Langit sudah menampakkan sisi jingganya sementara Kalim, laki laki itu mendogak kanan kiri untuk memastikan apakah gadis keras kepala itu sudah keluar dari kelasnya.
Tak pikir panjang, Kalim langsung menyalakan vastic hitam menghilat itu dan menemukan gadis itu sedang berjalan sembari menunduk dipinggar jalan dekat halte bus milik kampusnya.
"Naik, na"ucap Kalim
Nasa menoleh, menemukan raut wajah laki laki yang sedari pagi tadi menyuruhnya kesal,raut wajahnya Nasa berubah seketika,"Enggak!"
"Naik, Nasafa"ucapnya sekali lagi
"ENGGAK!"semua perhatian mahasiswa kini tertuju pada mereka
"Ini udah sore banget, jangan batu Nasafa. Mau membuat Ante mu khawatir lagi?"kekeuh Kalim yang masih duduk diatas motornya.
Nasa diam sejenak. Ia melihat keatas langit abu abu kini sudah menrendungi daerah itu, tak lama tiba tiba gerimis turun.
Gadis itu dengan sangat terpaksa naik keatas motor Kalim dengan raut wajah kesal. Kalim tau, gadis yang kini berada dibelakangnya masih memasang raut wajah asam karena pagi tadi.
"Kita teduh dulu,ini lumayan deres"ucap Kalim
Laki laki itu memarkirkan motornya disebuah minimarket dekat lampu merah.
"Pakek"ucap Kalim sembari menyondorkan jaket jeans kebanggaan miliknya
"Enggak"
"Pakek Nasa, aku gak mau repot kalo kamu sakit."
Nasafa diam, masih tak menghiraukan Kalim dan jaketnya, "Aku suruh kamu pakek, bukan melamun."
"GAKMAU KALIM!"
Kalim menarik napas berat, "Dasar sikepala batu". Laki laki itu tanpa perintah sang putri langsung memasangkan jaketnya kepundak Nasa. Kalau seperti ini gadis itu tidak akan menolak
Bilang aja mau dipasangin gengsi banget sih, Na. Gumam laki laki itu dalam hati sembari menahan senyum
"Kenapa senyum-senyum?"ucap Nasa ketus
"Senyum kan ibadah, Na. Masa nggak boleh sih?"
"Aku tahu, pikiran kotor mu itu Kalim"
"Astaga, Na. Kenapa sih bawaan nya buruk terus kalo tentangku"
Hari semakin gelap, namun hujan masih tak kunjung berhenti. Ditengah hiruk pikuk beberapa orang yang berlalu lalang, gadis itu terdiam dalam pikirannya sendiri, taklama Nasafa mulai bersuara.
"Kal?"panggil Nasa
Kalim menoleh, mata gadis itu kini berkaca-kaca, entah pikiran apa yang memenuhi isi kepala gadis itu
"Kalo aku pergi, Ante sedih ngga ya?"
"Kenapa tiba-tiba ngomongnya gitu? kamu kenapa lagi?"
"Gapapa. Cuma kadang aku mikir, kal. Kasian lihat Ante yang direpotin mulu sama aku, padahalkan harusnya dia sibuk mempersiapkan pernikahannya. Bukan repot-repot mengkhawatirkan keponakannya yang selalu merepotkan dia terus!"Nasafa kesal sembari menatap hujan yang kian deras.
"Kenapa kamu selalu berpikir gitu sih, Na? Kamu tahu Antemu cuman punya kamu. Jadi, harusnya kamu cukup jangan membuatnya khawatir dengan tingkah kamu yang aneh itu,Nasafa."
Nasafa terdiam, "Aku cuma ngga mau jadi beban Ante terus"nada bicaranya kini merendah.
"Ngak ada yang merasa kamu beban, Na."
Sesampainya dihalaman rumah Nasa, mobil milik Antemira yang bisa terparkir tapi tidak ada, rumah sederhana itupun masih gelap. Hari mulai gelap namun takada lampu yang hidup.
"Ante masih belom pulang, Ka."ucap Nasa
"Mau aku temenin dulu nggak?."
Nasafa menggeleng, "Gakusah, nanti kamu tambah malem pulangnya."
Kalim mengangguk, "Yaudah, kalo ada apa-apa kabarin ya, Nasa"
Nasa mengangguk, Kalim masih melihat gadis itu berjalan masuk kedalam rumahnya lalu pergi.
Nasafa terbangun dari tidurnya, lalu melihat jam yang sudah menunjukan pukul satu tengah malam. Beberapa kali nomor tak dikenal menghubungi Nasafa namun tak ia hiraukan.
Gadis itu bangkit dari tempat tidur lalu menuju kekamar Mira namun sepertinya perempuan sipekerja keras itu belum pulang.
Dritt..Dritt
Sekali lagi, ponsel milik gadis itu kembali bergetar lalu ia angatlah telpon dari no tak dikenal tersebut, dengan perasaan ngga enak Nasafa mencoba menekat tombol hijau itu.
"Hallo, selamat malam. Dengan saudari Nasafa?..."
Nasafa terdiam. Tangan nya dingin gemetaran, benda pipih persegi itu kini taklagi berada digengaman nya.
Untuk pertama kalinya, gadis itu berharap bahwa semesta akan bekerja sama dengannya untuk malam ini saja.
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, gadis itu kembali memohon pada tuhan.
✧
Nasafa langsung menelpon Kalim, tak banyak bicara gadis itu tak sanggup. Namun, Kalim dengan segala kekhawatirannya langsung bergagas menghampiri Nasafa.
Gadis itu keluar dengan tangis yang cukup deras, "Nasafa, Kenapa?"ucap Kalim sembari memegang kedua bahu Nasafa
"Kal..."
Kalim mendekap tubuh gadis itu, "Kenapa, Nasafa?"
"Aku mau kerumah sakit sekarang, kal. Sekarang!"
"Kenapa, ada apa, Na.?"
"Anteku kal, Antemiraa"ucap Nasafa sembari menagis seseguk.
Sepanjang perjalanan tangis Nasa semakin deras, Kalim sangat mengerti Antemira adalah satu-satunya yang ia punya setelah kepergian ayahnya.
Tuhan, jangan sekarang. Nasafa masih belum sembuh. Gumam Kalim
• • •
Haloo haloo chingu, kembali lagiii! ʕ•ε•ʔ
chapter kali ini sih lumayan yaah! Semoga kalian tetep sukak yaa. Semangat bacanya tayangg!≡^ˇ^≡
^Happy reading chingu! ('ε')
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasafa Kalim
Fanfiction"seengaknya na, kalo kamu gabisa baik sama orang lain, cukup sama diri kamu sendiri" Aku berusaha menyakinkan semesta untuk memberi mu bahagia yang tiada tara, jika caranya adalah menjauhkan mu dari aku. Maka, lakukan lah wahai semesta. lakukan lah...