Plak..
"Marco."
Ayah Lisa menoleh kearah suara dimana Tuan Kim menegurnya. Sedangkan pria yang mendapatkan tamparan tadi hanya bisa diam. Suasana diruangan tersebut sangat mencekam, Lisa belum sadarkan diri sampai saat ini.
".. Kau tidak bisa menyalahkan Chan hanya karena dia tidak memberitahumu, Marco."
"Tidak, dia tetap salah. Selama ini aku percaya padanya untuk menjaga Lisa tapi nyatanya dia menyembunyikan hal sebesar ini."
"M-maafkan aku Uncle."
"Maafkan kami Uncle, kami tidak ingin menyembunyikam ini dari kalian, hanya saja Lisa terus melarang kami." Rosé berkata karena ikut merasa bersalah.
Marco memijat pelipisnya, putri satu-satunya terbaring lemah sedangkan menantunya juga belum sadarkan akibat syok bahkan mengalami pendarahan.
"Jika kau seperti ini, semuanya tidak akan terlesaikan. Kita harus kuat demi mereka Marco, jangan egois." Ujar Tuan Kim.
Semuanya diam, Marco hanya bisa menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya. Nana juga ada disana, dia terus duduk disamping brangkar Lisa. Sedangkan diruangan yang berbeda, Yoona dan Jisoo hanya juga hanya bisa diam melihat keadaan Jennie. Kandungannya melemah karena pendarahan tadi. Efek panik yang dia radakan sejak tadi sore serta syok ketika mengetahui penyakit Lisa yang bahkan sudah stadium akhir.
"Kenapa tuhan begitu kejam padaku." Lirih Yoona.
Jisoo yang mendnegar lirihan itu mendekat dan memeluk wanita paruhbaya itu. "Semuanya akan baik-baik saja Aunty, kita tahu Lisa kuat bahkan dia menahan rasa sakitnya sendiri selama ini."
"Lisa putri Aunty satu-satunya karena Aunty tidak bisa hamil lagi dan ketika mendengar Jennie hamil rasanya kebahagian memang memihak pada keluarga kami, tapi lihat sekarang. Lisa mengindap penyakit mematikan dan Cucuku sedang lemah." Jelas Yoona kembali terisak.
Jisoo terus mengusap punggung Yoona. "Bukankah mereka kuat.? Bayi dikandungan Jennie akan selalu kuat seperti Dada-nya. Dia akan sehat Aunty, dia akan berkeumpul dengan kita."
Yoona tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya bisa menangis dan menangis dengan apa yang terjadi saat ini. Tanpa mereka sadari Jennie sudah sadar dan mendengar semua apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya.
"Mari berjuang bersama sayang, Dada pasti sembuh. Kau tahu Dadamu adalah wanita yang paling kuat. Maafkan Mommy karena Mommy kau jadi lemah di sana." Lirih Jennie mengusap perutnya, air matanya terus menetes mengingat bagaimana wajah pucat istrinya waktu ditaman kemarin.
"Nnghhh.. Mom, Jisoo Unnie.."
Jennie berpura-pura seakan baru saja sadar dan memanggil keduanya. Yoona dan Jisoo menoleh mendengar suara Jennie memanggil mereka dan segera menghapus air matanya.
Yoona berusaha mengukir senyum diwajahnya agar Jennie tidak kepikiran dengan apa yang terjadi. "Kau sudah sadar sayang..? Ada yang sakit.?"
Jennie mengangguk menanggapi. "Perutku hanya ngilu sedikit, dimana Lisa.?"
Yoona dan Jisoo saling memandang. "Lisa masih diruangannya, kau tenang saja semuanya akan baik-baik saja Jennie. Ingat, kau tidak sendiri kandunganmu lemah" Ujar Jisoo mencoba meyakinkan.
Jennie menghela nafas kasar, dia memejamkan matanya berusaha untuk lebih tenang, dia harus mengontrol apapun itu jika tidak ingin bayi didalam dirinya semakin lemah.
"Apa aku boleh bertemu dengan Lisa, Mom.?"
Yoona hanya bisa mengangguk. "Sebentar sayang, Mommy akan bertanya pada dokter dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Page ✔
Romance"Ini adalah halaman terakhir, terima kasih Jennie kim.." GxG