Ini pertama kalinya Paul masuk ke dalam kamar kos Nabila. Ruangan itu cukup luas, untuk ukuran kamar kos maksud Paul, ada dua sekat ruangan, satu untuk kamar tidur satu lagi Nabila memasang partisi memisahkan bagian yang digunakan untuk memasak dan sebagian lagi sepertinya digunakan gadis itu untuk menerima tamu, teman perempuan atau keluarga misalnya.
Paul tidak pernah segugup ini sebelumnya, tidak saat ia berhadapan dengan klien atau ketika dia sedang mempresentasikan tugas akhirnya ketika kuliah dulu, tidak juga saat ia mengikuti lomba desain bangunan. Rasa gugup seperti ini baru ia rasakan sekarang, saat ia duduk berhadapan dengan ayah Nabila, dan menyebalkannya gadis itu malah meninggalkan mereka berdua dengan alasan mau membeli air.
"Sering main kesini?" Tanya lelaki yang Paul tebak masih lebih muda dibandingkan mamanya.
"Lumayan, Om." Jawab Paul dengan suara bergetar. Sumpah Paul kehilangan muka sekarang, padahal dia ingin menunjukkan kesan yang baik pada laki-laki ini.
"Lumayan sering maksudnya?" Lanjut laki-laki itu, sebenarnya suaranya lembut dan tidak mengintimidasi sama sekali, tapi entah kenapa Paul tetap gugup.
"Emm, beberapa kali nganter sama jemput Nabila kesini sih Om." Jelas Paul berusaha untuk terdengar santai.
"Nabila manja ya? Padahalkan dia ada motor ya?" Tawa ringan dari lelaki itu membuat bahu Paul sedikit melemas.
"Bukan gitu om, saya yang minta, Nabila anaknya mandiri banget."
Ayah Nabila kembali mengurai tawanya. "Iya kan? Saya tau banget kalau dia itu mandiri." Tersirat rasa bangga dari kalimat itu, Paul bisa menangkapnya dengan mudah.
"Bahkan sekarang beli galon aja sendiri." Lanjut ayah Nabila. Paul merasa bersalah seketika, bukannya harusnya tadi dia peka dan mengambil alih pekerjaan itu. Pemuda itu meringis merasa mendapat nilai minus dari ayah kekasihnya.
"Nabila biarpun mandiri pasti tetep sering merajuk, iya kan?"
Bagi Paul itu tidak terdengar seperti pertanyaan, tapi seperti laki-laki itu sedang mengenang masa kecil anaknya.
"Kadang-kadang sih iya, Om." Jawab Paul lancar.
Nugra- ayah Nabila tertawa, ia tahu Nabila dengan sangat baik, gadis itu tidak mungkin merajuk jika bukan pada orang yang dekat dengannya.
"Sejak kapan kalian dekat?"
"Eh." Paul membulatkan matanya.
"Di sana aja Bang."
Paul belum sempat menjawab pertanyaan ayah Nabila, ketika tiba-tiba Nabila masuk ke kamar kosnya bersama anak pemilik kos yang membawa galon.
"Oh ada Om Nugra." Sapa Danil saat melihat ayah Nabila di sana. "Kapan sampai, Om?" Danil menyalami Ayah Nabila setelah memasangkan galon.
"Belum lama, Nil. Apa kabar?"
"Baik Om, maaf ya Om bukan gak mau ngobrol nih, tapi anak-anak yang lain minta diangkutin galon juga." Terang Danil.
"Oh iya silahkan." Balas ayah Nabila.
"Makasih Abang." Ucap Nabila sebelum Danil keluar dari kamarnya.
Paul melihat interaksi yang luwes diantara ketiga orang itu dengan perasaan tidak suka. Kenapa anak pemilik kos itu bisa terlihat akrab sekali dengan ayah Nabila, kenapa juga dia bisa santai sekali masuk ke kamar kos Nabila, meskipun dia memiliki alasan tapi tetap saja Paul tidak suka.
Nabila mengangsurkan dua gelas air pada kedua laki-laki lintas usia itu. Tak lupa menyajikan makanan ringan yang sebenarnya stok camilan dia di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-
DiversosBlurb Setelah beberapa tahun melarikan diri hingga ke Swedia, Paul memutuskan untuk kembali pulang. Bukan tanpa alasan, tapi ternyata justru di tempat yang pernah dia tinggalkan, ia menemukan bahagia yang ingin dia kejar. Seorang gadis yang tanpa sa...