"seengaknya na, kalo kamu gabisa baik sama orang lain, cukup sama diri kamu sendiri"
Aku berusaha menyakinkan semesta untuk memberi mu bahagia yang tiada tara, jika caranya adalah menjauhkan mu dari aku. Maka, lakukan lah wahai semesta. lakukan lah...
Pemandangan dari balkon Coffe N Buku Abah memang tidak pernah gagal. Lampu-lampu dari perumahan itu selalu saja indah. Andaikan bahwa hidup bisa semudah itu untuk merasakan kebahagian, tapi sejatinya prioritas kita bukan lah bahagia, melainkan bertahan hidup.
Sudah sekitar 1 jam yang lalu gadis itu duduk disana, masih ditemani oleh buku favoritnya dan juga latte yang masih menjadi tahta tertinggi perkopiannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga hari sudah berlalu sejak pertemuannya dengan Kalim di teras rumahnya, hingga sampai hariini pun Kalim belum memunculkan batang hidungnya.
Ini bukan sekali-dua kali laki laki itu tak berkabaran. Nasafa pun mengerti kalau Kalim pasti sedang sibuk akan praktikum-praktikumnya dan tugas lainnya terlebih lagi hobinya pada Alam.
Drttt....
Layar persegi itu menampilkan jelas sebuah dering telpon dari laki laki yang belum 24 jam semalam ia temui ditaman.
1 panggilan tak terjawab
2 kali panggilan tak terjawab
Tak lama laki laki itu mengirim sebuah pesan, "Nasa, angkat telp nya atau aku akan cari kamu kemanapun itu"
Panggilan itu masuk kembali.
"Kamu ngancem aku?"ucap gadis itu setelah meraih handphonenya keteliga.
"Karena sesusah itu menghubungi kamu, Nasafa"balas suara dari sana.
"Kamu mau ngapain cari aku?"
"Aku takut kamu melakukan hal yang membahayakan diri kamu sendiri kayak kemarin, sekarang kamu dimana?" Tanya jeno dengan nada cemas.
Nasafa menarik napas, "aku mau sendiri dulu". Ucapnya setelah itu mematikan telp tanpa balasan dari Jeno.
Gadis itu kembali menghirup kopi itu, masih dengan pikirannya yang ramai itu.
✧✧
Jam alarm Nasafa sudah berbunyi sedari tadi, ia mulai membuka matanya perlahan dan tanpa gadis itu sadari ia sedang berada dikamar Mira, Antenya.
Lagi- lagi kerinduannya pada Antenya itu mengingatkannya ketika setiap pagi perempuan itu akan mengomelinya jika jam sudah menunjukan pukul 7 tapi seorang Nasafa belum juga bangun.
Nasafa menarik nafas, coba aja kalo Ayah dan Ante masih disini. Mungkin hidup Nasa gak bakal seberantakan ini, Nasa gak bakal kehilangan diri Nasa sendiri.
Terlepas dari segala hal itu, mana ada manusia yang benar- benar siap dengan kehilangan? Gak ada manusia yang siap dengan sebuah perpisahan.
Selesai mengikat sepatu converse kesayangannya dan tak lupa pula mengunci rumahnya, gadis itu menyipitkan mata ketika menemukan mobil hitam itu terparkir didepan rumahnya. Nasa tahu siapa pemilik mobil itu.