PROLOG

2.9K 246 11
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

 Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




15 years ago

“Mama …"

Terdengar suara anak kecil yang begitu pilu, bersamaan dengan suara deburan ombak yang beradu dengan batu karang serta dinding jurang. Suasana malam itu begitu mencekam, angin berhembus kencang, meniup apapun yang dilewatinya. Bulan memilih untuk bersembunyi dibalik awan tebal, begitupun dengan bintang yang menghiasi langit. Seorang wanita dengan gaun putih dan rambut hitam panjang yang begitu indah serta manik biru kristal berjalan ke tepi jurang. Tepat di bawah jurang tersebut adalah laut dengan ombak yang sangat ganas. Tetesan air mata mengalir dengan deras ke pipi pucat wanita itu dan seluruh tubuhnya gemetar dengan begitu hebat.

Lalu tidak begitu jauh darinya, seorang anak perempuan berumur tiga tahun dengan rambut cokelat dan manik mata biru kristal yang sama dengan wanita tersebut, menangis histeris sambil merentangkan tangannya ke arah wanita yang saat itu sedang berdiri di tepi jurang. Pipi chubbynya merah dan basah oleh air mata, sedangkan wajahnya sudah kotor oleh tanah. Ia mencoba menghampiri wanita tersebut, namun kaki kecilnya tidak mampu menopang tubuhnya dan anak tersebut kembali jatuh terduduk di atas tanah. “Mama …” anak perempuan tersebut kembali memanggil wanita itu dengan suara lirih.

Wanita tersebut—Lavina, menoleh ke arah putrinya dengan wajah yang bersimbah air mata. Tatapan menyerah dan penuh penyesalan menghiasi manik biru itu. Bibirnya bergetar dan hatinya terasa diremas melihat anak yang Ia lahirkan menangisi dirinya hingga keadaannya begitu menyedihkan. Lavina ingin berlari kembali menghampiri putrinya, memeluk tubuh mungil itu erat, dan menenangkan jiwa putrinya yang gelisah, tapi Ia tidak bisa. Lavina tidak bisa ketika Ia sendiri sudah hancur berkeping-keping. Jiwa serigala yang ada di dalam tubuhnya telah tiada, soulmate yang selama ini di sisinya, memilih membalikkan badan karena pengkhianatannya. “Maafkan mama sayangku …” Lavina sedikit menyesal karena telah membawa putrinya bersamanya, tapi Ia ingin momen terakhirnya bersama putri kecil yang Ia cintai. Ia ingin melihat wajah putrinya sebelum Ia kembali kepada Dewi Bulan. Memang itu hanya keegoisannya semata, tapi hanya itu yang diharapkannya, melihat wajah cantik putrinya di detik terakhir hidupnya.

“Mama … “

“Jaga Papa dan kedua saudaramu … “ ujar Lavina pelan. Ia tahu putrinya akan melupakan ucapannya ini, tapi Lavina tetap ingin mengatakannya. Ia percaya putrinya dapat menggantikan dirinya dan menjaga keluarga yang sangat berarti di dalam hidup Lavina. 

“Mamaaa …“ putrinya semakin menangis histeris dan merangkak menghampiri. Lavina, dengan menggunakan kekuatannya, menghentikan sang anak. Ia menciptakan sebuah dinding tak kasat mata untuk melindungi putrinya sekaligus menghalau makhluk kecil itu agar tidak mendekat kepadanya. Memiliki darah penyihir memang memiliki kelebihan, tapi Lavina membenci darah yang mengalir di tubuhnya dan Ia juga membenci dirinya sendiri. Jika saja Ia tidak terlena, maka soulmatenya tidak akan membencinya dan Ia tidak akan menjadi Luna yang terbuang. “Mama! Mama! Mama!”

“Jaga dirimu baik-baik anakku … “ Lavina hanya mampu mengucapkan selamat tinggal pada putri kecilnya, karena dua anaknya yang lain berada dalam genggaman soulmatenya. Soulmatenya telah melarang dirinya untuk menemui mereka, sedangkan putri kecilnya adalah pengecualian, karena masih sangat kecil dan membutuhkan seorang ibu, soulmatenya memberikan izin pada Lavina untuk merawat putri kecilnya hingga berumur lima tahun. 

Lavina berdiri di ambang jurang, bertepatan dengan soulmatenya yang muncul dari perbatasan hutan dan menatap Lavina dengan tatapan nanar dan penuh akan kesedihan. “Tidak, Lavina … “

“Maafkan aku Kenneth, aku menyesali semuanya … “

“Pikirkan putri kecil kita! Kau tidak bisa egois—"

“Maafkan aku, jaga anak-anak kita untukku.” Kenneth membungkuk dan mengambil putri kecil mereka ke dalam gendongan, kemudian menenangkan putrinya yang sudah sesak napas akibat menangis tiada henti. “Lavina … “

“Selamat tinggal Kenneth.”

Kenneth meletakkan putri kecil mereka kembali ke atas tanah dan berlari dengan kecepatan seorang Alpha, menghampiri sang Luna—Soulmatenya, menembus dinding transparan yang Lavina ciptakan, tapi Ia terlambat. Tangannya yang terentang tidak mampu menangkap sosok Lavina dan Kenneth hanya bisa terduduk lemas di atas jurang, menatap ke arah laut dimana tubuh soulmatenya berada, sedangkan tangisan putri kecil mereka semakin menjadi karena tidak lagi melihat sosok sang ibunda.

Semenjak itulah Alpha dari Bluewood Pack berubah.

Semenjak itulah Alpha dari Bluewood Pack berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aluna : The girl who mated to the RoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang