13. KABUT

15 1 0
                                    

Kabut pagi yang menutupi jendela kamar Jeno, laki laki itu semalem sengaja tidak pulang kerumah, menghindari bertapa akan semenyebalkan apa kakak perempuannya itu.

Namun, tanpa diundang. Perempuan berbaju tosca dengan rambut digerai itu sudah didalam apartemen adiknya itu.

Jihan menghempas pintu kamar Jeno.

"Oh, lo gak berani pulang setelah ngebelain cewek miskin itu" teriak Jihan.

"Mulut lo tolong dijaga ya"ujar Jeno.

"Mau sok pahlawan lu, karena udah nolongin tuh cewek lo jadi merasa kalo lo paling keren kemarin iyakan?"

"Lo beneran udah jatuh cinta kan sama cewek miskin itu"lanjutnya

"Eh anjing..! Jaga omongan lo"ucap Jeno sembari menunjuk Jihan.

Kepalanya mungkin sudah berasap menghadapi tingkah kakaknya yang sudah tidak waras lagi ini.

"Gila ya, Jen. Lo rela berantem sama gue cuma buat belain cewek gak seberapa itu! Gue kakak lo, Jeno"jelas Jihan sembari menunjuk dada adiknya.

"Kayaknya setelah kejadian kemarin, gue ngerasa gue ga nyesel sih belain Nasafa, karena cewek yang gak seberapa itu lo!"

PLAK..

Jihan menampar Jeno dengan keras, pipi kanan laki laki itu memerah, "gue kakak lo, kalo lo lupa!"

"Gue... gak pernah punya kakak kayak lo!"

Jihan mendongak tidak percaya,"eh bangsat lo ya, dari awal. Lo yang setuju bantuin gue, kenapa sekarang tiba-tiba jadi gini?"

"Lo itu bukan cinta lagi sama Kalim, Kak. Tapi obsesi. Semua, semua-muanya yang ada didunia ini harus jadi milik lo, semuanya harus lo dapetin gimana pun caranya, sekalipun itu bukan hak lo! Lo pernah mikir gak sih, kalo lo itu seegois itu hah?!"tegas Jeno, emosinya sudah tidak dapat tertahan lagi.

Jeno menarik napas,"dari kecil, gue selalu ngerelain orang-orang buat ngeutamain lo selalu, mama, papa, omah, bang justin semua orang akan selalu ngeutamain lo, sementara gue? Sekalipun gue kekurangan pun orang gak ada yang peduli juga kan?"lanjutnya sembari tertawa kecil.

Mata jeno sudah berkaca,"gue selalu nurut sama segala ucapan lo, tapi lo pernah gak sih sekali aja mikirin perasaan adek lo ini? Bahkan, lo aja gak nganggep gue sebagai saudara laki laki lo, Kak. Anjing banget kan"jelas Jeno yang sudah membuat kakaknya itu bungkam. Tak dapat lagi melawan kalimatnya.

"Tapi mulai sekarang, gue gak akan lagi berpihak sama lo!"lanjutnya.

"Lo lupa, yang bantuin lo buat pegang tuh kedai siapa kalo bukan gue?"ucap Jihan.

"Ambil, ambil semuanya. Gue balikkin semuanya ke lo! Gue gak butuh!"ucap Jeno lalu membanting pintu kamarnya lalu pergi.

✧✧

Beberapa kali Nadin mendapati rekan kerjanya itu sedang melamun, Nadin pun mencoba mendekat.

"Na, lo baik-baik aja kan?"tanya Nadin.

"H-hah??"ucap Nasafa panik.

"Kenapa sih, dari tadi gue perhatiin banyak melamunnya?"sahut Jacky.

"Ciakilah, mau dong diperhatiin sama mas Jacky juga"ucap Nadin meledek seniornya itu.

Jacky mengkerutkan kening kesal, "becanda, yaelah"sahut Nadin.

"Iya, lo lagi ada apa sih, Nasafa. Cerita dong?"tanya Nadin sekali lagi.

"Lo keseringan nonton rumpi no secret pastikan, kebanyakan kepo hidup lo"sahut Misca.

"Dih lo apaansih, ya siapa tahu kita bisa bantu ya gak, Na"balas Nadin.

Nasafa KalimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang