"Ata... oy!"
Ata berdecak kesal, sedari tadi kembarannya ini terus saja memanggil-manggil namanya, ingin sekali ia melempar laptop yang sedang ia mainkan ini ke muka Zora, namun ia urungkan, karena itu merupakan laptop kesayangannya.
Tuk
Zora melempar kulit kacang di wajah Ata. "Ata oy!"
Ata berdecak kesal, ia bangkit berdiri dari sofa dan menatap tajam Zora yang duduk di depannya. "Diem atau gue bunuh?!"
Zora bergidik ngeri, namun sedetik kemudian dia menyeringai. "Gue bunuh balik lo!"
Ata kembali mendudukkan tubuhnya di sofa, kemudian matanya kembali fokus menatap laptop yang menampilkan film seorang anak kecil berbaju pink bernama Marsha, dan sesekor beruang gede bernama Mischa.
"Lo benci banget ya Ta sama gue?" Tanya Zora.
Ata menganggukan kepalanya dengan cepat. "Sama sikap lo,"
Zora menatap Ata dengan tatapan senduh, Ata yang melihatnya pun merasa ibah. "Makannya lo jangan jadi murahan,"
Zora terkekeh, ia berdiri dan duduk di sebelah Ata. "Gue nggak perduli ata! Lagipula di benci sama lo bukanlah penentu gue masuk surga atau tidak!" Setelah berteriak seperti itu tepat di telinga sang kembaran, Zora langsung berdiri dan lari menaiki tangga sebelum dirinya mendapat amukan dari kembarannya itu.
Ata terlonjak kaget saat mendengar teriakkan Zora. Ia menatap tajam Zora yang sedang berlari menaiki tangga. "Sialan lo Zora!" Teriaknya tak kalah kencang, namun setelah itu ia kembali melanjutkan aksi menontonnya.
Harvest menatap seorang pria di depannya yang saat ini sedang memetik senar gitarnya, dia menunggu lagu yang akan di mainkan oleh pria tersebut.
"Abg tua! Tingkah mu semakin gila! Tak perduli apa yang kau rasa! Tak perduli anak bininya di rumah! Rayu--"
Dugh
Harvest melempar botol minum yang tadi ia pegang ke hadapan pria itu.
"Apaan sih lo?!" Pria itu menatap tajam Harvest.
"Vernan sialan!" Harvest menggelengkan kepalanya tak disangka jika kakaknya itu akan bernyanyi lagu seperti itu.
Ngomong-ngomong pria itu adalah Vernan Airlangga Balendra usianya tiga tahun lebih tua dari Harvest, pria tampan yang sering sekali memakai pakaian seperti brandal.
"Ngomong-ngomong gebetan lo cantik juga ya," ujar Vernan saat membayangkan kembali wajah gebetan sang adik, yang tak lain adalah Zora.
"Hmm,"
"Tapi kayaknya dia nggak suka dah sama lo,"
Harvest memutar bola matanya malas. "Lo bukan tuhan,"
Vernan menganggukkan kepalanya. "Iya, kan gue ini kakaknya elo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...