"Jangan dikelopekin, Bil." Cegah Anggis melihat Nabila yang menyentuh sisa luka di wajahnya yang sudah jauh lebih berkurang.
Hari ini hari pertama Nabila dan Anggis bertemu sejak Nabila pulang KKN, beberapa hari kemarin Nabila sibuk menyelesaikan laporan dengan teman-teman satu kelompoknya"Gatel Kak Anggis." Ujar gadis itu.
"Ya biarin, nanti berbekas kalo dikelopekin gitu."
Nabila menurut dan menjauhkan tangan dari wajahnya. Anggis menggeser minuman dan batagor yang tadi di pesan Nabila. Ternyata satu bulan tidak ke kampus membuat Nabila merindukan jajanan kampus yang rasanya tidak perlu ditanya lagi, dan yang lebih penting ramah kantong mahasiswa.
"Kemaren pulang di jemput Kak Paul ya?"
Nabila menghentikan kunyahannya sedikit terkejut dengan pertanyaan Anggis. Namun tak lama Nabila sudah bisa mengontrol ekspresinya.
"Tau dari mana Kak Anggis?" Tanya Nabila penasaran, Nabila tidak percaya juga kalau Paul bercerita pada Anggis.
"Dari Tante Wida, hari itu aku ke rumahnya, terus aku tanya Kak Paul kemana katanya jemput kamu."
Nabila terbatuk dan dengan cepat Anggis mengangsurkan minuman padanya.
Soal mamanya Paul, Nabila melupakan satu hal, dalam hatinya masih bertanya-tanya apakah wanita itu kini sudah tahu hubungan antara Nabila dan anaknya itu, apakah Paul menceritakan semuanya atau dia sekedar menceritakan Nabila kepada mamanya sebagai teman Anggis.
Ini bukan hal besar sebenarnya, tapi mengingat ini pertama kali Nabila terlibat dalam hubungan seperti ini, dan lagi Nabila merasa pernah punya track record kurang baik di hadapan mamanya Paul, tentang insiden alergi waktu itu, Nabila jadi merasa khawatir.
"Kak Anggis, mamanya Kak Paul tau ga ya?" Lirih Nabila sambil mengaduk batagornya.
"Apa?" Tanya Anggis dengan mulut penuh makanan.
"Tentang Aku sama Kak Paul." Gumam Nabila pelan.
Mata Anggis menyipit, bibirnya melengkungkan senyum jahil, sejujurnya meskipun Anggis bisa membaca gelagat Nabila dan Paul, kedua orang itu belum pernah bercerita dengan gamblang terkait hubungan mereka. Mereka seolah hanya ingin menyimpan hubungannya untuk berdua saja, tanpa mengatakan kepada siapapun.
"Emang kenapa kamu sama kak Paul?" Tanya Anggis jahil.
Nabila kontan membekap mulutnya sendiri, lalu menoleh pada Anggis dengan mata yang membola. Nabila merutuki mulutnya yang tidak bisa diajak berkoordinasi dengan otak juga hatinya.
Anggis tak bisa mencegah tawanya ketika melihat ekspresi kaget Nabila, mana sekarang wajah gadis itu memerah, sayang sekali Anggis tidak sempat merekam ekspresi Nabila, padahal itu lucu sekali.
"Udah sih, aku tau kali Bil, meski kalian gak bilang sikap kalian itu jelas banget." Terang Anggis pada Nabila, memangnya siapa yang tidak akan mengira kalau mereka pacaran, kelakuan mereka kalau sudah berdua itu terlalu jelas mengindikasikan kebucinan pada level yang sudah tidak bisa disamarkan lagi.
Nabila menunduk malu, ia sebenarnya tidak tahu bagaimana pandangan orang lain yang melihatnya dengan Paul, tapi mendengar apa yang Anggis katakan, apa mungkin kebanyakan orang juga berpikir begitu, batinnya.
"Tapi aku gak tau sih ya Tante Wida tau atau belom." Lagi-lagi Anggis berniat menjahili Nabila setelah waktu itu mengerjainya tentang status dia dan Paul.
Nabila mendadak gelisah, kalau memang mamanya Paul belum tahu Nabila khawatir tentang respon wanita itu jika akhirnya mengetahui hubungi mereka. Bagaimana pun setelah melihat mantan Paul waktu itu Nabila menjadi rendah diri, standar seorang Raya tentu jauh diatas Nabila, wanita itu cantik, anggun, terlihat cerdas, dan pasti memiliki karier yang cemerlang, pikir Nabila dalam hati, sementara dirinya? Anak kecil dengan emosi yang belum matang, jangankan berbicara karier, ia masih harus mengupayakan dirinya untuk bisa lulus tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-
De TodoBlurb Setelah beberapa tahun melarikan diri hingga ke Swedia, Paul memutuskan untuk kembali pulang. Bukan tanpa alasan, tapi ternyata justru di tempat yang pernah dia tinggalkan, ia menemukan bahagia yang ingin dia kejar. Seorang gadis yang tanpa sa...