11 - Keinginan Pertama

38 7 0
                                    

"Keinginan sederhana yang dikabulkan dengan cara sederhana selalu berhasil membuat seseorang merasa berharga."

M Fabian Alfarizki

•Happy Reading•

Ravanav memandang aneh kearah Fabian yang pagi-pagi sudah ada di depan rumahnya dengan mobil Honda BR-V milik ketua Organisasi itu. Wajah bingung Ravanav membuat Fabian tersenyum lebar melihatnya.

"Pagi, Ravanav." Fabian menyapa dengan senyuman lebar yang akhir-akhir ini sering Ravanav lihat.

"Lo ngapain disini? Cosplay jadi tukang parkir apa gimana?" Ravanav berdiri seraya bersedekap dada dan menatap Fabian dengan wajah datar.

"Jemput lo, daripada lo naik bis mending berangkat bareng sama gue. Hemat ongkos."

Ravanav mengangkat alis sebelah setelah mendengarnya, ide macam apa itu? Kenapa terdengar sangat mengerikan di telinga Ravanav?

"Gue mending kehilangan ongkos banyak daripada harus berangkat sama lo dan jadi pusat perhatian."

Fabian mendengkus mendengarnya, sudah seminggu mereka menjalin pertemanan namun tetap saja Ravanav masih enggan untuk bersama Fabian dan Kris di tempat umum. Alasan Ravanav masih saja sama. Tidak percaya diri. Dan itu berhasil membuat Fabian hilang kesabaran.

"Masuk atau gue gendong?!"

Ravanav mengulum senyum mendengarnya, Fabian terlihat sangat menggemaskan bila saat sedang berada di mode kesal. Entahlah, menurut Ravanav wajah Fabian tidak cocok sama sekali saat memasang wajah garang dan melotot ngeri padanya.

"Fab, lo tau 'kan kalo cara itu gak berhasil buat maksa gue?"

Fabian tersenyum miring lalu secara tiba-tiba mengangkat Ravanav layaknya karung beras untuk dimasukkan ke dalam mobilnya.

"Anjenggg!! Lo apaan babi! Turunin gue!" Ravanav berteriak nyaring seraya memukul punggung lebar Fabian dengan cukup kuat.

"Gak bakal! Udahlah terima aja! Mumpung gratis jugak!"

"Anjing ya lo! Manusia tolol! Otak kontol!" Ravanav mengumpat saat Fabian sudah mendudukan dirinya di kursi samping pengemudi.

Fabian menghela nafas panjang guna menahan diri untuk tidak emosi menghadapi gadis bermulut bar-bar seperti Ravanav, mulut gadis itu memang tidak bisa di kontrol dan bawaannya ingin Fabian bungkam.

"Makasih, gue anggep itu pujian." Fabian tersenyum menyebalkan lalu menutup pintu mobil dan berjalan kearah kursi pengemudi.

Ravanav mendumel, kelakuan Fabian bertambah minus karena berteman dengan Kris. Memang cowok berwajah ketus itu membawa pengaruh buruk pada orang lain.

"Gak usah cemberut gitu mukanya." Fabian berbicara seraya memasang sabuk pengaman.

"Lo anak anjing!" maki Ravanav kesal.

Fabian terkekeh geli mendengarnya, menjadi teman Ravanav, Fabian jadi terbiasa dengan kata-kata kasar dan tidak senonoh yang keluar dari mulut gadis berparas cantik itu.

"Makasih, gue tau gue ganteng."

Fabian tersenyum lalu mengabaikan Ravanav yang kini mulai ingin mengumpati dirinya lagi, Fabian memilih mulai melajukan mobilnya menuju sekolah mereka, ia memang sudah memiliki rencana untuk menjemput Ravanav. Tapi, yang di jemput malah bersikap songong. Sungguh menyebalkan!

17:12 || A Wish Book and Hope [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang