12. Our Damn Relationship

667 100 20
                                    

Aku menyembunyikan ini dari semuanya, hubungan absurd-ku dengan Alsa. Tentu saja pada Eri dan dua teman lelakinya itu, siapa pun, bahkan Bella--meski dia terus saja curiga semenjak aku mengirim chat padanya setelah insiden pertama bersama Alsa.

Namun, tidak dengan Mama. Yah, aku yakin dia tahu. Meski di depanku tak berkomentar apa pun lagi, seolah masa bodoh, atau membiarkan saja kelakuanku ini. Biar saja, lah. Selagi Mama tak melarang atau mengomentari, aku akan bersikap seolah Mama tak peduli tentang aku dan Alsa.

Kemarin Bella mengirimiku pesan WA. Awalnya bertanya kondisi Mama, tetapi aku tak menceritakan terkait kejadian 'hilangnya' Mama itu. Kusampaikan pada Bella bahwa Mama tetap menyebalkan dan masih hidup, jadi sahabatku itu tak perlu khawatir, karena aku tak akan membiarkan Mama mati kelaparan selama tinggal di Solo.

Selanjutnya, Bella mengatakan hal tak masuk akal. Yaitu tentang ibu tirinya--Tante Shela--yang mendapat kabar bahwa mantan ayah tiriku--suami terakhir Mama yang sudah sah bercerai dengannya beberapa minggu lalu itu--menemui Papa. Karena Tante Shela yang sangat aktif di dunia sosialita; mulai dari ikut perkumpulan yoga, pilates, senam aerobik, sampai gowes, maka dia selalu bisa mendapatkan banyak berita, bahkan yang tak masuk akal sekalipun.

Bollu Kukus
Dan tau apa kata Tante Shela? Katanya sumber terpercaya itu, Papa lo mau dong ketemuan sama bokap tiri bajingan lo itu. Ga tau deh mereka ngomongin apa. Lo penasaran ga?

Anda
Ngga. Bodo.

Bollu Kukus
Ish! Mampus aja lo, Kutil!

Anda
Mampus aja sendiri. Wkwkwk

Begitulah, pada akhirnya aku tak mendapat informasi tambahan lagi tentang kenapa bule sialan itu menemui Papa dan apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

Valid atau tidaknya berita itu pun juga masih kuragukan. Meski sebenarnya sebagian besar hatiku percaya sih, karena hampir semua kabar yang dibawa Tante Shela itu fakta.

Namun, urusan apa? Bisnis? Tidak. Papa pengusaha properti, sementara bule itu kerja di perusahaan otomotif. Masalah Mama? Aneh, deh. Papa sudah membuang Mama, seolah perempuan yang pernah menjadi istri dan merupakan ibu dariku yang adalah anaknya ini, tidak pernah dia kenal sama sekali. Lagi pula, kalau memang urusan Mama, apa kaitannya sama Papa, kan? Cemburu? Impossible! Mama sudah tidak pernah berhubungan dengan Papa lagi. Yah, setahuku begitu.

Entahlah. Makin aku memikirkan kabar dari Bella itu, makin muak saja rasanya. Padahal akhir-akhir ini aku sedang merasa begitu ringan dan nyaman. Aku tak mau merusak hari-hari menyenangkan ini dengan memikirkan hal-hal tak penting terkait Papa.

Kutatap layar ponsel sambil tersenyum. Setelah kejadian 'hilangnya' Mama dua minggu lalu, aku dan Alsa menjalin komunikasi yang lebih gila.

A
Udah makan?

Anda
Udah. Kamu?

A
Udah juga.

A
Kangen.

Anda
Sama.

A
Hari ini kita beda shift. Pulang jam berapa kamu?

Anda
Ini udah kelar. Ngopi bentar sama Eri. Ngga ada kamu di sini :(

A
Aku berangkat awal deh. Ketemu di parkiran?

Anda
Serius?

A
Banget.

A
Please?

Even If [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang