10

1K 49 0
                                    

Siang ini mamah benar datang kerumah. Ia langsung mengintrogasi keduanya. Sangkara dengan tenang menyambut ibu mertuanya.

Mamah terlihat tersenyum ketika melihat Sangkara namun kembali bersikap cuek ketika anaknya muncul.

" Jelasin, bener yang kemarin pacar kamu? " tanya mamah, Nadine mengangguk.

" Ya Tuhan, mamah gak pernah ngajarin kamu untuk selingkuh, Nadine! "

" Aku gak selingkuh! mas Sangkara juga yang mempersilahkan aku untuk punya pacar! " jawab Nadine.

" Nadine, calm down, " ucap Sangkara.

" Biar Sangkara yang menjelaskan ya mah? " Mamah mengangguk.

" Sangkara memang yang mengizinkan Nadine untuk punya pacar diluar sana, karena Sangkara tau kalau Sangkara gaakan bisa bahagiain Nadine, "

" Tolong ya mah, jangan marahin Nadine. Ini semua berawal dari Sangkara, Sangkara yang gak bisa bahagiain Nadine, maaf ya mah, "

" Gak Sangkara! Nadine memang kurang bersyukur! yang namanya selingkuh tetap selingkuh! "

" Mah! Nadine emang gak bahagia sama Sangkara! yang Nadine rasain cuman kesengsaraan! '

" Sangkara gak pernah bikin Nadine bahagia, Nadine capek mah harus terjebak dalam pernikahan ini. Nadine mau bebas kayak dulu, jalan-jalan sama temen, habisin waktu diluar. Bukan jadi istri rumah tangga gini, "

" Yang Nadine lakuin 3 bulan terakhir cuman nganterin Sangkara ke rumah sakit yang gak pernah Nadine lihat perkembangannya, "

" Capek mah, mungkin Sangkara lumpuh total. "

Mamah langsung menampar pipi anaknya dengan kencang, Nadine menatap mamahnya tak percaya.

" Siapa yang bikin kamu menjadi jahat gini, Nadine? apa ini perlakuan kamu selama ini sama Sangkara? "

" Mamah kecewa sama kamu, kenapa Nadine? kenapa?!! karena Sangkara gak bisa jalan jadi kamu seenaknya hina dan campakan dia? "

" Sangkara juga putra berharga di keluarganya. " Mamah menangis dengan terisak, setelah tahu perlakuan anaknya selama ini.

Nadine yang melihat mamahnya menangis pun merasa bersalah dan mendekati mamahnya.

" Maaf mah, maaf, "

" Mamah bener bener gak bisa maafin kamu! " setelah berucap seperti itu, mamah mengambil tasnya lalu keluar dari rumah ini.

Sangkara menghampiri Nadine yang masih menangis itu.

" Saya obatin dulu lukanya, kamu duduk dulu. " Sangkara mengambil kotak P3K di laci.

Ia mulai mengobati luka yang ada di pipi Nadine. Sesekali meringis karena merasa perih.

" Kamu istirahat habis ini, saya mau kerumah sakit sama Aru. " Nadine tak menjawab, ia hanya melamun.

Setelah mengobati Nadine, Sangkara menyuruh Nadine tidur ke dalam kamar.

Sangkara dan Mbak Aru mulai bersiap kerumah sakit. Seperti biasa mereka menggunakan gocar untuk kerumah sakit.

Lagi-lagi tidak ada perkembangan yang begitu terlihat dari Sangkara, dan dokter menyarankan Sangkara untuk berlatih di luar jadwal.

Karena terapi reguler tidak akan cukup untuk Sangkara bisa jalan dengan cepat.

Mbak Aru yang mendengar saran dokter pun setuju dan akan mulai mengatur jadwal Sangkara nantinya.

Selesai urusannya dengan rumah sakit, mereka mampir sejenak di warung soto. Mbak Aru memesan 3 porsi.

" Habis ini langsung pulang ya? saya khawatir sama Nadine dirumah. " Mbak Aru mengangguk.

Setelah pesanan datang, berbarengan dengan jemputannya yang baru sampai. Mereka langsung masuk kedalam mobil.

Tidak butuh waktu lama mereka sampai di rumah. Sangkara langsung menghampiri Nadine ke kamar dan mememuinya sedang tertidur pulas.

Sangkara mengecek suhu badan Nadine dan terasa hangat. Dengan cepat Sangkara langsung menempelkan kompres ke kening Nadine.

" Mas gak makan? " tanya Mbak Aru. Sangkara mengangguk lalu keluar dari kamar, membiarkan Nadine beristirahat sejenak.

" Tolong nanti sotonya di hangatkan ya untuk makan Nadine, "

" Baik mas, nanti saya hangatkan. " setelah itu mereka makan dengan tenang tanpa obrolan.

🛶

Setelah jam kerja habis, Mbak Aru pamit pulang. Bersamaan dengan Nadine yang baru bangun.

" Badan kamu hangat, udah diatas kasur aja. Saya ambilin makan, "

Tanpa basa basi, Sangkara mengambilkan Nadine makan. Soto yang sudah dihangatkan Mbak Aru tadi sebelum pulang dan nasi yang masih ada.

Sangkara mulai menyuapi Nadine dengan telaten, meniup nasi yang masih panas itu dan menyuapinya ke mulut Nadine, namun ia tidak menolak.

Setelah selesai makan, Sangkara memberinya air minum. Selagi minum, Sangkara membuka kompres tadi dan menggantinya dengan yang baru.

" Istirahat, " ucapnya.

" Pusing kalau tidur terus, " adunya.

Sangkara memindahkan dirinya keatas kasur, membenarkan posisi selimutnya. Ia mengambil remot televisi di atas meja dan mulai menyalakan televisi itu.

" Mau nonton apa, " tanya Sangkara.

" Apa aja, "

Sangkara langsung memilih film Indonesia yang berjudul ' Habibie & Ainun '

Karena terlalu fokus pada film sampai tak sadar jika posisi kepala Nadine tidak lagi bersandar pada penyangga kasur.

Ia menaruh kepalanya bersandar di pundak tegap milik Sangkara.

" Kalau ngantuk tidur aja, saya masih mau nonton, " ucap Sangakara setelah melihat mata Nadine yang mulai sayup-sayup mengantuk.

Selama 124 menit lamanya mereka menonton film tersebut. Sangkara bersiap untuk tidur, sedangkan Nadine sudah tertidur saat di pertengahan film itu.

" Kasihan ya saya, cuman bisa miliki raga kamu tanpa cintanya, "

" I love you, Nadine, "


Huhu, sorry baru update lagi. Ini masih anget banget. Sorry ya kalau alurnya ngebosenin. Sekiranya ada yang typo mohon dimaafkan. Bahagia selalu.

Note: Di part selanjutnya, tokoh Mbak Aru akan di ketik hanya menjadi Aru. Terima kasih.

Maaf, Saya Lumpuh [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang