Nasa begitu cemas, beberapa kali Kalim mendapati gadis itu meringkuk sembari mengigit jari-jemarinya. Saat melihat tubuh milik tante nya yang sudah berlumuran darah tangis gadis itu semakin deras. Kenapa tangis mu membuat aku begitu terluka, Na.?
Kalim dan Nasafa masih menunggu Amira untuk dioperasi, Kalim duduk disebelah Nasafa sembari mengenggam tangannya dan beberapa kali menyakinkan bahwa semuanya akan membaik.
"Ante pasti baik-baik aja ya kan?"
Kalim mengangguk,"Iya, Antemu kuat kok"
"Aku ngga tahu, apa yang bakal terjadi kalo Ante yang ninggalin aku. Kamu juga tahu, aku cuma punya dia,Kal."
"Iya Na, Iya. Kita berdoa aja ya, kamu jangan mikir yang macem-macem dulu ya"jelas Kalim sembari mengusap kepala gadis itu.
Satu jam berlalu, dokter keluar dengan raut wajah pasrah. Nasafa tahu itu, tapi yang ingin ia dengar perkataanya yang membuatnya tenang dan senang bukan sebaliknya.
"Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, pendarahan yang terjadi diotak pasien sudah sangat parah.. dan ya kecelakan itu cukup mengerikan.."dokter itu menghela napas,"Saudari Amira tidak bisa diselamatkan"lanjutnya.
Bruk, tubuh Nasafa langsung lemas terjatuh kelantai, "Nggak, nggak Kal. Ini ngga mungkin kan dok? Dokter pasti becanda kan? Dokter bohong!"teriak Nasafa
"Na, Nasafa"ucap Kalim sembari memeluk gadis itu
"Nggak kal, Antemira gakmungkin ninggalin aku. Ngga mungkin hikss"tangan Nasa gemetar sungguh takkaruan,"Nanti kalo Ante pergi, aku gimana? Aku sama siapa?."
Masih begitu banyak pertanyan dan kebinggungan yang muncul dikepala Nasafa. Nasafa masih tak percaya, ia mengenggam kuat tangan Kalim. Masih dalam dekapan laki laki itu, untuk kesekian kalinya, semesta merengut bahagianya kembali.
Semesta, kenapa kau membuat rencana yang bahkam diluar rencanaku. Ini gaadil untuk aku, aku sudah meminta-minta tapi masih tak kunjung kau kabulkan, aku salah apa tuhan.? Gumam Nasafa.
Kalim ikut meneteskan air mata, bagaimana tidak? Satu satunya gadis yang dia sayangi harus merasakan kesedihan kembali, bahkan ini terlalu cepat tuhan.
☆
Orang- orang sibuk menbacakan yasin kepada mendiang, sementara Nasafa hanya diam sembari memeluk foto Amira bersamanya.
"Na, makan dulu ya?"ucap Kalim yang saat ini memegang piring untuk Nasafa
Nasafa masih diam.
"Na, dari subuh tadi kamu belum makan apa apa loh. Aku nggak mau maag mu nanti kambuh, Nasafa."jelas Kalim
"Biarin aja, Kal. Supaya aku bisa ketemu Ante dan Ayah"ucap Nasa.
Kalim meletakkan piring itu, dan duduk didepan Nasafa sembari memegang pundaknya, "Aku tahu kamu sekarang lagi kehilangan banget, dan aku juga tahu gimana rasanya ditinggal oleh satu-satunya orang yang kita punya. Tapi, kamu tetep harus melanjutkan hidup, Na. Kamu harus tetep hidup dengan baik meskipun tanpa mereka, dengan begitu Ante dan Ayahmu pasti senang, Nasafa."jelas Kalim
"Enggak, bagaimana bisa aku melanjutkan hidup dengan baik sementara aku cuma punya mereka, Kal!"
"Kamu punya aku, Na! Kamu masih punya seorang Kalim yang akan selalu berusaha ada untuk kamu. Antemu juga gitu, Na. Tapi sepertinya tuhan lebih sayang sama Antemira"air mata Kalim ternyata juga ikut menetes
Aku juga sama kayak kamua Na, aku juga mau marah sama semesta. Aku ngga suka lihat kamu nangis, aku nggak suka semesta selalu jahat sama kamu. Aku gasuka kamu sedih, Na. Tapi aku bisa apa, aku juga cuma manusia kecil yang akan selalu ada buat kamu.
Beberapa menit yang lalu, orang orang mulai memberi kekuatan pada Nasafa, gadis itu kembali memasang topeng senyum padahal Kalim tau seremuk apa perasaan gadis itu sekarang.
Tepat pukul tengah malam, gadis itu duduk ditaman samping rumahnya mengadap pandangan lampu perumahan setempat. Matanya masih bengkak, dan pastinya gadis itu masih memeluk foto mending Amira.
Kalim mendekat, "Udah malem, Na. Angin malem ngga baik mending kita masuk aja."
Nasafa masih diam sejenak, "Kal, kamu tahu ngga? Kenapa aku begitu suka dengan malam hari?"ucapnya masih memandang kedepan,"Aku ngga bisa tidur ,Kalim. Semenjak kepergian ayah, setiap malam, aku harus melewatkan rasa ketakutan-ketakutan aku sendiri dan sekarang ketakutan aku terjadi lagi. Terus setelah ini,aku gimana, Kal? Aku sama siapa? Kenapa dunia selalu ngga pernah adil sama aku? Sekarang aku harus apa, Kal? Aku harus gimana...hikss"Nasafa kembali menangis, air mata gadis itu kembali deras.
"Na, dari dulu kamu juga tahu aku nggak pernah mau ngebiarin kamu sendirian. Tapi kamu selalu nolak itu, sekarang aku disini, Na. Laki laki yang selalu kamu marahi, laki-laki yang dengan sabarnya menghadapi bertapa introvertnya seorang Nasafa ada disini. Kamu punya aku, Na. Aku mau jadi orang yang kamu cari itu, aku mau jadi orang yang selalu kamu repotin, aku mau, Nasafa."jelas Kalim
Keduanya kini sama-sama terdiam, Kalim menoleh, menatap bola mata coklat cantik milik gadis itu, "Seenggaknya kalo udah ngga ada rumahmu untuk berpulang, kamu bisa pulang ke aku, Na."
"Hidupku udah sepi, Kal. Sekarang aku harus kembali kerasakan kehilangan lagi."
Kalim menarik tangan Nasa untuk berada dipeliknya "pegang janjiku, kamu nggak akan pernah kehilangan aku".
• • •
Yoo chingu, kembali lagiii dan lagii dong pastinya ʕ•ε•ʔ
chapter kali ini sih panjang ya wak! Kalo kurang banyak dapet feel nya gapapa, namanya juga pemula. Tapi tetep semoga kalian tetep sukak yaa. Gomawoo chingu!
see yuuu. Semangat bacanya tayangg!≡^ˇ^≡
^Happy reading chingu! ('ε')

KAMU SEDANG MEMBACA
Nasafa Kalim
Fanfic"seengaknya na, kalo kamu gabisa baik sama orang lain, cukup sama diri kamu sendiri" Aku berusaha menyakinkan semesta untuk memberi mu bahagia yang tiada tara, jika caranya adalah menjauhkan mu dari aku. Maka, lakukan lah wahai semesta. lakukan lah...