Rico berdecak kesal memandang gadis di depannya ini yang dengan lahapnya memakan sate, siapa lagi gadis tersebut kalau bukan Zora, tadi jam tujuh malam Zora ke rumah Rico, dia memaksa Rico untuk mengantarkannya memakan sate."Kalau bukan paksaan bunda, males gue nganter lo!" Iya dibikin kesal juga sama bundanya, bundanya itu mengancamnya jika dia tidak mengantar Zora, motor kesayangannya itu bakalan di jual.
"Mang! Tambah sepuluh tusuk!"
"Siap neng!"
Rico menggelengkan kepalanya, apa katanya tadi? Sepuluh tusuk? Ia memicingkan matanya seraya menghitung tusuk sate yang dagingnya udah dimakan oleh gadis di depannya ini. "Dua puluh tambah sepuluh sama dengan tiga puluh," gumamnya.
"Kenapa Rico? Kamu mau tiga puluh tusuk sate?" Tanya Zora saat mendengar gumaman Rico.
Rico berdecak kesal. "Nggak,"
Zora kembali melanjutkan makan sate nya saat mamang sate tersebut memberikan pesanannya. "Rico, kamu nggak lupa kan ya kalau sate ayam ini makanan kesukaan aku?" Tanya Zora tanpa menghentikan sedikitpun memakan sate nya.
Rico yang sedang bermain ponselnya pun menatap Zora. "Nggak perduli," jawabnya, setelah itu kembali memainkan ponselnya.
Rico berdiri dan memilih tempat duduk yang agak jauhan dari Zora, Zora menatap Rico sekilas, lalu dirinya kembali melanjutkan makan sate nya.
"Eh neng cantik sendirian aja," seorang pria seumuran dengannya segera duduk di hadapan Zora.
"Sabi nih kenalan," temannya pria tersebut duduk di samping Zora.
"Pergi deh, ganggu pemandangan aja deh kalian,"
"Yang galak-galak begini nih gue demen," ujar pria disamping Zora.
Pria yang duduk di samping Zora pun mengangkat tangannya dan berniat mengelus rambut Zora, namun tangannya di pelintir ke belakang oleh seseorang.
Zora tersenyum melihat orang yang memelintir tangan pria tersebut.
"Nggak usah gangguin!" Ujar Rico setelah melepaskan tangan pria tersebut.
"Lo siapa hah? Pacarnya?"
Rico diam tidak menjawab, Zora terlihat kesal, dia pun berdiri dari duduknya, dan menghampiri Rico, setelah itu dia menggandeng tangan Rico. "Dia tunangan gue!"
Kedua pria tersebut terdiam, dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Zora menuntun Rico. "Ayok pulang, aku udah selesai makannya,"
Saat keduanya mulai berjalan menghampiri motor, tiba-tiba saja langkah mereka terhenti karena suara seseorang.
"Neng! Bayar dulu satenya!"
Zora menepuk jidatnya, ingin sekali ia menghilang dari sini, kedua pria yang tadi menggoda nya pun tertawa sambil melihat Zora, sementara Rico berusaha untuk tidak tertawa saat melihat tingkah Zora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...