Rea berjalan menghampiri kelima pria yang sedang duduk di kursi kantin seraya memakan makanan mereka masing-masing.
Brak
Nauval terlonjak kaget. "Ada apa sih sayang?" Tanyanya dengan senyum manisnya.
"Mau gumoh gue," Rea berlagak akan muntah.
"Lo ngapain datang-datang pukul meja?" Ata menatap tidak suka kearah Rea.
Rea berdecak kesal. "Zora kemana?" Rea menatap mereka berlima secara bergantian.
"Lagi nemenin Bianca keliling sekolah," jawab Daniel.
Rea berdecak kesal, tanpa sepatah katapun ia pergi begitu saja.
"Kayaknya tuh anak punya dendam kesumat deh sama Bianca," tebak Ata saat melihat ekspresi Rea tadi.
"Dia kan emang gitu, nggak suka sama orang baru, lama-kelamaan juga dia baik sama Bianca," ujar Rico.
"Lo kayaknya tahu betul tentang Rea?" Daniel menatap Rico dengan tatapan penasaran.
"Nggak begitu banyak," setelah itu Rico kembali melanjutkan makannya.
"Ini perpustakaan, sebelah nya lagi tempat laboratorium,"
Bianca menganggukkan kepalanya. "Oke gue hapal semua wilayah-wilayah yang ada di sekolah ini,"
"Zora!"
Keduanya langsung terkejut saat mendengar teriakkan yang begitu menggema.
Rea membuang napasnya pelan. "Gue nyari lo dari tadi Ra, eh taunya lo sama dia," Rea menunjuk wajah Bianca dengan jari telunjuknya.
Bianca berdehem. "Gue punya nama, kalau lo lupa nama gue Bianca,"
"Halah bodoh amat, yuk Ra ke kantin," Rea langsung menarik tangan Zora dan meninggalkan Bianca.
Bianca berdecih seraya menatap mereka berdua yang mulai menjauh. "Topeng nya tebal banget," cibirnya, setelah itu ia memilih untuk menuju ke kelasnya.
Sepulang sekolah Rico dan Zora mengelilingi mall yang ada di ibu kota. Kini mereka berjalan dengan Rico yang berada di depan Zora.
"Rico tungguin!" Zora berlari kecil agar dirinya berada di sebelah pria itu. Namun semakin Zora mengejarnya, dan Rico semakin mempercepat langkahnya.
"Rico!" Zora terus berlari tanpa melihat sekitar.
Bruk
Zora menabrak wanita yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Mbak punya mata kan?" Tanya wanita itu seraya menatap Zora dengan tatapan intens.
"Maaf mba, maaf!" Zora pun kembali melanjutkan langkahnya.
Zora menghembuskan napasnya pelan, setelah dirinya berhasil berjalan di sebelah Rico. "Tadi aku tabrakan sama ibu-ibu," Zora mulai bercerita.
"Owh," Rico sama sekali tidak berminat dengan cerita wanita yang saat ini sedang berjalan di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...