Saat Nadine kembali masuk, ia menemui Sangkara yang sedang memakan masakannya. Nadine melewati Sangkara begitu saja.
Bahkan jika dilihat sekilas, mata Sangkara terlihat merah. Sangkara masih melanjutkan makannya sampai nasi di piring nya habis.
Sangkara menaruh piringnya di wastafel, lalu meminum air yang ada digelasnya.
Walau sebenarnya Sangkara tidak lapar tetapi untuk membalas budi Nadine, ia habiskan makanan yang dibuat istrinya.
Nadine keluar dari kamar mandi, Sangkara melihat cara berjalan Nadine begitu sempoyongan.
Nadine berjalan sampai masuk kekamar dan langsung menidurkan tubuhnya diatas kasur. Sangkara menghampirinya, dan menyentuh kening Nadine.
Yang di rasakan adalah panas, Nadine bahkan terus berkata kalau kepalanya pusing dan perutnya mual. Sangkara keluar kamar dan kembali dengan baskom berisi air hangat dipangkuannya.
Sangkara mengompres kening Nadine dengan handuk hangat.
Dan Nadine terbangun ketika ia merasa ada yang mengusap keningnya. Saat membuka matanya, ia sudah terbalut dengan selimut dan kain hangat di atas keningnya.
Baru menoleh kearah pintu, Nadine melihat Sangkara yang baru datang dengan mangkuk berisi bubur diatas pahanya.
Tanpa banyak basa basi, Sangkara mengambil handuk hangat yang berada di kening Nadine lalu menyuruhnya untuk duduk.
Sangkara menyuapi Nadine dengan telaten, tidak peduli dengan huru hara yang akan terjadi setelah ini.
" Kenapa kamu mau rawat aku? " tanya Nadine namun yang ia dapat hanya Sangkara yang bantu menghabiskan buburnya.
" Gak perlu dijawab kamu juga udah tau, " jawabnya.
" Mas, " Sangkara menoleh sejenak lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sedang mengelap sisa bubur yang sedikit tumpah diatas meja.
" Jangan cinta sama aku. " Sangkara menghela nafas sejenak.
" Mau aku cinta atau gak sama kamu, itu hak aku. Kamu gak bisa larang aku, " ucap Sangkara.
" Tapi aku gak cinta sama kamu. " Sangkara menatap Nadine dan mendekatkan kursi rodanya pada Nadine.
Sangkara menyinggung senyum indahnya. Setiap yang melihat pasti akan terasa di hipnotis oleh senyuman milik Sangkara.
" Memangnya kalau kamu gak cinta, saya gak boleh gitu cinta sama kamu? rasa yang tak berbatas, tidak akan masalah jika tak terbalaskan. " setelah mengucapkan itu, Sangkara berbalik dan membawa mangkuknya ke dapur.
Sore ini rumah kedatangan tamu yaitu, mbak Aru. Ia ternyata sengaja di sewa oleh Nadine untuk menjaga Sangkara.
Sangkara tidak masalah, ia mengerti jika Nadine harus bekerja dan tidak bisa selalu ada untuknya. Mbak Aru akan pulang pergi, jadi tidak menginap.
Saat pagi pagi buta ia akan datang, dan akan pulang ketika Nadine sudah pulang.
🛶
Hari Selasa ini mbak Aru sudah mulai melakukan pekerjaannya. Seperti yang dibicarakan kemarin bahwa mbak Aru sudah datang dari jam 4 pagi.
Mbak Aru ini umurnya satu tahun diatas Sangkara. Tentu masih muda, ia harus berhenti sekolah karena ekonomi keluarganya.
" Mbak saya udah harus berangkat, saya titip Mas Sangkara ya, " ucap Nadine.
" Iya Mbak Nadine, "
Saat mbak Nadine berangkat kerja, rumah hanya diisi dengan Sangkara dan Mbak Aru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Lumpuh [ ON GOING ]
Teen Fiction" Kamu kenapa sih! Kamu marah karena perkataan aku? Bukannya itu semua fakta? Terus kenapa kamu harus marah? " " Iya Nadine, iya! " " Kalau kamu tau itu fakta, kenapa masih maksa saya untuk kerumah sakit untuk hal yang sia sia, saya gak akan pernah...