0.1

9K 464 16
                                    

"Udah semua nih?" Tanya gadis itu pada seseorang di balik ponsel yang ia apit antara telinga dan pundaknya. Matanya memeriksa beberapa produk yang ia masukan ke dalam keranjang, memastikan tidak ada yang terlewat dari daftar titipan teman-temannya.

"Yang lain udah ditanyain belom? Gak ada yang mau nitip lagi kan? Aku udah mau ke kasir soalnya ini." Tuntut si gadis ia merapikan jilbab hitamnya yang ia yakin sudah tidak karuan. Maklum ini sudah hampir magrib, dan ia sudah di kampus sejak jam tujuh pagi, itu artinya sudah hampir 12 jam, ia tidak mau membayangkan betapa lusuhnya penampilan ia saat ini.

Sekitar satu pekan yang akan datang akan ada acara di kampusnya, gadis bernama Nabila itu kebetulan terlibat sebagai panitia, dan ia paham sekali konsekuensinya, salah satunya merelakan jam pulangnya.

"Oke, aku bayar dulu ya." Begitu seorang yang mengantre didepannya berlalu, Nabila maju selangkah dan meletakan keranjangnya di meja kasir. Membiarkan pegawai minimarket itu memuntahkan isi keranjang belanjaannya.

"Tebus murahnya sekalian kak, minumannya sepuluh ribu dapet dua." Tawar si pegawai sambil memindai kode batang pada bungkus makanan yang dibeli Nabila.

Gadis itu tersenyum sambil menggeleng, "Capek ya kak nawarin kaya gitu kesetiap pelanggan?" Gurau Nabila, ia masih ingat betul wanita di depannya menawarkan hal yang sama pada pelanggan sebelumnya. Dan lagi kenapa Nabila berani melontarkan gurauan itu, karena ia memang sudah mengenal wanita itu, jarak mini market yang tak jauh dari kampusnya membuat ia tak jarang belanja di tempat itu.

Wanita itu tertawa renyah. "Engga juga sih, kadang malah kayak udah otomatis gitu." Sahut si wanita pramuniaga, Nabila terkekeh sambil mengangguk.

"Semuanya jadi 99.300."

Gadis berusia 19 tahun itu menyerahkan dua lembar uang bewarna biru, lima detik berikutnya si pramuniaga menyerahkan kembaliannya utuh.

"Gak nawarin buat didonasiin kak?" Canda Nabila lagi.

"Engga deh, kasian mahasiswa kaya kamu mah pasti kere."

Tawa Nabila mengguar renyah, ia pun mengantongi uang koin itu pasrah, kemudian ia sedikit bergeser ke samping, membiarkan seseorang yang mengantre di belakangnya untuk maju.

Sebelum pergi ia merapikan belanjaannya, sekaligus memastikan dompetnya ia masukan ke dalam tas.

"Sebentar mbak." Sayup-sayup Nabila mendengar ucapan orang di sampingnya meski sangat pelan. Ia memberanikan diri mendongkak, melihat laki-laki dengan setelan jas yang memeluk kemeja slimfitnya tampak kebingungan meraba setiap saku pada pakaian yang ia kenakan.

"Ah sial." Umpat laki-laki itu terdengar jelas oleh Nabila yang mengerti situasi yang dialami laki-laki itu. Gadis itu kemudian membagi pandangan dengan si penjaga kasir yang juga tampak bingung, ia melihat sekaleng kopi yang terletak di meja kasir.

"Ini aja kak." Nabila tak perlu waktu bahkan walau hanya satu detik untuk melakukan hal itu setelah mengerti apa yang dialami si laki-laki.

Dengan wajah berkerut laki-laki dengan setelan perlente itu memandangi gadis di hadapannya, matanya membola tapi kemudian dia dibuat kehabisan kata-kata ketika gadis itu berlalu begitu saja sambil membawa belanjaannya tanpa mengucapkan apa-apa.
Nabila baru mencapai parkiran ketika sebuah suara menahannya.

"Tunggu, tunggu!!"

"Iya Pak." Sahut Nabila melihat laki-laki itu kini berdiri di sampingnya.

"Anyway thank you, dompet saya ketinggalan kayanya, nanti saya ganti ya."

Nabila tersenyum yang sebenarnya sambil menahan pegal ditangannya karena harus menjinjing belanjaannya yang lumayan banyak.

"Gapapa Pak, kopi doang. Mari Pak saya buru-buru." Nabila berlari kecil meninggalkan orang tersebut. Tak berminat untuk memperpanjang obrolan dengan laki-laki itu, pertama, soal ia yang menolongnya membayar kopi, itu murni ia berniat menolongnya, ibunya selalu mengatakan tolong siapapun selagi bisa, karena kita tidak pernah tahu doa siapa yang dikabulkan tuhan. Kedua, ia tidak senaif itu untuk menganggap semua orang adalah baik, ia tetap merasa harus waspada dengan siapapun, apalagi orang yang baru ia kenal. Dan yang terakhir, ia memang sedang sangat buru-buru, teman-temannya pasti sudah menunggunya, lebih tepatnya menunggu titipan mereka yang mayoritasnya adalah makanan. Sepertinya konsumsi yang disediakan kampus tidak cukup mengenyangkan perut mereka.

Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang