Pasca Penyerangan

314 46 46
                                        

Presiden Faizal menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal kuat. Rahang kokohnya mengeras usai ia mendapatkan kabar jika Pangkalan Militer di Pulau Rinai Natanua baru saja di hantam bom oleh pesawat tempur milik Republik Vessel.

"Mereka benar-benar menguji kesabaran saya! Mereka pikir saya takut dan akan mundur setelah penyerangan ini? Tidak!" ucap Presiden Faizal tegas.

"Bagaimana dengan kabar yang sampai pada PBB jika kita menyerang lebih dahulu, Bapak?" tanya Panglima TNI.

Presiden Faizal kembali menatap beberapa foto yang berhasil di ambil oleh tim Sayap Garuda. Salah satunya dari pesawat milik Jantra yang pada gambarnya terlihat jelas bahwa terjadi pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh Republik Vessel.

"Ini bisa menjadi bukti penting mengapa pesawat tempur kita berpatroli dan melewati batas wilayah sehingga terkesan mengintimidasi. Yang jelas kita tahu bersama, pilot pesawat tempur tidak melakukan penyerangan sama sekali. Yang ada, menurut keterangan Marsekal Hadi, kedua pilot itu diserang. Dan kabar terakhir yang saya dapat, salah satu pilot terbaik dinyatakan hilang kontak setelah pesawatnya dihantam rudal.

"Saya bisa menjadikan penyerangan Republik Vessel ini bumerang bagi mereka! Dewan Keamanan PBB tentu saja tidak akan tinggal diam menyikapi penyerangan ini, Bapak Panglima. Saya mau, pilot yang hilang kontak itu segera dicari tahu keberadaannya. Apakah dia dalam keadaan hidup atau gugur. Jika melihat letak jatuhnya pesawat saat dihantam rudal ada di wilayah Pulau Andaan yang menurut keterangan intelejen kemungkinan daerah tersebut sudah dikuasai musuh.

" Saya ingin Anda memastikan nasib pilot kita. Jika memang masih dalam keadaan hidup, jemput dan bawa pulang kembali dia dalam pangkuan ibu pertiwi. Jika memang gugur, minta tim untuk melakukan evakuasi pada jenazah pilot tersebut untuk selanjutnya segera di serahkan pada keluarganya. Saya dengar, pilot yang hilang kontak itu adalah putra tunggal Jenderal Nuraga. Tentu, saya sebagai presiden akan membantu pencarian pilot itu secara maksimal sebagai tanda balas jasa saya dan negara pada pengabdian Jenderal Nuraga."

***

"Sepertinya bapak presiden akan membantu mengerahkan pasukan untuk mencari tahu keberadaan Jantra, Mas," ucap Ishna usai selesai menyaksikan siaran berita mengenai konferensi pers berkaitan dengan penyerangan yang dilakukan Republik Vessel di Pangkalan Militer Rinai Natanua.

Nuraga diam sejenak. Ia memilih mematikan siaran televisi dan menatap kamar Sora. Dari tempatnya, Nuraga bahkan dapat mendengar suara isak tangis Sora.

"Mas, lakukan sesuatu," pinta Ishna seraya menggoyang-goyangkan lengan Nuraga.

"Apa yang bisa kita lakukan, Sayang?"

"Apa saja, Mas! Yang penting mas bisa bawa Jantra pulang lagi. Menantu kita sedang hamil, Mas. Kasihan dia. Mas tega lihat menantu kita menangis pilu begitu?"

Nuraga mengembuskan napas kasar. "Mas sudah tidak punya wewenang lagi sekarang. Kita tidak bisa melakukan apapun selain menunggu," ucap Nuraga lembut.

"Sampai kapan, Mas? Sampai kapan kita hanya diam saja begini, Mas!"

Ishna berjalan meninggalkan Nuraga sendirian. Ia memilih menghampiri Sora yang tampak lemah diatas ranjangnya. Ia kini sedang memeluk pakaian dinas harian yang terakhir kali digunakan Jantra dan belum sempat dicuci itu. Beberapa kali Sora menciumi pakaian itu karena menangkap harum tubuh Jantra yang tertinggal di sana.

"Bagaimana kondisinya, Mbak?" tanya Ishna pada Yurike yang baru saja memasangkan infus pada Sora.

"Lemah. Dia juga tidak mau makan sejak tadi. Makanya saya pasang infus agar kondisinya tidak semakin menurun."

SAYAP GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang