"Berawal dari kisah yang berbeda dan berakhir dengan kisah yang sama namun berharga."
A Wish Book and Hope.
•Happy Reading•
Selesai sarapan, dan menaruh novel milik Kris di kamarnya untuk dibaca nanti, Ravanav mengajak Fabian dan Kris untuk bersantai di depan rumah gadis kasar itu, memperhatikan para anak muda yang mengantri untuk makan di warung Ibu Ravanav, pertama kali mencoba makanan buatan Ibu Ravanav, Fabian dan Kris langsung jatuh cinta pada makanan yang Ibu Ravanav buat. Tak ayal, jika warung sederhana milik Ibu Ravanav ramai pengunjung. Karena memang makanannya seenak itu.
"Warung Ibu lo emang rame gini tiap hari?" Kris memberi pertanyaan setelah hampir 10 menit mereka saling diam.
Ravanav mengangguk seraya kembali menyantap buah jambu yang sengaja Fabian bawa untuk rencana ngerujak bareng di rumah Ravanav.
"Mayan 'kan? Gue bisa cuci mata tiap pagi liat yang seger-seger kek mahasiswa disana." Alis Ravanav naik turun, memperlihatkan wajah menyebalkan yang seketika mengundang cibiran sinis dari Kris.
"Genit lo jadi cewek!" ucapnya dengan suara keras.
"Biarin lah! Ayah gue aja gak masalah gue gini." Ravanav mempeletkan lidah yang berhasil membuat Kris langsung memasang wajah kesal. Andai Kris memiliki kesempatan untuk memukul wajah Ravanav, pasti Kris sudah melakukannya sejak dulu.
Tapi sayang Ravanav kini sudah menjadi teman gilanya membuat Kris tidak bisa menyentuh Ravanav seenak jidat, apalagi sekarang ada Fabian yang pasti tidak ingin Ravanav terluka sedikitpun.
"Jangan sebut-sebut nama bokap lo, deh. Gue masih malu kalo inget itu." Fabian ikut nimbrung dengan pipi memerah hingga ke telinga karena malu.
Mendengar hal itu tawa Ravanav kembali muncul, menyebabkan Fabian bertambah jengkel dibuatnya.
"Makanya lain kali nanya dulu, Bi, jangan asal nyebut."
Fabian memutar bola matanya dengan malas, Ravanav hanya pintar berbicara, coba saja Ravanav ada di posisinya yang salah memanggil orang. Sudah dipastikan Ravanav akan malu setengah mati seperti dirinya tadi.
"Terserah lo!" ketusnya.
"Dih, lo marah, Bi?"
Kris mengernyitkan kening heran saat merasa ada yang aneh pada panggilan Ravanav ke Fabian. "Bentar deh, dari pagi lo selalu panggil Fabian, By? Maksudnya Baby?"
Ravanav menggeleng pelan. "Bukan, gue panggil dia Abi, Fabian-Abi. Jelas?"
Mendengar itu wajah julid Kris langsung muncul, perasaan tak terima karena panggilan Ravanav pada Fabian lebih bagus daripada panggilan Ravanav padanya menggebu-gebu ingin keluar.
"Cih! Giliran sama Fabian bagus banget panggilannya, lah kalo sama gue? Kaktus? Apaan dah!"
Wajah Ravanav berubah menyebalkan mendengar protesan yang di layangkan Kris. Akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk membuat Kris kesal.
"Cocok lah sama lo, Kaktus! Muka ketus." Ravanav tertawa yang berhasil membuat wajah Kris langsung ditekuk. Ravanav benar-benar terlihat sangat menyebalkan di matanya sekarang.
"Daripada lo! Mulut cabe!"
Melihat perdebatan antara Ravanav dan Kris membuat Fabian tersenyum kecil, semuanya terasa menyenangkan sejauh ini. Dan tentu Fabian menikmatinya. Teringat sesuatu, Fabian langsung menaruh perhatian penuh pada Ravanav.
KAMU SEDANG MEMBACA
17:12 || A Wish Book and Hope [SELESAI]
Fiksi RemajaAnother Word Of Kaptenz Eva R-06 17:12 || A Wish Book and Hope _______________ Ravanav tidak pernah menyangka jika buku yang selama ini ia rahasiakan dari semua orang karena menyangkut privasinya jatuh pada tangan seorang ketua OSIS bernama M Fabian...