026

93 15 11
                                    

"Maaf ya bun, lagi-lagi Rico ngerepotin bunda lagi," ujar Rico

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf ya bun, lagi-lagi Rico ngerepotin bunda lagi," ujar Rico.

Rani berjalan dengan menuntun Rico yang sedang berjalan di sebelahnya dengan bantuan tongkat yang berada di tangan kanannya.

"Iya sayang, ini udah menjadi kewajiban bunda,"

"Kasihan ya pasien yang bernama Zora, penyakitnya sangat parah,"

Rico menghentikan langkahnya saat mendengar nama yang tidak asing terdengar di telinganya.

"Bun? Siapa yang sedang sebut nama Zora?" Tanya Rico.

Rani belum menjawab pertanyaan putranya, dia berjalan menghampiri kedua suster itu, Rico menggerakkan tangan kirinya, berusaha mencari keberadaan bundanya, namun tidak ia temukan, dengan instingnya ia pun berjalan kedepan dibantu tongkat yang ia arahkan sebagai petunjuk jalan.

"Maaf sus, Zora siapa?"

Rico menghentikan langkahnya saat mendengar suara mamahnya.

"Auzora Amberley Aerglo, gadis yang saat ini sedang berjuang melawan penyakit leukemia limfostik akut," terang sang suster.

Sementara suster di sebelahnya langsung menyenggol suster tersebut. "Ini privasi loh, suster sandrina,"

Suster Alicia pun langsung membekap mulutnya. "Maaf saya keceplosan, suster Agnes,"

"Kalau begitu, kami berdua permisi," kedua suster tersebut langsung pergi berlalu.

Rani langsung memutar tubuhnya, ia menatap terkejut Rico yang saat ini berdiri di belakangnya dengan tatapan kosong, ia pun segera menghampiri putranya. "Rico?"

"Tad tadi Rico nggak sal salah dengar kan bun?" Tanyanya terbata-bata.

Rani mengusap pipinya yang basah akibat air matanya yang tadi turun karena mengetahui keadaan calon mantunya itu. "Sayang?"

"Rico buta, bukan tuli, tapi Rico berharap tadi Rico cuman salah dengar!" Tak disangka air mata Rico juga turun begitu saja. Walaupun Rico membenci Zora, tak dibisa dipungkiri juga jika dalam hatinya ada rasa cinta untuk Zora.

"Rico mau ketemu Zora!" Rani pun menuntun Rico untuk mencari ruangan Zora dirawat.


Tidak ada kata berhenti, Ata masih saja melempar gelas kaca yang ada di dekatnya secara asal.

Prang
Prang
Prang

Nauval langsung menarik tangan Daniel saat gelas kaca tersebut hendak mengenai kepala pria itu.

Prang

"Jangan disitu blok! Lo mau kepala lo jadi korban kemarahan Ata?" Daniel segera menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Nauval.

"Udah!" Dengan tatapan dinginnya Harvest segera memegang tangan Ata yang hendak melempar gelas kaca tersebut.

"Gue nggak berguna," lirih Ata ia menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di basecamp.

Bertahan atau pergi(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang