11. Changed Life

25 1 0
                                    

Kota Elysian sekarang menjadi kota mati tanpa adanya kehidupan. 4 tahun setelah insiden itu, para warga tidak memberanikan diri lagi untuk pulang ke Elysian dan tinggal kembali disana. Para rakyat sudah mengalami trauma berat akibat kejadian itu, apalagi anak-anak yang sudah beranjak remaja. Itu akan menjadi luka yang selamanya hinggap di jiwa mereka yang lemah.

"Kak, tapi gimana caranya kita bisa balikkin para warga ke kota ini? Kota ini sudah seperti kota mati. Kau tahu kan, kak?" Keluhan pada akhirnya terlontarkan dari mulut Themis yang sedang duduk dengan penuh putus asa. Benar, didalam ruang gelap itu mereka sedang berdiskusi mengenai masalah baru yang menimpa peradaban Elysian.

Masalah ini bukanlah masalah sepele. Ini adalah masalah jangka panjang yang akan menjadi malapetaka jika masalah ini tidak segera diselesaikan. Hiperion meremat kepalanya, semuanya kacau akibat insiden 4 tahun lalu. Ulah Belial bukanlah hanya menyakiti fisik namun mental para warga juga ikut kacau. Hingga para warga bahkan trauma untuk pulang ke kampung halaman mereka sendiri.

"Gw tahu 1 cara, tapi cara ini membutuhkan bantuan Theia," jawab Hiperion dengan nada pelan.

Hiperion kembali membuka luka lamanya yang sudah lama mengering dan terkubur. Luka itu seakan mengembalikan memori sebelum insiden 4 tahun lalu itu terjadi. Dimana terdapat 1 momen ketika Hiperion baru saja beranjak dewasa ia diajak oleh Theia menuju suatu taman di istana. Mereka disana bersenang-senang seperti anak remaja pada umumnya, mungkin juga dari sanalah percikan cinta muncul dari hati Hiperion dan Theia.

"Kali ini aku menyerah, maafkan aku tapi aku lelah dengan semua ini," ucap Themis dan Thetis bersamaan.

Themis dan Thetis sebenarnya adalah anak kembar. Mengapa mereka bisa disebut anak kembar padahal wajah mereka berbeda jauh? dikarenakan saat ibu mereka, yaitu Gaia melahirkan Themis dan Thetis sihir mereka berdua terhubung antara 1 sama lain. Dikarenakan hal itu sampai sekarang Themis dan Thetis disebut anak terberkati akibat mereka adalah anak kembar.

"Kuharap kau bisa menemukan solusinya, kak." Thetis pun memilih meninggalkan ruangan itu dan meninggalkan Hiperion yang semakin merasa putus asa.

"Cih, pecundang."

Langkah pria itupun terhenti ketika ia tiba disuatu bangunan tua. Rumput-rumput liar sudah menjalar diantara bangunan tua itu. Pintu gerbangnya sudah berkarat. Langkah besar pria itu membawanya menuju suatu ruangan yang disana terdapat beberapa obat-obatan tradisional tergeletak begitu saja.

Bangunan tua itu adalah bangunan rahasia yang digunakan untuk melakukan eksprimen rahasia yang mengorbankan banyak rakyat tak bersalah. Tanpa diketahui warga kota lainnya kebusukan Kronos yang lain yaitu memanfaatkan warga kecil yang tidak berdaya sebagai bahan eksperimen secara paksa. Perbuatan Kronos itulah yang membuat Hiperion merasa malu memiliki saudara seperti Kronos ini.

"Gýrna píso.. kai éla esý.. A-res..." (Kembalilah.. dan datanglah kamu.. A-res...)

Dewa Ares, adalah dewa peperangan yang menjadi salah satu kontrak jiwa Hiperion yang paling setia. Ia adalah dewa yang memimpin segala hal yang mengenai perang, namun ia juga sudah lama bekerja sebagai seorang penasehat.

"Hah.. akhirnya lu manggil gw lagi. Lu tahu kagak selama lu gak manggil gw selama ini gw ngerasa gak guna banget cok." Bawelan itu seperti sebagai kata pembuka untuk pembicaraan yang seharusnya bersifat serius dikarenakan raut wajah Hiperion saja sudah menggambarkan jika hari ini dia datang ke tempat menyeramkan itu untuk bertanya dengan penasehat kesayangannya itu.

"Udah udah penyakit bawel lu jangan kambuh dulu. Gw mau serius dulu," tegur Hiperion dengan nada pelan namun terkesan mengitimidasi.

Hiperion pun duduk disuatu tempat tidur bekas yang sudah kotor dan penuh debu. Kepalanya tertunduk, seperti memikirkan sesuatu yang terus menerus mengganggu pikirannya selama ini.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang