Haiiiiii
Holaaaaa
Di part ini Paul bakal nyeritain masa lalunya, tapi maaf ya kalo cara aku nulis belibet dan bikin pusing 🙏Happy reading
*
*
*Paul membawa Nabila ke cafe milik Salma, mengajak gadis itu duduk di salah satu sudut yang tidak terlalu ramai, tidak lupa memesankan cold brew tea bunga telang yang Paul harap bisa sedikit menenangkan gadis itu.
Keduanya terdiam untuk beberapa saat, Nabila sibuk dengan pikirannya, ada banyak gelembung pertanyaan yang memenuhi kepala gadis itu. begitu pun Paul, di kepalanya sibuk mengurai apa yang harus dia katakan terlebih dahulu agar gadisnya tidak salah paham lagi.Ini alasan Paul enggan menceritakan masa lalunya pada Nabila, rumit. Apalagi ditambah fakta yang baru Paul ketahui di malam saat ia menemui Raya semuanya seperti berbelit-belit. Mekanisme psikologis Paul sebenarnya lebih memilih jalan pintas yaitu melupakan semuanya, tapi Nabila membutuhkan penjelasannya.
Paul memperhatikan Nabila yang lebih pendiam dari biasanya, Gadis itu bergeming dan tak juga bersuara. Menunggu Paul meneruskan penjelasan yang tempo hari sempat tertunda karena reaksinya.
"Aku sama Raya temen dari kecil, aku udah suka dia dari dulu. Aku kira awalnya ini cinta monyet biasa tapi semakin lama perasaan itu semakin serius." Terang Paul, memorinya ikut terbang mengikuti kisah yang ia tuturkan.
"Tiga kali aku minta dia jadi pacar aku dan tiga kali itu pula dia menolak." Paul tertawa sumbang. Ia ingat betapa dulu ia mendambakan Raya, temannya yang paling baik, temannya yang paling pengertian, temannya yang cantik, semua keindahan dunia terkumpul pada wanita itu, setidaknya itu yang Paul pikirkan.
"Tapi dulu aku belum mau menyerah, di tahun terakhir aku kuliah aku minta dia buat jadi pacar aku lagi, surprisingly kali itu dia mau."
Nabila bisa melihat senyum mengembang di wajah Paul yang entah kenapa rasanya justru menyakitkan baginya. Seakan Paul tengah mengenang masa paling indah dalam hidupnya.
"Enam bulan aku pacaran sama dia, dan aku ngerasa bodoh banget karena setelah itu aku tau kalo dia nerima aku cuma karena ngerasa gak enak. Karena yang dia suka justru sahabat aku, Adimas. Lucunya ternyata Adimas juga udah lama suka sama Raya. Kamu tau Bee, aku merasa jadi orang paling bodoh diantara mereka?" Senyum Paul berubah miris, perubahan ekspresi Paul bisa tertangkap jelas oleh Nabila.
Gadis itu masih diam, tak berminat untuk menyela walau hanya satu kata. Dia berjanji untuk mendengarkan Paul hingga ia menyelesaikan semuanya.
"Raya minta aku pergi, karena selama ada aku, Adimas gak akan pernah mau jalan sama Raya, Adimas jelas berusaha menghargai perasaan aku. That's why aku pergi ke Swedia." Kali ini Paul menatap lurus ke dalam manik Nabila yang selalu berhasil menenggelamkannya.
"Bukan hanya merasa bodoh, aku merasa kehilangan rasa percaya diri aku, aku merasa gak diinginkan, Bee." Paul membuang napas merasa seperti sudah membuang emosi negatifnya.
Paul mengambil jeda beberapa detik, ia tampak mengatur napasnya agar lebih tenang. "Beberapa tahun kemudian aku denger kabar mereka mau nikah, aku agak kaget juga mereka bisa bertahan selama itu, aku sempet bilang ke Adimas kalau aku ikut seneng, tapi aku gak bisa dateng ke acara mereka, karena posisi saat itu lagi ada proyek kerjaan."
"Dan kamu tahu Bee, seminggu sebelum mereka nikah Adimas kecelakaan, dalam perjalanan menuju bandara, karena dia mau nyamperin aku di Swedia. Adimas meninggal."
Nabila dengan jelas melihat mata Paul berkaca-kaca, napasnya berubah berat. Ia meraih tangan Paul yang semula memainkan cangkir kopinya. Paul menipiskan bibir menahan perasaan yang sebenarnya sudah sangat lama ingin ia luapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/341088957-288-k106257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-
RandomBlurb Setelah beberapa tahun melarikan diri hingga ke Swedia, Paul memutuskan untuk kembali pulang. Bukan tanpa alasan, tapi ternyata justru di tempat yang pernah dia tinggalkan, ia menemukan bahagia yang ingin dia kejar. Seorang gadis yang tanpa sa...