05

1.3K 60 11
                                    

Mereka melakukan itu sampai sekitar 20 menit, itupun karena Nadine yang meminta Sangkara untuk berhenti karena sudah sangat lelah.

Sangkara tidak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih pada istrinya. Bahkan selesai mereka berhubungan Sangkara tidak melepaskan bibirnya pada kening Nadine.

Mereka membungkus diri mereka dengan selimut sampai leher. Keduanya saling memandang dan saling perpelukan.

Sangkara terus mengelus pipi Nadine. Yang di perlakuan hanya diam saja menikmati setiap sentuhan dari Sangkara.

" Kapan? " Nadine memandang bingung lawan bicaranya.

" Kapan cinta sayanya? " tanya Sangkara. Nadine menundukkan kepalanya.

Sangkara tertawa sejenak lalu mengelus punggung Nadine yang tidak di bungkus apapun membuat Nadine kembali merinding.

" Mau selama apapun, saya tetap tunggu, " ujar Sangkara.

Tanpa aba-aba Sangkara kembali melumat bibir Nadine dan kembali melakukan pergeludan panas itu.

Sampai keduanya merasa lelah dan mengakhiri semuanya. Sangkara mengelus perut Nadine, sedangkan Nadine masih memejamkan mata karena kelelahan.

" Sakit gak? " tanya Sangkara, Nadine mengangguk.

Sangkara mengambil baju hitamnya yang tergeletak diatas lantai, Sangkara memberinya pada Nadine.

" Nanti, " tolak Nadine. Sangkara mengelap keringat yang ada di dahi Nadine.

" Saya bersih-bersih dulu, " ucapnya pada Nadine.

Sangkara turun dari kasur lalu pergi ke kamar mandi. Tidak lama ia bersih-bersih, hanya 15 menit lalu kembali ke kamar.

" Mau tidur apa bersih-bersih dulu? " tanya Sangkara namun ia tidak dapat respon.

" Nadine. " Nadine kembali membuka matanya.

" Kamu harusnya tau kan jawaban aku! lagian kamu kan gak bisa gendong aku! " jawab Nadine. Sangkara menarik tangannya yang berada di rambut Nadine.

Nadine memaki dirinya sendiri karena ucapannya yang tidak senonoh itu.

" Bukan gitu maksudnya. " Sangkara mengangguk.

" Iya paham kok, yaudah istirahat dulu nanti saya pesenin makan. " setelah itu Sangkara keluar kamar, meninggalkan Nadine sendiri diatas kasur.

Siang ini Nadine kembali dibuat emosi oleh kelakuan Sangkara. Sangkara kembali terjatuh saat ia mencoba berdiri.

" Aku udah bilang, gak usah coba coba begini. Kaki aku juga lagi sakit mas! kamu gak pernah ngertiin aku. Kamu fikir gak cape apa? kamu gempur 2 kali terus belum lagi ngurus kerjaan rumah, "

" Mas gak bisa kan bantu aku? seenggaknya jangan ngerepotin aku! aku cape mas! jangan mentang-mentang kamu lumpuh kamu bisa seenaknya berantakin semuanya terus aku yang beresin, " ucap Nadine.

Sangkara memejamkan matanya sejenak menahan amarahnya. Sangkara menggangguk

" Maaf, "

" Kamu cuman bisa maaf maaf aja! kamu fikir dengan kata maaf bisa bikin barang barang jatuh ini balik ke tempatnya lagi! engga kan! "

Selesai dengan barang jatuh yang sudah kembali ke semula, Nadine masuk kedalam kamar lalu membanting pintu dengan kencang.

" Aku gak mau lihat kamu! " teriak nya dari dalam.

Sangkara pergi kekamar tamu yang berada di samping kamar mandi. Sangkara menidurkan dirinya, memenangkan dirinya.

Sampai satu notifikasi yang membuatnya bangun kembali dari tidurnya.

Nadine

| Gunanya kamu sebagai suami apasih selain nambah beban ke istri!

