21. CHAPTERS

5 0 0
                                    

Berbeda dengan Nasafa hidupnya hanya diam dirumah sembari mencari pekerjaan sesuai minatnya. Gadis itu asik berada didepan layar komputernya dengan ditemani kopi hangat yang sudah berada digengamannya.

Ia mendengar suara pagar rumahnya terbuka, gadis itu mengintip sedikit dari jendela. Jeno sudah berada disana dengan pakaian rapi dan tentu nya selalu dengan apapun itu yang ia bawa untuk Nasafa.

Nasafa menyentuh handphone nya terdapat 1 panggilan tidak terjawab dan pesan singkat darinya.

"Halo, Selamat pagi cantik!"ucap Jeno saat Nasafa membukakan pintu.

Pagi ini cerah nya hari sama seperti wajahnya ketika bertemu dengan tuan putri kesayangannya, masih dengan senyum khasnya mata nya juga ikut menyipit.

"Pagi pagi udah cemberut aja nih, pasti kamu nungguin aku kan?"ucapnya.

Kening Nasafa keningnya mengkerut, "Idih!"

"Moodku jadi gabaik setelah kamu dateng. Lagian, kerjaanmu kan banyak, Jen. Masa ketemu aku mulu?"balas Nasafa kesal.

"Ya.... Habisnya, kalo ga ketemu kamu satu hari aja rasanya aku gabisaa"

"Ohiyaa, aku bawa sarapan. Kamu sudah sarapan? Eh kopi lagi, Na? kasian lambung mu, Nasafa jelek! mending makan ini gih"lanjutnya saat melihat segelas kopi digengaman gadis itu.

"Astaga, Jeno! banyak bangett!"

"Kamu kan susaaaah kalo soal makan, ya aku binggung kamu mau apa jadi aku beli semuaa deh, kalo beli menu yang kayak kemarin-kemarin nanti kamu bosen, Na"jelas Jeno.

Nasafa diam, "Yaudah, masuk".

Jeno menaruh makanan nya dimeja makan, Nasafa mempersilakannya duduk.

"Na, gakusah. kamu diem aja duduk sini, biar aku yang ambil piring sama sendoknya."

Gadis itu menurut, sambil memperhatikan gerak gerik Jeno yang kebinggungan dimana tempat prabotannya tersebut.

"Na, ini alat dapur kamu cuma segini?"tanya Jeno.

Nasafa mengangguk, "Kan aku sendirian, Jen"

"Eh, Na. Seumur hidup sama aku seru tau"

"Dih, gak mau. Yang ada darah tinggi aku naik terus tiap hari, marah marah muluu sama sikap kamu, yang ada aku cepet tua. Gakmau!"

"Eh, jangan salah loh. Katanya kan marah marah mulu bikin cepet tua. Nah, riset menunjukan kalo kita marah berdua, itu namanya menua bersama"ucap Jeno sambil tertawa ngakak.

"Riset dari mana itu, Jeno. Gak valid itu"balas Nasafa sembari juga tertawa.

"Kamu gapercaya? Kita buktiin sendiri makanya, Na"

"OGAH!!"

"Kamu tuh, lucu tau kalo ketawa. Selain bisa bikin ketawa aku juga bisa bikin jatuh cinta loh, mau cobaa?"

"NGGAK, MAKASIH !"

Nasafa meregut kesal sementara manusia yang ada disampingnya itu tertawa terbahak-bahak.
Bahagia sekali menjahili Nasafa yang emosian ini.

Keduanya mulai melahap makanan tersebut, beberapa kali Jeno menambahkan porsi ke piring Nasafa yang lagi-lagi membuat Nasafa geram.

"ISH, GAKMAU. UDAH, JENO!"ucap Nasafa meninggi.

"Kamu tuh harus makan yang banyak, gak liat tuh badan kamu udah tinggal tulang, Na."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nasafa KalimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang