"Momentum HUT TNI Angkatan Udara ini adalah saat yang tepat bagi bangsa kita untuk menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang kuat, bangsa yang besar, dan berdaulat. Wilayah kita dari Sabang sampai Marauke, jika ada negara lain yang ingin merebut pulau kita, menguasai bagian dari wilayah kita, saya ... Presiden Faizal akan berdiri paling depan memimpin para punggawa bangsa, prajurit-prajurit kebanggan bangsa untuk mempertahankan kedaulatan kita! Kita harus membuat negara tetangga dan dunia tahu siapa kita!"
Pidato pun usai. Acara pun dilanjutkan dan dibuka dengan atraksi dari Korps Pasukan Gerak Cepat yang menunjukkan kemampuan tempurnya dan alutsista yang mereka miliki, setelah itu airshow pun di mulai dibuka dengan flypass dari masing-masing tim penerbang yang terbang rendah tepat di depan podium. Riuh tepuk tangan pun terdengar saat seluruh tim yang mengisi acara airshow itu mulai menunjukkan kemampuannya.
Tim dog fight yang mendapatkan kesempatan terakhir, menutup acara airshow dengan pertunjukan terbangnya, manuver, dan aksi pengejaran di udara.
Beberapa bola api di tembakkan saat bermanuver. Jantra sengaja membawa pesawatnya terbang vertikal dan sengaja mematikan mesinnya, membiarkan pesawatnya dalam keadaan blackout, terjun bebas dalam kecepatan tinggi. Tampak dari daratan, pesawat Jantra berputar-putar beberapa kali dengan asap mengepul di bagian belakangnya. Tak lama, deru suara mesin jet pesawat kembali terdengar dan Jantra kembali melesat dengan kecapatan tinggi sembari mengeluarkan bola api dari bagian belakang pesawatnya.
"Gimana penampilan aku tadi?" tanya Jantra usai ia selesai melaksanakan evaluasi bersama dengan Danlanud dan jajarannya. Ia segera menemui Sora yang juga baru saja selesai berkumpul bersama ibu-ibu PIA.
"Aku lihat banyak orang takjub sama penampilan kamu, Mas."
"Aku nggak tanya pendapat orang. Aku tanya pendapat kamu, Sayang .... "
"Jujur, aku takut. Jantungku serasa berhenti berdetak waktu lihat pesawatmu turun dengan kecepatan tinggi. Aku takut kalau ...."
Jantra tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Sora.
"Semua sudah sesuai perhitungan, Sora. Kondisi pesawat juga prima. Jika ada kesalahan artinya itu sudah takdir."
Sora meremas tangan Jantra dan menggeleng beberapa kali. "Jangan bilang begitu." Suaranya terdengar parau dengan mata yang berkaca-kaca.
Jantra menatap lekat istrinya itu sebelum akhirnya memeluk tubuh Sora dan mendekapnya erat.
"Janji sama aku,kamu akan baik-baik aja."
Jantra mengangguk tegas. "Sekarang kita pulang."
***
BREAKING NEWS : Republik Vessel sepertinya kembali menempatkan kapal perangnya di sekitar Pulau Andaan. Sepertinya, pidato presiden dalam acara HUT TNI Angkatan Udara itu membuat Republik Vessel bertindak agresif. Apakah ini adalah ancaman perang yang nyata?
Presiden Faizal mematikan saluran televisinya dan mulai menggeram kesal.
"Sepertinya mereka sengaja memancing kesabaran saya. Bagaimana menurut Anda Bapak Panglima? Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan, bukan?" tanya Presiden Faizal kepada Panglima.
"Izin, saya sudah menempatkan beberapa kapal perang kita di sekitar perairan yang mengelilingi Pulau Andaan, Bapak."
