0.8

6.2K 488 63
                                    


Ujian hari ini cukup membuat kepala Nabila pening, UAS dengan mata kuliah Metlit dan Komunikasi Politik dalam satu hari itu lumayan menguras energinya. Tadinya ia berniat langsung pulang, tapi langkahnya malah membawa gadis itu ke kantin fakultas, ia memesan segelas jus sirsak yang ia harapkan bisa sedikit meringankan rasa berat yang mendera kepalanya.

Kantin Fakultas yang bersebrangan langsung dengan green house rupanya cukup menguntungkan, melihat pemandangan hijau ternyata bisa sedikit memulihkan moodnya.

Tiba-tiba ia teringat Paul, ia mulai penasaran apakah laki-laki itu sudah mulai membaik, apakah ia masih di rumah sakit atau sudah pulang, kemarin-kemarin ia mendengar kabar Paul dari Anggis, sebenarnya ia juga sih yang bertanya, tapi hari ini ia belum bertemu dengan Anggis, ia merasa aneh jika harus sengaja mengirimi Anggis pesan untuk menanyakan kabar laki-laki itu, meskipun yaa Nabila cukup khawatir, maksudnya sedikit banyak ia merasa bertanggung jawab dengan keadaan laki-laki itu.

Nabila mengeluarkan ponselnya, membuka ruang obrolan dengan kontak bernama Nyoman Paul, berpikir beberapa kali apakah ia harus mengiriminya pesan atau tidak. Setelah berpikir beberapa saat, Nabila memutuskan untuk menanyakan kabar laki-laki itu, masa bodoh jika ia terkesan modus, ia hanya ingin memastikan bahwa laki-laki itu baik-baik saja, dalam hati ia menggumamkan maaf untuk Anggis.

Nabila

Selamat siang Kak, gimana keadaannya hari ini?
I am really really sorry Kak, maaf banget udah bikin Kak Paul sakit

Begitu menekan ikon pesawat, Nabila langsung meletakan ponselnya, dan menautkan jari-jarinya pada gelas tinggi berisi jus berwarna putih pucat yang perlahan tak lagi dingin.

Tanpa Nabila sadari, sesekali ia mengintip lewat ekor matanya, memastikan apakah pesannya sudah di balas atau belum, nyatanya ponselnya masih saja tak bergeming.

"Hai Bil, sendirian?"

Nabila menoleh dan mendapati Gamal yang sudah berdiri di samping kursinya, pertanyaan Gamal sudah pasti pertanyaan retoris karena laki-laki itu sudah pasti tidak melihat ia bersama siapapun.

"Eh iya nih kak, mampir sini sebelum pulang." Jawab Nabila.

"Gimana UASnya?"

Nabila menggelengkan kepala sambil mendesah berat. "Gitu deh Kak, cukup buat bikin kepala pusing." Kekeh Nabila yang menular pada laki-laki yang sekarang sudah duduk di sebrang meja.

"Berapa mata kuliah lagi?"

"Masih 3 mata kuliah lagi nih Kak, kak Gamal udah selesai?" Tanya Nabila balik sebagai bentuk sopan santun.

"Besok sih sehari lagi, tapi tinggal satu mata kuliah aja." Terang Gamal. Nabila menganggukan kepalanya.

"Eh Bil, mau pulang ba-" Gamal menahan kalimatnya saat perhatian Nabila teralih pada ponselnya yang berdering. Ia meraih benda persegi itu dan segera menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Iya Kak, hallo..."

Gamal membuang napas kasar, karena selanjutnya keberadaanya seperti tidak terlihat meski dia berada di samping gadis itu.

-oOo-

Widari berdecak kesal tak tahu lagi bagaimana caranya mencegah Paul agar tidak menyentuh pekerjaannya. Baru saja ia pulang dari rumah sakit beberapa hari, dan ia sudah berkutat dengan pekerjaannya.

Paul sendiri merasa tidak bisa jika harus diam dan tidak mengerjakan apa-apa, ia terbiasa dengan ritme kerja yang padat, oleh karena itu ia tidak nyaman jika harus bersantai dalam waktu yang lama, lagi pula ia sudah merasa lebih baik sekarang, tinggal kemerahan di tubuhnya saja yang belum hilang.

Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang