Dua Bulan Kemudian ....
"Izin, Kapt, dicari Danlanud."
Pria yang sedang melakukan kegiatan olah raga sore di pusat kebugaran itu pun mengernyit.
"Danlanud nyari saya?Ada apa katanya?" tanyanya dengan tatapan menajam.
"Izin, Kapt, kurang paham. Tadi hanya dipesan untuk menyampaikan pada kapten kalau kapten harus segera datang ke kantor komandan."
Pria itu mengembuskan napas panjang. Ia mengangguk tegas. Tak lama ia mengambil handuk kecil seraya mengusap wajah dan lengannya yang berkeringat. Kegiatan angkat beban ini sungguh menguras energinya, tapi ini adalah salah satu caranya untuk memelihara kebugaran fisiknya.
Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian dinas lapangan sebelum akhirnya menaiki motor maticnya menuju kantor komandan lapangan udara, Marsekal Riyadi.
"Kapten Jantra silakan duduk."
Pria itu pun memberi hormat sebelum akhirnya duduk di hadapan komandannya.
"Izin, Marsma, mohon petunjuk."
"Sekarang kamu bersiap, KSAU memintamu untuk bergabung ke Lanud Rinai Natanua. Kamu mulai hari ini resmi menjadi bagian dari Operasi Khusus Andaan."
Pria bertubuh tegap itu mengernyit. "Saya, diminta ke Natanua, Ndan?"
"Benar. Lebih baik bersiap sekarang. Segera saja berangkat. Pesawatmu sudah dipersiapkan."
Jantra kembali mengerutkan dahinya. Ia tahu tugasnya memang tidak sembarangan, tetapi tidak ada surat tugas yang mendukung. Jantra saja tidak tahu apa alasan KSAU memintanya ke Pulau Natanua.
"Ada masalah, Kapten?" bentak Marsma Riyadj saat melihat Jantra hanya terdiam.
"Izin, Ndan ... apakah tidak ada surat tugas untuk saya, Ndan?Izin, saya juga harus berpamitan terlebih dahulu dengan istri saya, Ndan."
"Surat tugas itu tidak penting. Semua administrasinya bisa menyusul kemudian. Yang jelas, kamu harus segera ke Natanua! Tidak bisa ditunda! Pamit saja kalau kamu akan menjalankan latihan gabungan di sana. Tidak perlu bertele-tele, kan?"
Jantra menegakkan posisi tubuhnya dan tidak ada kata lain selain ucapan siap yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa pasrah akan setiap tugas yang dia terima. Sama seperti prajurit yang lain, Jantra pun hanya dapat berkata siap.
Jantra memarkirkan sepeda motornya di samping mobil SUV hitam yang sudah terparkir rapih di bawah carport. Ia berjalan masuk dan saat membuka pintu rumah, aroma masakan yang begitu lezat segera menusuk indra penciumannya.
Jantra berjalan, menghampiri istrinya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Jantra meletakkan kunci motor pada tempatnya sebelum melingkarkan kedua tangannya di perut sang istri.
"Sudah pulang?" bisik Jantra seraya membenamkan kepalanya di ceruk leher istrinya. Ia mengecup leher jenjang itu beberapa kali dengan begitu mesra.
Sora tersenyum. Ia menggeliat geli seraya membalikkan tubuhnya menatap Jantra lekat.
"Baru pulang terus masak. Aku tahu kamu pasti kelaparan. Sekarang, mandi dulu, setelah itu kita makan sama-sama."
Jantra mengangguk. Ia melepaskan atribut seragamnya dan melenggang menuju kamar mandi. Tak beberapa lama kemudian, Jantra kembali keluar dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong warna putih. Ia menyeka rambutnya yang basah sebelum duduk di kursi makannya berhadapan dengan Sora.
"Aku cuma buat spagety carbonara. Semoga kamu enggak kecewa, ya?"
"Apa aja asal makan sama kamu pasti enak."

KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP GARUDA
General FictionDeclaimer : Cerita ini hanya fiktif belaka, nama tokoh, tempat, karakter tokoh, latar, serta alur dalam cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi penulis. Mohon maaf jika terjadi ketidakcocokan dan ketidaksesuaian di dunia nyata. Pulau Andaan adalah...