"Gertakan dengan kapal perang itu tidak cukup, Panglima. Saya mau Anda memilih prajurit-prajurit pilihan, yang terbaik untuk ditempatkan di Pulau Natanua. Saya mau, Anda membuat pangkalan militer besar di sana untuk menampung para prajurit yang bergabung dalam Operasi Khusus Andaan. Evakuasi warga sekitar pulau Natanua, tempatkan pada satu wilayah yang aman dan jauh di luar jangkauan pangkalan perang kita. Pastikan jika warga aman, mendapat cukup pasokan pangan selama operasi khusus ini berlangsung. Saya mau, kita tunjukkan pada Republik Vessel jika Pulau Andaan adalah bagian dari wilayah kita!"
"Izin, Bapak, bagaimana dengan saran PBB tentang perdamaian itu?"
"Urusan PBB itu urusan saya. Saya tahu apa yang saya lakukan sudah benar. Saya tidak akan membiarkan satu pulau milik kita jatuh ke tangan negara lain! Kementerian luar negeri sudah jelas-jelas memberikan rincian batas-batas wilayahnya kepada PBB. Peninjauan kembali sedang dilakukan, tapi jika Republik Vessel terus menggertak, masa kita sebagai pemilik pulau diam saja, Pak? Saya mau negara kita menggertak balik! Tunjukkan jika kita tegas!"
Panglima pun berkata siap dan segera melaksanakan perintah dari Presiden Faizal untuk segera membentuk pangkalan militer yang berisi orang-orang pilihan.
***
Jantra menarik selimut dan meletakkan kepala Sora di tangan kanannya sebelum akhirnya memeluk tubuh mungil istrinya itu lebih mendekat ke arahnya.
"Sepertinya bapak presiden serius dengan perang ini, ya, Mas?" tanya Sora usai melihat siaran berita malam.
"Siapa yang tidak marah jika wilayahnya di klaim adalah milik negara lain? Hal paling sederhana saja jika kita punya tanah dan batas-batas tanah kita dilanggar dan diakui milik tetangga, apa yang kita lakukan? Marah dan tidak terima, kan? Sama halnya seperti negara ini. Kita tinggal di negara yang besar, Sora. Wilayahnya sangat luas, menurut batas-batas wilayah, Pulau Andaan masih masuk dalam wilayah negara kita hanya saja wilayah perairannya memang berbatasan langsung dengan Laut Trinity milik Republik Vessel."
"Tapi kalau perang bagaimana?Aku takut nama mas tercantum juga sebagai bagian dari perang itu...."
Jantra tersenyum. Ia mengusap lembut wajah Sora, lalu mengecup puncak kepalanya.
"Perang tidak semudah itu meletus, Sora."
"Tapi kalau terjadi?"
"Kamu tahu aku harus berada dimana."
Sora diam. Ia menunduk tanpa berani menatap Jantra.
"Hei, jangan sedih, Sayang. Belum tentu juga itu terjadi, kan?"
"Hanya takut saja. Aku tahu kamu pasti akan ikut karena kamu masuk dalam pasukan tempur udara.Benar, kan?"
Jantra mengangguk.
"Aku jadi paham kenapa waktu pengajuan senior kamu tanya soal pulang tinggal nama, apakah aku siap atau enggak."
Jantra kembali mengangguk.
"Aku nggak bisa minta kamu untuk janji sama aku kalau kamu akan baik-baik aja di langit sana. Aku cuma minta sama kamu untuk terus ingat aku sampai kapanpun."
Jantra mengangguk dan mendekap Sora kian erat. "Pasti, Sayang. Aku akan selalu ingat kamu dalam setiap tarikan napas dan terus akan aku ingat sampai hembusan terakhirnya. Negara memang yang utama, tapi perlu kamu tahu kalau kamu adalah segalanya."
___________________
NonaAns
Jogjakarta 5 Juni 2023.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP GARUDA
Ficción GeneralDeclaimer : Cerita ini hanya fiktif belaka, nama tokoh, tempat, karakter tokoh, latar, serta alur dalam cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi penulis. Mohon maaf jika terjadi ketidakcocokan dan ketidaksesuaian di dunia nyata. Pulau Andaan adalah...