Sangkara membanting handphonenya sampai tidak berbentuk. Memukul tembok yang berada didepannnya dengan kuat, tidak peduli suara yang ia hasilkan.

Bahkan tangannya terasa mati rasa. Air mata turun membasahi pipi, darah mengalir dari hidungnya.

Sangkara membenci dirinya sendiri.

Sampai rasanya kepalanya begitu berat dan tubuhnya kembali terjatuh di atas kasur.

" Bunda, Kara sakit Bunda, " Sangkara terus merintih kesakitan sambil memanggil bundanya.

🛶

Sampai pagi menyapa, Nadine sudah pergi dari rumah. Ia sudah menyuruh mbak Aru untuk datang kerumahnya.

Mbak Aru yang sudah berada di rumah tersebut tidak menemukan keberadaan Sangkara, bahkan setelah ditanya, respon Nadine seperti tidak peduli.

Ketika mbak Aru membuka pintu kamar tamu, ia melihat semuanya kacau. pecahan kaca handphone yang berceceran, dan Sangkara dengan darah kering di bagian tangan dan di hidungnya.

Mbak Aru yang panik pun tidak tahu harus berbuat apa selain memesan taksi online dan menyuruh supirnya membantu membawa Sangkara.

Sampai dirumah sakit, Mbak Aru hanya bisa berdoa agar tidak ada yang serius dari Sangkara.

30 menit lamanya, Mbak Aru baru boleh masuk kedalam ruangan. Mbak Aru melihat keadaan Sangkara yang lebih baik dari tadi pagi.

Ia sudah mengabari Nadine namun belum ada respon darinya.

Sangkara perlahan membuka matanya dan sadar bahwa dirinya berada dirumah sakit. Mbak Aru langsung memberikan Sangkara minum.

" Mas kenapa bisa se kacau ini? " tanya Mbak Aru. Sangkara tidak menjawab.

Mbak Aru mengambil bubur yang ada di atas nakas. Perlahan menyuapi Sangkara, Sangkara menerimanya.

" Mas, berat ya kemarin gak ada saya? "

" Banget, "

" Sebagai gantinya gimana kalau mas udah dibolehkan pulang kita latihan berdiri lagi di taman? saya temenin. " Sangkara menggeleng.

" Saya gaakan bisa berdiri ataupun jalan, saya ini lumpuh. " Mbak Aru memandang bingung lelaki di depannya ini. Kemana rasa juang dari Sangkara?

" Tapi mas- "

" Saya cacat, saya beban, saya gak berguna, jadi untuk apa saya belajar, belajar dan belajar kalau gak ada hasilnya, Aru? " Mata Sangkara berkaca-kaca.

" Proses gak akan menghianati hasil, mas harus percaya itu. " Sangkara menggeleng.

" Saya cuman mendapatkan prosesnya saja tanpa ada hasil sekalipun, "

" Kemana sih rasa juang dari mas Sangkara? semudah itu mas Sangkara nyerah? semudah itu mas Sangkara nyerah dari tekanan orang orang? semua ada proses mas, Tuhan gak mungkin bawa mas sejauh ini kalau hanya untuk gagal, "

" Selagi masih ada saya, mas gak boleh nyerah. Saya akan dampingi mas Sangkara terus sampai bisa sehebat orang lain, "

Sangkaa menyeka air matanya lalu menatap Mbak Aru.

" Kamu yakin saya bisa? "

" Jangan tanya saya terlebih dahulu, tanya sama diri mas sendiri. Yakin bisa atau gak? mau berjuang atau berhenti sampai disini? "

" Yang ngerasain mas Sangkara bukan saya, "

" Saya...Saya mau, " Sangkara menjawab dengan ragu ragu.

" Saya mau berjuang untuk istri saya, "

Maaf ya gak update update, soalnya lagi ujian jadi wattpad harus di kesampingkan. Sekiranya ada yg typo tolong di maafkan, terima kasih. Bahagia selalu.

Maaf, Saya Lumpuh [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang