CHAPTER 10

3.2K 260 11
                                    

Selamat datang di akhir chapter cerita ini,
Semoga kalian menyukai alur ceritanya yaa...

------

Waktu berlalu begitu saja, sudah sebulan semenjak Freen mengetahui bahwa dirinya hamil. Gadis itu tahu ada makhluk lain yang tumbuh di dalam dirinya. Tapi apa yang harus dia lakukan? Itu adalah anak yang lahir tanpa cinta.

Freen memutuskan untuk berbicara dengan dokter Irin dan kali ini dia pergi bersama Charlotte. Dan hanya Charlotte yang tau tentang kehamilan Freen selain dari dokter Irin, karena memang Freen baru menceritakannya kepada sahabatnya itu.

"Nona Chankimha, jika kamu ingin melakukan aborsi, sebaiknya dilakukan sebelum 3 minggu dari sekarang."

"Begitu ya.... kalau begitu terima kasih banyak dokter, saya permisi dulu."

"Jangan khawatir, pikirkan saja terlebih dahulu."

Saat ini Freen dan Charlotte telah meninggalkan ruangan itu. Charlotte bisa melihat ekspresi takut dan stress di wajah Freen. Sebagian dari dirinya tidak setuju jika Freen melakukan aborsi, tetapi pada saat yang sama dia tidak memiliki hak untuk memutuskan apa yang akan menjadi pilihan masa depan sahabatnya itu. Karena menurutnya Freen sudah cukup tertekan dengan kenyataan yang harus dia terima sekarang.

"Freen... Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"...... Aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan Charlotte?"

Freen menggelengkan kepalanya dan menghindari kontak mata dengan Charlotte. Tentu saja Freen belum bisa memutuskan apapun saat ini. Bahkan dia belum memberitahu Becky atau berdiskusi dengan kekasihnya tentang hal ini. Freen benar-benar takut untuk memberitahu Becky mengenai bayi yang tumbuh dalam dirinya kepada Becky.

"Freen..... Kamu harus berbicara dengan Becky mengenai hal ini."

"...... Apakah aku benar-benar harus melakukannya?"

"Tentu saja!! Bagaimanapun di adalah kekasihmu!! Mau sampai kapan kamu akan membuatnya menunggu?"

Hal itu membuat pikiran Freen tidak bisa bekerja dengan baik, Becky telah mengatakan bahwa dia akan menunggu hari dimana Freen siap untuk memberitahu dirinya. Sedangkan semakin banyak hari berlalu, semakin banyak pula gejala kehamilan yang semakin jelas. Namun sampai saat ini Becky sama sekali tidak menanyakan apapun tentang pemeriksaan Freen sebelumnya. Freen mulai menyadari betapa lembutnya keheningan yang diberikan oleh Becky, dan betapa besarnya kepercayaan yang Becky berikan kepadanya.

"Aku percaya Becky juga menderita karena hal ini. Hanya saja dia terlalu pandai memakai topengnya, sama seperti saat kita masih SMA dulu bukan?"

".........."

"Kamu harus segera berbicara dengan Becky secepatnya, oke?"

Akhirnya Freen mengangguk setuju dan itu membuat Charlotte tersenyum lega. Istri dari Engfa itu akhirnya menurunkan sahabatnya di depan rumahnya. Saat Freen masuk ke dalam rumah, dia telah melihat Becky yang menggunakan pakaian kasualnya sedang membantu pekerjaan orang tuanya di kuil seperti biasa. Freen penasaran karena tidak biasanya Becky berada di rumahnya saat hari kerja.

"Becky? Apa kamu tidak pergi bekerja hari ini?"

"Aku mengambil cuti hari ini. Jadi aku memutuskan untuk mampir dan membantu orang tuamu di kuil."

Eternal DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang