021

106 14 10
                                    

Zora berdecak kesal , lagi-lagi darah itu keluar dari hidungnya, dengan telaten ia membersihkan hidung nya itu dengan tissue yang selalu ia kantongi di seragam sekolahnya, setelah itu ia membasuh kedua tangannya dengan air yang ada di wastafel toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zora berdecak kesal , lagi-lagi darah itu keluar dari hidungnya, dengan telaten ia membersihkan hidung nya itu dengan tissue yang selalu ia kantongi di seragam sekolahnya, setelah itu ia membasuh kedua tangannya dengan air yang ada di wastafel toilet.

"Zora? Muka lo pucat banget,"

Zora membalikkan badannya dan dia tersenyum tipis menanggapi ucapan Rea.

"Lo sakit?" Tanya Rea, dengan tatapan khawatirnya.

Zora menggelengkan kepalanya, namun tiba-tiba saja rasa pusing kembali menghantamnya, secara tidak sengaja, dia terjatuh dan menabrak tubuh Rea, Rea yang tidak bisa menahan tubuh Zora pun akhirnya dia terjatuh tertimpa tubuh Zora, bukan hanya itu, kepala belakang Rea menghantam lantai dengan keras, sehingga kesadaran Rea hilang.

Zora bangun dan dia mencoba untuk membangunkan Rea. "Rea?" Zora menepuk pelan pipi Rea.

"Zora! Apa yang lo lakukan?" Rico yang tadi berada di depan toilet wanita, dia langsung masuk ke toilet tersebut saat mendengar suara Zora yang memanggil nama Rea.

Rico langsung mendorong tubuh Zora, ia segera membopong tubuh Rea. "Bangsat lo Zora!" Ia pun pergi meninggalkan Zora.

Zora tersenyum pedih ia pun berdiri dan berjalan menuju cermin, Zora  menatap dirinya di pantulan cermin. "Penyakit lemah," lirihnya, setelah itu ia keluar dari toilet tersebut.


Pandangan-pandangan tidak suka secara terang-terangan Zora dapatkan, mungkin mereka sudah tahu kejadian dirinya dan Rea saat di toilet tadi.

"Playing victim,"

"Bener, padahal yang pingsan Rea, tapi dia lemas banget,"

"Lagi cari pembelaan aja sih,"

"Najis sumpah, sampah sekolah,"

"Mentang-mentang anak orang kaya, jadi semena-mena,"

Tap

Bisikan-bisikan tersebut sudah tidak terdengar lagi di telinga Zora, yang Zora dengarkan ialah sebuah lagu milik pamungkas yang berjudul to the Bone.

Zora menatap pria yang berdiri disampingnya. "Gue nggak bisa menutup mulut mereka satu persatu, gue hanya bisa nutup telinga lo, supaya tidak mendengarkan bisikan-bisikan setan seperti mereka," setelah mengatakan hal seperti itu, Harvest pun pergi berlalu.

Zora tersenyum tipis seraya menatap kepergian Harvest, ia pun melanjutkan langkahnya dengan kedua telinga yang terpasang earphone milik Harvest. "Makasih Harvest," gumamnya.


"Aku nggak apa-apa Rico,"

"Zora ngelakuin apa aja sama kamu?" Tanya Rico.

Rea terdiam, dia mencoba mengingat kejadian tadi, tapi sungguh dia benar-benar lupa. Ia pun hanya membalas dengan gelengan kepalanya.

"Rea? Kamu tahu kan kalau aku khawatir banget sama kamu?"

Rea tersenyum manis. "Aku sayang kamu Rico,"

Bertahan atau pergi(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang