14

4.9K 431 56
                                    

Paul tersenyum simpul setelah melihat foto yang dikirim Anggis, potret swafoto Nabila dan Anggis yang sepertinya di taman kampus. Senyumnya semakin lebar saat membaca pesan yang Anggis tulis dibawah foto tersebut.

Nabila agak aneh hari ini, Kalian udah officially dating ya?  Tulis Anggis membuat Paul terkekeh.

Paul sadar bahwa Anggis mengetahui ia memiliki perasaan spesial untuk Nabila, tapi ia tidak berniat mengumumkan setiap detail yang terjadi dalam hubungan mereka. Karena ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang gadis yang mungkin tak suka jika terlalu diumbar privasinya.

Setelah menyimpan ponselnya lagi, Paul kembali berkutat dengan pekerjaan, ada deadline yang harus ia selesaikan pekan ini juga, atau dia akan mendengar Rony menyumpahinya. Yang tidak Paul sadari adalah Rony yang sejak tadi sudah berada di depannya, mereka bahkan sempat mengobrol sebentar sebelum Paul menerima pesan dari Anggis. Dan setelah itu Rony seolah berubah transparan bagi Paul.

"Powl, oy!! Ini gue masih keliatan kan?" Sindir Rony yang sejak tadi sepeti tidak dianggap keberadaannya.

Paul mendongkak dan jelas sekali terlihat kalau laki-laki itu sedikit terkejut. "Eh Ron, sorry sorry." Paul tak bisa menyembunyikan tawa melihat ekspresi kesal sahabatnya itu.

"Sialan emang lo!" Umpat Ronny. "Terus aja lo senyum-senyum gitu." Sambung Rony. Paul masih tertawa karenanya.

"Gue sampe bingung ini gue yang mendadak jadi invisible apa lo yang jadi gila." Kesal Rony seraya menyandarkan punggungnya.

"Sorry lah Ron. Gimana tadi gimana?" Tanya Paul bermaksud meneruskan obrolan mereka sebelumnya, sayang teman bicaranya sudah kadung kesal.

"Tau ah udah males gue." Rony mencabut miniatur pohon pada maket yang digunakan Paul ketika presentasi tadi.

Paul mengendikkan bahu lalu memilih kembali berkutat dengan gambar pada tabletnya.

Rony menghela napas memperhatikan Paul yang kembali serius bekerja. Ia mengamati meja Paul yang selalu rapi, ia memang termasuk orang yang terorganisir.

"Powl, lo beneran sama tu cewe?" Tanya Rony pada Paul yang sedang dalam mode serius.
Paul mengangkat kepalanya, melihat ke arah Rony yang menunjuk ponsel Paul dengan dagunya. Paul mengikuti arah pandangan Rony dan melihat wallpaper ponselnya yang memasang foto sketsa Nabila yang pernah ia gambar.

Seulas senyuman terbit di wajah Paul. Ia meraih benda elektronik berbentuk pipih itu, mengamati potret seorang gadis dengan mata paling teduh yang pernah ia lihat, sepasang mata indah yang berhasil menawan hatinya sejak kali pertama kali mereka bertukar tatap.

"Kenapa emang?"

Rony berdecak karena alih-alih menjawab Paul malah balik bertanya.

"Serius Powl? Dia masih kecil, lo gak punya orientasi menyimpang kan?" Rony spontan menghindar saat Paul melemparnya dengan pensil.

"Dia udah sembilan belas, Ron. Udah legal, udah punya KTP, diajak nikah juga bisa." Cerocos Paul.

"Eh si anjir, udah ngomongin nikah aja, kasian tuh anak masih kuliah." Kaget Rony karena tiba-tiba Paul bicara soal menikah.

"Becanda Ron, becanda." Paul menggeser kursinya mendekat ke arah meja dan kedua lengannya bertumpu di atas meja.

"Tapi ini serius Powl, lo dulu sama yang seumuran aja ada aja masalahnya, apalagi ini sama yang beda jauh, udah beda isi kepala, beda juga lingkup pergaulannya, lo yakin bisa ngimbangin cewek umur segitu?" Rony terlihat serius dari cara dia berbicara juga gestur yang ditunjukkannya.

"Jangan bandingin lah Ron. Lagian umur kan gak jadi patokan kedewasaan seseorang juga." Tukas Paul, sebenarnya ia malas mendengar komentar orang lain soal hubungannya, itu kenapa ia tidak banyak bercerita. Terkadang orang menilai hanya dari apa yang mereka lihat.

Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang