Zora menatap dirinya di depan cermin. "Gue cantik, tapi kenapa Rico belum jatuh cinta aja sih sama gue?" Kemudian dia memoleskan liptint warna peach ke bibir tipisnya.
"Selamat pagi family nya Zora!" Zora langsung duduk di sebelah Ata.
"Pagi sayang," jawab mamah dan papah Zora serempak, sementara Ata hanya melirik Zora dari ekor matanya.
Keempat nya pun memulai sarapannya.
"Zora?"
"Iya pah kenapa?" Tanya Zora seraya mengelap sisa makanan di bibirnya dengan tissue.
"Pak Safir lagi pulang kampung, jadi untuk sementara kamu berangkat bareng Ata ya?"
"Nggak mau!" Bukan Zora yang menjawab, melainkan Ata.
Zora berdecak kesal. "kenapa sih lo benci banget sama gue?"
"Karena lo murahan!" Jawab Ata dengan entengnya.
Brak
Artha memukul meja saat mendengar perkataan putranya itu. "Jaga ucapan kamu Ata!" Seraya menunjuk Ata dengan jari telunjuknya.
Adistia mengelus pundak suaminya. "Sabar ya pah," ujarnya mencoba menenangkan suaminya itu.
Ata memutar bola matanya malas, dia malas jika sudah ribut seperti ini. "Gue tunggu lo di depan," ujarnya, setelah menyalami tangan kedua orang tuanya, Ata pergi berlalu.
Zora pun menyalami tangan kedua orang tuanya. "Zora pamit!"
Zora langsung duduk di motor Ata, sebelum itu, dirinya mengambil sweater hitam dari tas nya untuk menutupi kakinya.
Ata menatap Zora dari kaca spionnya, ia pun langsung memakai helm nya, kemudian melajukan motornya.
Motor Ata sudah sampai di halaman sekolah, Zora pun langsung turun dan berlari menghampiri Rico, saat melihat pria itu yang akan memasuki sekolah.
Ata yang melihat itu, ia berdecak kesal. "Murah," cibirnya, dan berjalan pelan mengikuti langkah Zora.
"Rico!"
Bruk
Zora terjatuh karena menginjak tali sepatunya, Rico berhenti dan memutar badannya, ia berdecak seraya menghampiri Zora. "Bangun," Rico mengulurkan tangannya.
Zora langsung menggapai tangan Rico, dan ia pun segera berdiri. "Makasih Rico nya Zora," ujarnya seraya tersenyum berbinar.
Rico langsung melepas tangan Zora yang tadi memegang tangannya. "Nggak usah ngelunjak," setelah itu dirinya kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Zora.
Zora mengerucutkan bibirnya. "Untung tunangan sendiri," gumamnya.
Ata menatap Zora. "Makannya hati-hati, karma sih buat lo, karena terlalu murah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...