tubuh Clover seketika terhempas ke arah dinding gua yang terbuat dari batu tua.

"Sshh! Si-sialan!" Darah pun mengucur dari balik rambut tebal berwarna coklat itu.

Pri berjubah hitam itu membalikkan arah tubuhnya dan membuka tudung kepalanya. Wajahnya tampan nan sempurna, siapapun yang bertemu dengannya tidak akan pernah menyangka jika sebenarnya dia adalah penjahat. Tampangnya yang tampan seperti sebuah keuntungan.

"Sekarang.. kalian sudah kalah!" Pria berkulit pucat itu dengan cepat menyekik leher Clover. Dengan penuh dendam, ia menggunakan tenaga ekstra dari sebuah tangan cyborg yang dibuatnya sendiri.

Tamat sudah riwayatnya. Clover sudah tak berdaya, kepalanya yang mengucur banyak darah membuatnya pusing. Sisa tenaganya ia gunakan untuk bangkit, dan melawan pria itu dengan mengambil sebuah batu dan melemparkannya dibellakang kepala pria yang memiliki tinggi hampir sama seperti Clover.

"Sialan, ternyata lu masih hidup ya?" Tangan penuh urat itu mengusap darah yang mengalir segar dibalik kepalanya.

"GW.. gak akan biarin lu nyakitin temen temen gw!" Clover menatapnya remeh.

Tanpa babibu, pria itu mencengkram kerah Clover dan mentapnya bringas, tajam seperti hewan buas yang siap memakan mangsanya. Senyum miring terbentuk, walau wajah Clover tidak terlalu babak belur kepala Clover sangat pusing akibat kehilangan banyak darah.

Gw gak mungkin mati sekarang! Temen-temen gw blom sadar! Tapi.. gw udah gak kuat, batin Clover bergumam.

Posisinya sudaha sangat terpojok, tak ada pengawal atau bodyguard yang berada disekitarnya. Clover kali ini menyerahkan dirinya, tak kaut dengan sakit kepala dan rasa pusing pada kepalanya.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang