31 - Different

26 2 2
                                    

Halo Passengers! Kaptenz Eva R disini😍selamat datang di part terbaru cerita Kaptenz, semoga kalian enjoy dan bisa meng-apresiasikan karya Kaptenz dengan cara Vote, Komen dan Share ya😍

Kasih tanggapan kalian tentang part terbaru cerita ini dan akan Kaptenz balas dengan senang hati❤ Kalo mau kasih kritikan juga boleh, asal dengan kalimat baik dan tidak menyinggung ya🤗

WAJIB FOLLOW:
INSTAGRAM: @kaptenz_athr_mout
TIKTOK: @kaptenz_athr_mout
F

ACEBOOK: Kaptenz Athr Mout

Thankyou Passengers❤💀

“Berbeda, sekarang semuanya terasa berbeda ketika kamu tidak lagi terlibat di dalamnya.”

Ravanav Laguetta Mahendra.

__Happy Reading__

Sepanjang perjalanan pulang, Ravanav tak pernah absen untuk menampilkan wajah murung, agaknya kejadian tadi benar-benar mengusik Ravanav hingga gadis kasar itu enggan membuka suara, Ravanav benar-benar merasa bersalah sekaligus kehilangan seorang teman karena ulahnya sendiri.

Saat ini, Ravanav ingin sekali mengumpat dan berteriak, bahkan bila perlu ia perlu memukul sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang sekarang ingin meledak, Ravanav marah karena bersikap egois dan tidak terbuka pada Kris hingga menyebabkan sebuah pertemanan yang sudah Ravanav sukai hancur begitu saja.

Seharusnya dari awal Ravanav sadar jika Kris juga menaruh rasa padanya, mungkin dengan begitu semuanya tidak akan berantakan seperti ini. Ravanav bisa mengontrol sikap dan perlahan menjauh dari Fabian dan Kris, mungkin dengan begitu Ravanav tidak akan kecewa seperti sekarang. Mungkin saja.

Namun, fakta yang baru saja terjadi menampar Ravanav untuk sadar bahwa semuanya telah terjadi, tidak ada waktu untuk membayangkan sesuatu yang tidak pasti selain menyalahkan diri sendiri atas apa yang sudah terjadi.

Ravanav menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya, gerakan itu membuat Fabian yang berada di sampingnya menoleh dan menatap kasihan pada dirinya.

"Maaf, ya? Karena aku semuanya jadi berantakan gini." Fabian mengambil tangan Ravanav dan mengelusnya, membuat atensi gadis kasar itu langsung tertuju padanya.

"Bukan salah kamu, salah aku karena udah minta privat hubungan kita, seharusnya dari awal aku jujur sama Kaktus kalo kita pacaran." Ravanav memaksakan untuk tersenyum demi tidak membuat Fabian khawatir. Melihat raut wajah bersalah Fabian membuat Ravanav ikut merasa bersalah pada Ketua Organisasi itu.

"Aku istirahat dulu." Ravanav melepaskan tangannya dari genggaman Fabian lalu turun dari mobil, melangkah dengan kepala tertunduk ke arah rumahnya. Semangat yang sedari tadi ia rasakan seketika menghilang karena masalah sialan ini.

"Ravanav." Ravanav menoleh saat Fabian memanggilnya, tapi belum sempat gadis kasar itu melihat wajah Fabian, pelukan hangat sudah lebih dulu melingkupi tubuhnya.

"Semuanya bakal baik-baik aja." Fabian berbisik dengan elusan lembut di belakang kepalanya.

Ravanav menyerah, ia membalas pelukan Fabian lalu menangis disana, menyalurkan perasaannya dengan air mata dan suara tangisan yang menyedihkan. Ravanav tidak bisa bersikap baik-baik saja setelah ia kehilangan seorang teman. Ravanav butuh pelukan dan usapan lembut seperti yang dilakukan Fabian sekarang.

Ravanav terkadang butuh menangis agar perasaannya bisa lega dan tidak merasa sesak. Namun, Ravanav jarang melakukan itu karena merasa jika menangis hanya untuk orang-orang lemah, tanpa tau jika menangis membuat perasaan lebih terasa lega dan lebih rileks.

17:12 || A Wish Book and Hope [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang