28 - Perahu Kertas Pembawa Harapan

27 2 0
                                    

“Bersamamu, membuatku mengerti apa artinya menyukai seseorang hingga takut untuk kehilangan.”

Kristian Alexandru Efendi.

Happy Reading


Ravanav memperhatikan pepohonan yang mengelilingi area camping, bibirnya tersenyum lebar melihat bagaimana cara daun bergoyang karena angin, sangat indah bagi Ravanav. Apalagi latar belakang pohon yang ia lihat langsung menunjukkan birunya langit. Menambah kesan sempurna di mata di  gadis kasar itu.

Perlahan Ravanav menutup mata, menikmati angin yang menerpa wajahnya juga aroma pepohonan yang menyejukkan hati. Ravanav benar-benar harus mengucapkan terimakasih pada Kavin karena sudah memberi hadiah yang sangat berharga pada dirinya.

"Oi, Cabe!"

Ravanav membuka mata saat ada orang yang memanggilnya, tanpa melihatpun. Ravanav tau siapa yang memanggilnya dengan sebutan kurang ajar begitu.

"Paan?" Ravanav mengeser tubuhnya saat Kris mengambil duduk di sebelahnya, parfum khas seorang Kris langsung menyeruak ke dalam hidung Ravanav. Parfum yang entah sejak kapan Ravanav menyukainya.

"Fabian kemana? Perasaan dari pas sampek kesini, kalian nempel mulu kek perangko." Ada nada sindiran dalam ucapan Kris. Namun, Ravanav tidak peka dalam nada sindiran itu.

"Pergi, ada urusan sama anggota Organisasi." 

Kris mengangguk, lalu melihat kearah depan, lebih tepatnya melihat ke arah Nathan dan Keano yang sedang bermesraan dengan pacar mereka. Wajah songong dua orang itu membuat Kris muak dan rasanya ingin mengumpat.

Apalagi melihat wajah menyebalkan milik Keano, ingatkan saja agar Kris tidak khilaf membuang dua orang sialan itu ke hutan saat malam hari.

"Be, ikut gue ayok. Mau ajak lo ke suatu tempat, nih."

Ravanav mengangkat alis sebelah saat menoleh kearah cowok berwajah ketus itu, matanya memicing penuh curiga yang dibalas tatapan malas dari Kris. "Kemana? Jangan aneh-aneh, ya! Ini di hutan! Gue juga masih perawan!"

"Sialan! Singkirin pikiran tolol lo itu! Jangan kebanyakan baca novel mesum!" Kris menoyor kepala Ravanav pelan, mengundang umpatan tak moral khas seorang Ravanav.

"Ya mangkanya kemana dulu?! Lu kebiasaan gak ngomong dulu kalo mau ajak gue! Kesel gue!"

Kris menye-menye mendengarnya, apa tidak bisa Ravanav diam dan mengikuti Kris saja? Harus gitu, berdebat unfaedah seperti ini?

"Emang selama ini gue selalu ajak lo ke tempat aneh gitu? Meskipun gue gak ngomong kita mau kemana, tapi lo selalu terpesona saat sampek kesana."

Apa yang dikatakan Kris adalah fakta, sekalipun cowok berwajah ketus itu tidak pernah mengatakan akan mengajak Ravanav kemana, tetapi Ravanav selalu terpesona dan tidak pernah kecewa saat di ajak Kris. Karena badboy satu itu selalu mengajak Ravanav ke tempat indah yang pasti Ravanav akan sukai.

"Oke, gue ikut." Ravanav berdiri dari duduknya, mengundang tatapan malas dari Kris.

"Daritadi kek!" ketus Kris lalu berjalan ke arah depan, di ikuti Ravanav yang sudah memasang wajah tengil karena berhasil membuat Kris kesal.

Kris menggenggam tangan Ravanav saat ingin memasuki hutan, Ravanav tidak menolak dan malah semakin mengeratkan pegangan tangan mereka saat dirasa jalan yang mereka lalui cukup sulit dan Ravanav tentu butuh pegangan agar tidak terjatuh.

"Masih jauh enggak?"

Kris menoleh ke arah Ravanav dan tersenyum kecil. "Dibelakang semak itu, kita hampir sampek, Be."

17:12 || A Wish Book and Hope [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang