"Kita tidak sama, jadi jangan berharap kita akan setara."
Ravanav Laguetta Mahendra.
•Happy Reading•
"Ayok berteman dan ajarin gue apa itu harapan."
Ravanav mengangkat alis sebelah mendengarnya, ia seketika tertawa karena mendengar ucapan Kris yang menurut sangat lucu.
"Hahahaha berteman? Serius lo ngajak gue berteman, nih?" Ravanav tertawa ngakak. "Lo? Ngajak gue berteman? Hahahaha." Ia menunjuk-nunjuk wajah Kris dengan tawa yang terdengar menyebalkan di telinga badboy itu.
"Gue serius! Berhenti musuhin gue dan jadi temen gue!" Kris membentak, membuat tawa Ravanav perlahan menghilang dan bergantikan wajah datar.
"Sorry, gak berminat." Setelah mengatakan itu, Ravanav lari dengan kecepatan cahaya keluar dari sana. Berniat menghindar dari orang aneh seperti Kris.
"Hiiii gue merinding, cok!" Ravanav memegang tangannya dengan wajah ngeri, apa itu tadi? Kenapa terasa sangat mengerikan?
Tadi Kris masih mencoba merendahkan dirinya seperti hari-hari sebelumnya, lalu 15 menit kemudian tiba-tiba cowok itu meminta untuk Ravanav menjadi temannya? KRIS KERASUKAN! APA GIMANA?
"Udah dua orang yang ngajakin gue jadi temennya, kenapa tiba-tiba, sih? Gue 'kan jadi shock mendadak!"
Tiba-tiba Ravanav terdiam, tatapan mata Fabian dan Kris saat mengajak berteman sangat lah tulus, dan tidak ada unsur jahil sama sekali. Namun Ravanav tidak bisa menerima. Selain ia tidak terlalu mengenal keduanya ada alasan besar yang sampai saat ini membuat Ravanav takut berteman dengan murid R.E Dream.
Kehidupan Ravanav dengan murid R.E Dream sangatlah jauh, Ravanav berangkat ke sekolah menggunakan bus. Tidak seperti murid lainnya yang membawa kendaraan sendiri atau di antar supir pribadi. Pakaian mereka bermerek, sedangkan pakaian Ravanav biasa saja dan terkesan tidak ada harganya di mata mereka.
Ravanav tidak malu dengan kehidupannya, hanya saja ia takut di bandingkan dengan orang lain. Bagaimana pun juga Ravanav masih anak sekolah yang juga merasa iri jika tidak sama dengan teman-temannya.
Ravanav bersikap kasar bukan karena tidak sopan. Tapi, Ravanav bersikap seperti itu karena ingin membuat murid lain merasa tidak nyaman didekatnya dan tidak ada yang mau berteman dengannya.
Ravanav memang membatasi diri, karena ia sadar posisinya.
"Gak! Pokoknya gue gak boleh temenan sama tuh dua cowok gila!" Ravanav mengingatkan diri dengan keras.
Namun, wajahnya mendadak terlihat menyedihkan saat teringat sesuatu. "Terus buku WAHB gue gimana? Masak iya gak gue ambil? Aarggh anjing lah!"
Ravanav mencak-mencak sendiri, ia merengek dan mengumpat karena kesal, kenapa juga buku itu harus ada di tangan Fabian dan kenapa juga Kris harus tau isi buku itu?!
Sialan! Ini sangat menyebalkan dan berhasil membuat Ravanav rasanya berteriak kencang saking kesalnya.
"Ya udah lah, gue pasrah! Mau buku itu ada di tangan si ketua Organisasi kek! Mau di tangan Kaktus kek! Mau di tangan Clara kek! Gue gak mau peduli, toh cuman buku." Ravanav menganggukkan kepala guna meyakinkan diri. Tak apa ia merelakan buku kesayangannya daripada Ravanav harus tidak tenang bersekolah di R.E Dream karena harus berurusan dengan dua orang paling mempengaruh di sekolah elit itu
"Gue harus menjauh dari tuh dua cowok gila, HARUS!"
•A Wish Book and Hope•
KAMU SEDANG MEMBACA
17:12 || A Wish Book and Hope [SELESAI]
Roman pour AdolescentsAnother Word Of Kaptenz Eva R-06 17:12 || A Wish Book and Hope _______________ Ravanav tidak pernah menyangka jika buku yang selama ini ia rahasiakan dari semua orang karena menyangkut privasinya jatuh pada tangan seorang ketua OSIS bernama M Fabian...