"Lo kuat banget ya Ra, padahal udah berkali-kali dihantam batu tapi lo masih nekat aja bertahan," Nauval menatap Zora yang saat ini sedang membaca buku di perpustakaan.
Para guru sedang ada rapat, Nauval pun hendak pergi ke ruangan laboratorium untuk mengambil sesuatu, namun saat melewati perpustakaan ia melihat Zora yang sedang membaca buku, ia pun akhirnya memilih untuk menghampiri gadis itu.
"Nggak usah ganggu bisa kan?" Zora tak menatap Nauval barang sedikitpun, tatapannya masih fokus pada buku novel yang dirinya sedang baca.
"Dihianati sahabat sendiri, sakit banget sih kalau gue jadi lo," Nauval pun duduk di sebelah Zora.
Mendengar ucapan Nauval, Zora segera menutup bukunya, kemudian menatap datar Nauval. "Tahu darimana lo?" Tanyanya penuh selidik.
"Saat pertama kali lo mergokin mereka berselingkuh, ditaman belakang sekolah," jawabnya dengan santai.
"Kalau sampai berita perselingkuhan mereka tersebar, lo orang pertama yang jadi tersangka,"
Nauval berdecak kesal. "Kenapa lo nggak mau hal itu terjadi?"
"Gue nggak mau Rico tambah marah sama gue," jawabnya.
"Lo bodoh Zora, cinta lo terhadap Rico membuat lo jadi bodoh begini?"
"Terserah, lebih baik lo diam saja,"
"Walaupun gue suka mainin cewek, tapi kalau cewek itu udah ada ikatan sama gue, gue nggak akan mainin cewek, tapi Rico?"
"Gue tahu, udah diam aja lo nggak usah banyak tingkah,"
Nauval memutar tubuhnya sehingga dia bertatap muka dengan Zora, Nauval memegang kedua tangan Zora. "Ra, hidup ini seperti embun yang hanya sebentar, kemudian menghilang, dan dilupakan orang. Maka tidak ada yang perlu di kejar mati-matian," ujar Nauval dengan senyuman tulusnya.
Zora masih mencerna ucapan Nauval, detik berikutnya ia langsung melepaskan kedua tangan Nauval yang tadi memegang kedua tangannya. "Jangan terlalu jauh buat masuk ke kehidupan gue Val," lirihnya.
Nauval tersenyum simpul. "Semua hal yang diawali dengan keterpaksaan, endingnya bakal sia-sia, gue mohon pertimbangkan lagi perkataan gue, jika memang dia udah ditakdirkan buat lo, dia bakalan kembali, lo nggak usah memaksakan sesuatu yang belum tentu akan jadi milik lo," Nauval menepuk pundak Zora, setelah itu ia pergi berlalu.
Zora sakit, badannya demam tinggi, bahkan gadis itu sudah menutup tubuhnya dengan selimut tebal berwarna biru langit kesukaannya.
"Kalau gue sakit begini, gimana gue mau merjuangin hubungan gue sama Rico?" Lirihnya.
Cklek
"Ke rumah sakit aja ya sayang, tadi Ata sudah berangkat sekolah, dia juga sudah izinin ke guru wali kelas, kalau kamu lagi sakit,"
"Zora mau tidur aja mah,"
Adistia mengelus kepala Zora. "Iya, tapi sarapan dulu, terus ke rumah sakit,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan atau pergi(END)
Teen FictionTentang sebuah paksaan yang berakhir duka. Sebanyak apapun berjuang, jika tidak dihargai semuanya akan sia-sia. Skenario Tuhan jauh lebih indah dari apapun! Jangan mencoba untuk merubah takdir yang belum tentu itu yang terbaik untuk kita. Sejatinya...