12. JENO

8 2 0
                                    

Kedai kopi hari ini cukup ramai, karena sudah menunjukan jam pulang kantor. Beberapa ada yang hanya berlalu lalang menikmati sore hari sembari melihat keindahan kota.

"Selamat datang disinggah sana coffe, mau ngopi apa hari ini?"ucap sapa ramah Nadin.

"Gak pengen ngopi deh, mau yang seger-seger dulu aja"ucap jihan sembari sesekali melihat Nasafa yang sedang sibuk meracik kopinya.

"Boleh sekali, Mbak Jihan"balas Nadin.

"Caramel chocolate sama ice cream pancake yah, eh tapi saya mau Nasafa yang nganter"ucapnya lalu pergi.

Nadin terdiam, begitupun dengan jacky yang membuat keduanya menoleh kearah Nasafa.

"Kenapa?"tanya Nasafa binggung.

"Jihan, pesenanya mau lo yang nganter. Tapi kayaknya lo sibuk si, Na."ucap Nadin.

"Biarin gue aja"sahut Jacky.

"Gausah gapapa, gua aja"ucap Nasafa.

Nasafa mulai berjalan menuju meja pesanannnya, ternyata Jihan tidak sedang sendiri, perempuan itu berada disebelah laki laki yang jelas Nasafa kenal.

"Jadi ini Kal, cewek yang lo bangga- banggain, yang nggak ada apaapanya, bahkan dia aja gakpunya masa depan, terus gimana mau ngasih masa depan ke lo kalo dia nya aja gakpunya. Lo yakin dia bisa buat lo bahagia kedepannya?"ucap Jihan sembari menatap Nasafa.

Nasafa hanya diam sembari menaruh pesanan Jihan, berusaha menahan diri untuk tetap baik baik saja.

Kalim menyaut, menoleh sinis kepada gadis itu,
"Maksud lo apa ngomong gitu? Nasafa nggak ada sangkut pautnya sama masalah ini yah"

"Sayang banget yah lo ngundurin diri dari kampus, gak mampu ya? Tapi kampus juga gak rugi sih kehilangan mahasiswa yang gak niat idup kayak lo"ucap Jihan yang membuat orang sekitar menoleh pada mereka

"Anjing!"ucap Kalim sembari menghentak meja, "Lo kalo punya mulut, dijaga. Kayak ga pernah disekolahin aja. Lagian lo gakusah ngusik idup Nasafa, lo boleh ganggu gue tapi jangan ganggu Nasafa"

Jihan berdiri sembari bertepuk tangan,"wah gila, kayaknya gue udah ngebuat emosi seorang Kalim meluap nih, apasih yang lo banggain dari cewek miskin ini"

Kalim mulai mengepal tangannya, entah apa yang dipikirannya laki laki itu hanya diam sembari menahan amarahnya, tiba tiba...

PLAKK...

Pipi kanan Jihan sudah merah, satu tamparan dari Jeno berhasil mensunyikan keadaaan kedai coffe miliknya.

"Jeno!"teriak Jihan tidak percaya.

"Lo kalo mau nyari ribut, gakusah disini. Gausah ngotorin tempat, lo ganggu pelanggan dan karyawan gue tau gak!"bentak Jeno.

Jihan mulai melihat- lihat sekitar, dan benar seluruh mata itu tertuju padanya. Tapi bukan Jihan kalo tidak tahu diri.

"Lo gila ya? Gue kakak lo!"balasnya sembari menunjik Jeno.

Jeno menarik napas,"lo mau keluar sendiri atau gue seret?".

Perempuan itu berdecak kesal sembari melirik tajam Nasafa, lalu pergi dengan hentakan sepatu mahalnya.

Sementara Kalim, wajahnya terlihat merasa bersalah karena menyetujui pertemuannya bersama Jihan.

"Na, maaf banget ya. Ini beneran gaada maksud dan sangkut pautnya sama kamu kok, beneran"ucap Kalim berusaha menjelaskan.

"Lagian lo mau- maunya dibegoin gitu sama Jihan. Lo tahu dia nggak waras masih juga diladenin"sahut Jeno.

Nasafa KalimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang