19. Sorry and Memory

25 2 0
                                        

Segala hal yang mengelilinginya berubah menjadi kenangan. Rasa sayang dan cinta yang pernah dialaminya berubah hanya menjadi sebuah kenangan yang dapat terlupakan.

Beberapa kenangan terkadang tak selamanya dapat singgah didalam otak, selain kenangan itu adalah kenangan yang paling bahagia dan kenangan yang paling pahit.

Tapi.. bagaimana jika segala kenangan yang terukir adalah kenangan yang paling membahagiakan dan kenangan yang paling pahit?

Rasa bahagia dan kepahitan yang mengukir hidup seseorang memiliki takarannya masing-masing disetiap orang. Ada yang bahagia karena bisa merayakan ulang tahunnya bersama keluarga, ada juga orang yang  bahagia tiap berbelanja tas branded atau ada juga orang yang sudah bahagia ketika berhasil merebus air.

Tapi kali ini kenangan bahagia itu seakan pupus dari pikiran seorang ayah. Seorang ayah sekaligus  beperan menjadi sosok ibu yang sudah lama tak hadir didalam hidup sang anak. Kenangan bahagia itu pupus dikarenakan sebuah kejadian membuatnya jatuh dan mengalami kesedihan berkali-kali lipat lebih sakit daripada kehilangan seluruh hartanya.

"Gak, gak.. ini gak mungkin kan? Ayah mohon, tolong jangan tinggalkan ayah, nak." Air matanya berlinang deras membasahi wajahnya yang sudah berkerut akibat usia.

"Nak, bangun, nak. Ayah janji gak akan paksa kamu buat mimpin Aelivory. Maaf selama ini ayah salah, ayah selalu nuntut kamu jadi sempurna, maaf selama ini ayah gak bisa jadi orang tua yang baik. Maaf, maafkan ayah.." Tak ada sahutan sama sekali. Suara yang semula bergetar dan bergema terhenti dikarenakan air matanya yang amat berlinang deras. Tangannya bergetar, menyingkirkan rambut sang anak dan mengusap kepala sang anak lembut untuk pertama kalinya.

"Nak.. jawab papa. JAWAB NAK!!!" Teriak sang ayah berusaha menyadarkan sang anak sambil menggoyangkan tubuh sang anak yang lemas tak berdaya.

Tangan Clover jatuh. Sebuah cahaya muncul diatas Clover. Cahaya berwarna hijau itu membuat tubuh Clover perlahan terangkat keatas dan cahaya itu berubah menjadi cahaya yang meraup seluruh tubuh Clover. Sang ayah terkejut tak main-main, ini adalah suatu hal asing. Karena didunia penuh realita ini tak ada yang namanya sihir. Itu hanyalah hal fiksi, tidak mungkin ada yang percaya akan sihir.

Waktu terasa cepat, hingga cahaya itu meredup dan tubuh Clover sudah bisa berdiri tegap tanpa luka sedikitpun. Sang ayah segera merubah posisi yang awalnya berlutut menjadi berdiri tegap. Matanya sendu seolah meminta pengampunan kepada sang anak.

"Maafkan a-"

"Aku udah maafin ayah." Clover memeluk sang ayah. Senyum ayahnya mengembang dan membalas pelukan itu dengan usapan lembut pada punggung sang anak.

Hening selama beberapa menit. Menikmati ketenangan beberapa saat sebelum suara berat itu datang lagi. Kali ini dari belakng Clover sosok itu menyandarkan tubuhnya sambil melipt tangannya tepat pada dadanya.

"Ck ck, sudah selesai kalian berpelukan seperti itu? Kalau udah, lawan gw sekarang." Jentikkan tangan itu membawa mereka kedalam ilusi dimana mereka bertiga berada di gurun pasir.

"Nantangin ya? Okey! Gw terima tantangan lu tapi sebagai gantinya lu harus tobat, Black Mamba setan!"

Sebagai pembuka, Clover menjentikkan jarinya mengeluarkan sang ayah dari ilusi ini. Black mamba sudah terlalu haus akan keserakahannya, ia berlari secepat kilat bersama pedang berwarna hitamnya berusaha membuat pertarungan menjadi sesingkat mungkin.

"Halah kalah cepet lu, setan!" Clover berlari layaknya ninja dan menggores pipi Black Mamba.

Black Mamba sedikit termundur, lantas kembali berlri secepat kilat menghempaskan Clover dengan sihir api gelapnya.

Shit! Sial, dia menguasai sihir terlarang!

"Kenapa kau diam saja, Clover? Apa kau sudah menye-"

"Gw gak nyerah sama sekali! Lu pikir gunain sihir terlarang bisa ngalahin gw? Cuih, mimpi aja terus!" Clover mencekat kerah pakaian Black Mamba. Pria itu tertawa, kepalanya menengok kearah atas dan kembali menatap Clover dengan remeh.

"Tapi maaf nih. Lu juga mimpi bisa ngalahin gw! Karena sekarang lu.. MATI." Sebuah pedang datang dari arah belakang Clover dengan kecepatan secepat kilat.

"Gak semudah itu lu nyakitin dia, bego!" Suara wanita terdengar jelas dalam gendang telinga mereka.

Pedang itu nyaris menyentuh tubuh Clover namun terhenti akibat sihir wanita itu. Clover menengok kearah belakang dan menangkap 1 sosok yang amat tak asing baginya.

Aeri?

Benar, wanita itu adalah Aeri. Clover amat bersyukur kali ini nyawanya selamat untuk kedua kalinya. Ia sangat ingin berterimakasih kepada wanita itu, tapi gengsi membuatnya sulit untuk melakukannya.

"Baiklah, karena lu udah nguasain sihir terlarang gimana kalau sekarang kita 2 lawan 1?" Aeri mengambil pedang itu dan menghancurnya sekejap mata.

Langkahnya tergerak menghampiri Balck Mamba yang sedang terdiam tak berkutik. Kini rasa takut menghampirinya. Ia takut tak bisa mengalahkan mereka berdua, tapi bagaimana lagi? perang sudah resmi ditegakkan secara resmi sekarang.

"O-ok! Gw terima tantangan lu! Lu berdua cuman serpihan debu yang menghalangi jalan gw." Black Mamba dengan amarahnya yang sudah meggebu-gebu ia menyerang mereka dan mengerahkan seluruh tenaganya.

"Clover lu ke arah Barat biar gw kepung dibagian Utara, cepat!!!" Clover mengangguk segera berlari kearah Barat. Sesuai dugaan Black Mamba terhempas ke arah Barat, dan sebagai seseorang surprise attack meluncurkan serangan selanjutnya.

"Sialan!" Black Mamba kembali bangkit. Berlari kearah Aeri yang sedang menatapnya tajam tak jauh dari posisinya.

"Eits! Gak semudah itu nangkep gw, bego!" Tak sengaja Aeri mengaktifkan mode menjadi dewi. Sebuah bulan terbentuk diatas kepalanya sebagai hiasan kepalanya. Tubuhnya melayang.

Cahaya menghiasi tubuhnya dan matanya berubah menjadi putih. Clover tentu terkejut, saking tak percayanya Aeri bisa menjadi secantik ini membuatnya terdiam beberapa saat dan tanpa sadar Black Mamba berusaha menyerangnya dengan melempar pedang itu secepat kilat untuk kedia kalinya. Tapi gagal akibat seorang pria menghadangnya dengan tatapan tajam nan pisau.

"Sialan! Gw kira lu udah mati. Ternyata.. gw terlalu remehin lu ya." Black Mamba mengangkat senyum miring. Tapi kali ini berbeda, senyum miring ini lebih kearah miris daripada meremehkan.

"Siapa juga yang bisa bunuh makhluk abadi?"

"A-apa ma-maksudmu?"

"Daripada banyak bacot, gimana kalau kita rematch? 3 tahun lalu lu udah kalah untuk kedua kalinya. Jadi kali ini, untuk ketiga kalinya lu akan kalah. Karena lu udah gak sekuat dulu." Diamond menghampirinya dan mencekiknya kuat-kuat.

"Uhuk! Uhuk! Sialan lu udah curi start ya, sialan!"

"Maaf, tapi gimana nasi udah jadi bubur. Gw kasih pilihan, lanjut atau nyerah udah gitu doang opsinya sekarang."

"Gw gak akan nyerah sialan!"

Gw kembali tapi sebagai Jendral Evarns. Bukan lagi sosok Diamond. Dia sudah mati, dan Jendral Evarns sudah menyatakan jika ia hidup kembali. Jadi berhati-hatilah kau, setan!

[]

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang