"seengaknya na, kalo kamu gabisa baik sama orang lain, cukup sama diri kamu sendiri"
Aku berusaha menyakinkan semesta untuk memberi mu bahagia yang tiada tara, jika caranya adalah menjauhkan mu dari aku. Maka, lakukan lah wahai semesta. lakukan lah...
Waktu terus saja berputar, langit jingga semakin mendekat. Langit jingga itu perlahan memperlihatkan keindahannya, tak kalah cantik juga dengan gadis yang berada depannya sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cinta yang seluas lautan pun harus siap ikhlas sedalam lautan"lirih Nasafa.
Jeno terdiam seketika lalu menghembus kan Nafasnya, "Semua itu kembali dan balik lagi ke kamu, Na. Kalo kamu mau, kamu bisa tapi percuma kalo aku sudah mengusahakan tapi kamunya yang gakmau keluar dari zona itu"
"Semesta memisahkan mu dengan Kalim bukan hanya tanpa alasan, membiarkan dan memberikan kesempatan yang lain hadir untuk mengobati mu, walaupun pada akhirnya obatmu bukan aku tapi aku tetap senang"
Nasafa membalikkan badannya, memberikan tatapan teduh pada laki-laki yang juga keras kepala itu.
Lagi-lagi aku tahu itu bukan tugasku dan urusanku, tapi seperti yang kukatakan sejak awal. Apapun tentang mu aku akan ikut serta didalamnya.
Tanpa menyebur kelaut lepas pun, sebenarnya Jeno sudah tenggelam, tenggelam terlalu dalam. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya kecuali gadis itu sendiri.
✧✧
Hari sudah mulai gelap, Nasafa dan Jeno masih berada dipantai menikmati angin malam kesukaan gadis itu.
"Kamu tahu angin malem itu gak baik loh, Na"sahut Jeno sambil membawa secangkir coklat panas.
"Dan kamu juga tahu, kalo aku dan duniamu ini gaakan pernah berteman bukan?"
"Aku gakmau denger pernyataan apapun dari kamu, selama aku mau ngelakuin apapun, aku usahain buat kamu bisa berteman dengan duniaku"
Nasafa terdiam sembari mengambil secangkir coklat panas dari genggaman Jeno. Perlahan gadis itu mulai menghirup cangkir tersebut.
"Jen, kamu gakusah ngelakuin apapunn. jangan paksain diri kamu, aku bisa sembuh dengan sendirinya kok"gadis itu kembali berucap.
Jeno diam sebentar, lalu menoleh kearah gadis itu, "Ternyata kamu lebih banyak ngomong nyebelin ya, Na"
Nasafa kembali menatap laut sesekali menghidup coklat panasnya kembali sembari ditemani oleh angin malam yang membuang kecantikan gadis itu bertambah.