Tugas Pengawalan

571 55 9
                                    

"Wah, pengantin baru sudah sampai pangkalan saja. Gimana semalam, sukses?" tanya Swarga saat melihat Jantra berjalan ke arahnya. Pria itu telah bersiap mengenakan seragam tempurnya.

"Sukses gimana, jebol aja belum."

Swarga tertawa terbahak-bahak seraya menatap Jantra dengan tatapan mengejek.

"Jadi masih segel?"

"Gimana, baru mau buka segel komandan telepon. Dia itu dokter, tahu banget kalau pilot terbang itu kondisi tubuh harus prima. Alhasil, tidur, deh."

Swarga kembali terbahak. Ia memegangi perutnya seraya terus menatap Jantra dengan tawa dajjalnya.

"Mana kita tugas sampai lusa. Nasibmu memang, Jan. Terima saja."

Jantra membuang napas panjang. Ia berjalan tegap dengan helm di tangan kirinya. Jantra sengaja meninggalkan Swarga yang kini telah puas mengejeknya habis-habisan.

"Tugas kali ini, tim dog fight akan melakukan pengawalan terhadap pesawat kepresidenan yang mendapat undangan PBB di Jenewa untuk membicarakan konflik antara negara kita dengan Republik Vessel. Kita akan standby di Austria negara yang paling dekat dengan Swiss sampai pembicaraan bilateral ini usai. Dalam tugas kali ini, pimpinan memilih Kapten Jantra dan Kapten Swarga untuk melakukan tugas pengawalan ini.

"Rute dapat di lihat pada catatan masing-masing. Kita akan berangkat ke Jenewa kurang lebih pukul sepuluh lewat sepuluh menit. Kecepatan yang digunakan adalah 900 km/ jam dengan jarak tempuh kurang lebih 11.161 km. Jadi kurang lebih lama perjalanan kita adalah 12 jam 24 menit. Jadi estimasi kedatangan VVIP sampai di Jenewa adalah pukul 17.34 waktu setempat. Kalian akan standby di Pangkalan Udara Barak Rossauer yang terletak di Wina, Austria.

"Kami sudah menyampaikan kedatangan dan status pesawat tempur kita kepada pihak keamanan udara Austria dan izin sudah didapatkan jadi kalian dapat melintas di langit Austria sebelum nantinya mendarat di Wina. Sampai di sini ada pertanyaan?" ucap Kolonel Sadewa tegas.

Jantra dan Swarga pun bersiap menuju pesawat masing-masing usai menandai beberapa hal pada catatan rute mereka. Seperti biasa, Jantra berdoa sejenak di hadapan pesawat kesayangannya itu.

"Hai, Cantik. Kita bertemu lagi. Siap melakukan perjalanan panjang hari ini? Have a nice flight, Cantik. Mohon kerjasamanya."

Jantra mengusap bagian badan pesawat sebelum berjalan menuju tangga untuk segera naik ke kokpit pesawat. Dibantu oleh beberapa ground crew, Jantra mulai melakukan persiapan terbang. Seat harness sudah terpasang dengan sempurna, helm tempur sudah dikenakan, dan masker oksigen sudah terpasang sempurna. Pengecekan terakhir sudah selesai dilakukan. Pesawat dalam keadaan prima dan siap untuk terbang.

"Kali ini penerbangan akan memakan waktu sekitar dua belas jam. Kita harus mengatur kecepatan dan menyamakannya dengan kecepatan pesawat kepresidenan. It's a long flight, Babe, be nice," ucap Jantra saat ia menatap panel-panel yang ada di hadapannya.

"Halim Tower, good morning, this is Falcon Flight F16- 3990 and Viper Flight F-16 2033 is ready to taxy for take off, over."

"Roger, Falcon. Good morning, this is Halim Tower, Falcon Flight F16- 3990 and Viper Flight F-16 2033 is clearly to take off in run number 3. Have a nice flight and return safely, over."

"Roger, Tower. Falcon Flight F16- 3990 and Viper Flight F-16 2033 is moving to take off in run number 3. Thankyou and see you, Tower. Falcon over and out."

SAYAP GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang