Dari kejauhan Zora menatap Rico yang sedang bermain basket, senyum Zora terbit saat pria itu berhasil memasukkan bola basket tersebut kedalam ring.
"Yeeay Rico hebat!"
"Kelas 12-1 memang the best!"
"Go! Go! Go! Masukkan lagi!"
Zora tersenyum saat mendengar teriakkan-teriakkan penonton yang berada di kursi penonton.
Pertandingan selesai, kalau biasanya Zora segera memasuki area lapangan untuk memberikan minuman untuk Rico, namun kali ini tidak, tatapannya sendu saat melihat Rea yang masuk kedalam lapangan dan memberikan minum untuk Rico.
"Kamu kalau aku yang kasih minum, kamu nggak pernah nerima," ujarnya saat melihat Rico menerima minuman tersebut.
Mata dia memanas saat melihat Rea yang dengan telatennya mengelap keringat yang membasahi wajah Rico. "Aku nggak pernah seperti itu," lirihnya.
"Zora nggak bawa minuman?" Tanya Nauval, tadi dia berlari keluar dari lapangan basket dan menghampiri Zora yang berdiri di pinggir lapangan basket.
"Nggak," jawab Zora sekenannya.
Nauval tersenyum kikuk. "Mau ke kantin bareng gue?" Tanyanya.
"Kenapa lo baik?" Tanya Zora to the point.
"Gue dari dulu juga baik sayang.." Nauval mengelus puncak kepala Zora.
"Ekhem!" Harvest berdehem keras setelah dirinya berdiri di samping Nauval.
"Lo batuk?" Tanya Nauval, menatap heran Harvest.
"Lo mau jadiin Zora pacar yang ke berapa?" Tanya Harvest penuh selidik.
Nauval terkekeh geli, sepertinya sahabatnya ini cemburu dengan nya, pikirnya. "Kalau buat Zora sih gue mau jadiin dia pacar satu-satunya di hidup gue," Harvest langsung mengeraskan rahangnya saat mendengar jawaban Nauval.
Zora memutar bola matanya malas. "Kalian nggak jelas," ia pun pergi berlalu.
"Ucapan lo serius?" Tanya Harvest.
Nauval membuang napasnya pelan. "Kalaupun serius juga, nggak bakalan mau Zora sama gue," jawabnya jujur.
Harvest menepuk pundak Nauval. "Bagus, sadar diri juga lo," setelah itu ia pun pergi berlalu.
"Sialan lo Harvest," cibir Nauval.
Zora berjalan memasuki kelasnya, entah kebetulan atau apa di kelas hanya ada Rico yang sudah duduk manis di kursi pria itu.
Zora pun duduk disamping Rico, bukan tanpa alasan, karena memang tempat duduknya ya di sebelah pria itu.
"Sebenarnya gue malas tanya ini lagi, kapan lo akhirin pertunangan kita?" Rico menatap Zora yang duduk disampingnya.
"Kamu mau aku bertahan atau pergi?"
"Pergi dan nggak usah kembali,"
Zora langsung menatap nanar pria disampingnya itu, namun dengan segera ia kembali menatap kosong kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...