3. ANTENASA

23 4 0
                                    

Sejak 30 menit yang lalu, Amira tak berpaling menatap tajam keponakannya itu. Sementara, Nasafa masih diam menunduk sembari memainkan jari jemarinya.

"Ante gak pernah larang kamu mau pergi kemana pun bahkan sama siapapun. Kalo kamu maunya bebas, Ante bebasin kamu, Nasa. Tapi, Ante gabisa bayangin gimana hal buruk yang bakal terjadi sama kamu sementara Ante gaada didekat kamu. Ante cuman punya kamu, Nasafa!"ucap Amira sembari melipat kedua tangannya

"Bisa gak satu hari aja kamu ga buat Ante mu ini jantungan karena ulah kamu. Kamu mau buat Ante nyusul Ayahmu?"

Nasafa langsung menatap Amira, "Nggak, Ante apaan sih. Kalo ngomong yang bener!"ucap Nasa sembari memasang wajah cemberut

"Kamu tahu Ante ini sayang dan peduli sama kamu, Na. Ante gak minta macem-macem kok, tapi seengaknya kamu bisa berdamai sama diri kamu sendiri dulu"kali ini nada bicara Amira merendah.

Perempuan 27 tahun itu kini duduk disebelah Nasa, memeluk gadis itu dengan penuh cinta. Nasa memang hanya tinggal berdua bersama Amira, adik Ayahnya. Kendy, Ayahnya meninggal 3 tahun yang lalu sewaktu Nasa masih duduk dibangku SMA.

Lily, ibu kandungnya pergi meninggalkannya entah kemana sejak Nasa masih berumur 8 tahun, setelah itu Nasa telah kehilangan dunianya, dan yang tersisa hanya Amira, Antenya.

"Ante aku bukan anak kecil lagi yang harus terus diawasi. Ante harusnya sibuk mempersiapkan pernikahan, bukan repot-repot ngurusin Nasa terus"ucap Nasa pada Amira

"Apa bedanya jika Ante sudah menikah atau belum, Ante tetap akan terus khawatir dengan kamu Nasafa. Apalagi dengan kebiasaan-kebiasan kamu yang sering keluar malem tanpa bilang apa-apa. Kamu pikir Ante akan tenang dengan itu?"

Nasa diam, gadis itu kembali menunduk, "Seenggaknya, ada satu aja orang yang dengan senang hati memberikan kamu segala ketenangan. Ante tahu kamu gaperlu bahagia, tapi ketenangan. Tempat yang kamu kira hanya rumah biasa tanpa kamu sadari, ternyata hanya rumah itu yang bisa buat kamu pulang"ucapnya sembari menatap lembut gadis itu, "mungkin salah satunya termaksud Kalim"lanjut Amira

Nasa langsung menatap tajam Amira. Spontan Amira langsung mengelak sebelum gadis itu kesal dengannya, "Ante bilang kan mungkin salah satunya, Nasa. Bukan satu satunya"

Amira tersenyum melihat ekspresi kesal Nasa yang masih menatapnya tak sedap, "Lagian apa salah nya dengan Kalim?"

"Ante...!"teriak Nasa

"Ante cuma nanya, enggak ada maksud apa-apa loh. Coba kamu pikir deh, Na. Kalim ditengah kesibukannya dengan teman-temannya, dia bahkan mau merepotkan dirinya sendiri untuk seorang Nasafa. Gadis introvert dengan segala keras kepalanya. Tuhan itu baik loh, Na. Makanya dia kirim orang baik yang bisa ada buat kamu sewaktu kamu ga baik-baik aja"

"Itu kan Ante yang minta tolong sama dia"

"Ya, kalo bukan Kalim siapa lagi yang akan menemukan kamu, Nasa. Kamu mau Ante kehilangan kamu?"

Keduannya diam sejenak, Tapi, aku gakmau Kalim merepotkan dirinya terus. Laki-laki itu harusnya sibuk kuliah bukan sibuk mengkhawatirkan aku.

Pagi ini matahari agak nya masih malu menampakkan cahya sinar cantiknya, sementara gadis itu mengedipkan sedikit matanya untuk memastikan siapa laki laki yang sedang duduk diatas motor tuu.

"Gud Pagi, Nasafa jelek. Nih"sapanya sambil menyondorkan sekota bekal sandwich kesukannya.

"Jauh-jauh kesini nungguin aku, cuma buat ini?"

"Loh, ini ga sebatas 'cuma' loh, Na. Aku tahu kamu pasti selalu melewatkan sarapan kan"

"Makasihh, tapii aku nggak butuh sarapan, Kalim"

"Butuh!"kekeuh Kalim

"Nggak!"

"Na, pagi-pagi jangan bikin aku marah yaa"

"Emosian yah kamu sekarang"

"IYA! SEMUA KARENA NASA"

"Kok akuu?"

"Na, bisa gak sih kamu hargain aja pemberian orang lain. Sekali-sekali kerjasama nya dong, gausah bikin orang khawatir mulu"ucap kesal Kalim

"Aku gak minta dikhawatirkan, Kal"

Kalim menghela napas, untung saja ia sudah sarapan. Jadi, ada sedikit energi untuk menghadapi bertapa perfeksionisnya seorang Nasafa.

"Kamu cukup terima aja pemberian orang, Nasafa"ucap Kalim dengen nada pasrah

"Karena itu aku gamau direpotin kamu terus, Kalim"

"Aku suka apapun tentang kamu, Nasafa!"teriaknya nada tinggi

Hening. Nasafa terdiam begitupun Kalim, pagi yang seharusnya dijalani lebih cerah namun malah sebaliknya. Kalim kembali menghela napas

"Na..-"

"Kamu bodoh kal, kamu tahu hidupku begitu monokrom, gaada warna, aku gak akan bisa memberi kamu cinta sementara aku juga kekurangan"

"Maka itu! Maka itu aku memberi warna, biar aku yang memberi cinta itu kamu gak perlu repot-repot memberi, tugas mu hanya menerima!"

Kedua manusia itu kini sudah meledakkan emosi masing-masing. Seharusnya Kalim tahu berdebat dengan Nasafa tidak akan menghasilkan apa apa.

"Sekarang kamu yang keras kepala kal!"

Nasa pergi meninggalkan Kalim, sebenarnya Kalim juga marah dengan gadis itu. Kenapa ia lebih memilih berdebat dengan ku, apa susahnya sih mendengarkan ucapan ku. Aku gakmau kamu kenapa-kenapa lagi,Na. Seharusnya kamu ngerti itu.







• • •

Haloo, kembali lagiii! ʕ•ε•ʔ

kali ini chapter-nya lebih panjang yaah!
maaf bangett kalo masih banyak yang salah. Semogaa sukak yaah kawand-kawand ^ˇ^

^Happy reading chingu! ('ε')

• • •

Nasafa KalimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang