"Selamat siang, perkenalkan nama saya Sora Jantra Dewangga, saya istri dari Kapten Penerbang Jantra Dewangga. Saya baru saja pindah ke pangkalan militer ini mendampingi suami saya yang dipindahtugaskan ke daerah ini."
Sora memperkenalkan diri pada sebagian besar ibu-ibu anggota organisasi pendamping abdi negara. Mereka melakukan serangkaian bakti sosial dan pengobatan gratis serta pemberian makanan tambahan bagi para bayi dan balita.
"Wah, senang sekali akhirnya dokter Sora bisa bergabung di sini. Jujur saja, kami kekurangan tenaga kesehatan. Selain melakukan kegiatan di pusat pangkalan ini, nantinya kita juga akan berkeliling pulau menyalurkan bantuan pada masyarakat-masyarakat yang tidak sempat datang ke pusat ini. Saya mewakili teman-teman semua mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung di Pangkalan Militer Rinai Natanua," ucap Ibu Heny Trisna, istri dari Mayor Jenderal Trisna Suherman yang diberi tanggungjawab menjadi komandan di pangkalan militer tersebut.
Sora melakukan kegiatan sosial tersebut dengan senang hati. Ia seolah kembali ke masa lalunya saat melakukan pengabdian masyarakat bersama para relawan dari Yayasan Yamada Corporate. Sora dengan senang hati menanggapi anak-anak kecil di sana yang mengajaknya bermain. Ada pula bayi yang ia periksa karena mengalami demam. Sora juga membantu memeriksa kesehatan para lansia di sana dan memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup bersih.
"Wah, ibu dokter sudah sibuk saja padahal baru hari pertama giat," ucap Jantra saat ia melihat Sora berjalan menuju rumah dinasnya. Jantra sudah mengenakan kaos oblong dan celana pendek itu sedang menyiram tanaman di halaman kecil rumah mereka.
"Iya. Nggak terasa sudah sore aja. Mas sudah makan?"
"Belum."
"Astaga, tadi pagi aku lupa belanja. Cuma punya mie instan sama telur."
Jantra terkikik geli. "Bikin mie rebus aja, Sayang pake telur sudah nikmat."
Sora segera berlari, meletakkan tas dan mengganti pakaiannya dengan babydoll andalan sebelum akhirnya mengikat rambutnya ke atas. Sora dengan cepat menuju dapur dan mulai mengambil air untuk merebus mie. Ia juga menyiapkan sayuran yang masih tersisa sedikit di dalam kulkas. Saat sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba Jantra memeluk dan melingkarkan tangan kekarnya di pinggang hingga perut Sora.
"Mas, aku lagi masak."
"Kamu mandi aja, biar aku yang masak."
"Ih, nggak bisa gitu, dong. Mas, kan, udah seharian kerja. Lagipula ini tanggungjawabku, Mas."
"Cuma masak mie instan aku juga bisa, Sayang. Lagipula kamu pasti gerah dan capek, kan, habis giat? Aku udah siapin air mandinya. Lebih baik kamu mandi aja. Urusan mie rebus serahkan sama mas."
Sora menatap Jantra dengan ragu.
"Bener?"
"Iya."
"Mie instannya cuma tinggal dua, Mas. Kalau gagal, kita nggak makan."
Jantra tersenyum kaku. "Yakin layak dimakan. Jadi, mending sekarang istriku tercinta ini mandi dulu. Aku udah taruh air hangat di ember, takut dingin," ucap Jantra seraya mendorong tubuh Sora ke kamar mandi.
Ia tersenyum usai menatap pintu kamar mandi yang telah tertutup lagi itu. Jantra pun segera berjalan cepat menuju dapur dan mulai meneruskan acara masak Sora yang tertunda.
"Untung cuma buat mie instan."
Jantra membagi mie yang ia buat tadi ke dalam dua buah mangkok. Ia juga membuat dua gelas cokelat panas sebagai minuman untuk menemani makan malam sederhana mereka.
"Taraaa sudah ... yuk, makan," ajak Jantra saat Sora keluar dari kamar mandi.
"Wah, makasih, lho, aku dimasakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP GARUDA
General FictionDeclaimer : Cerita ini hanya fiktif belaka, nama tokoh, tempat, karakter tokoh, latar, serta alur dalam cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi penulis. Mohon maaf jika terjadi ketidakcocokan dan ketidaksesuaian di dunia nyata. Pulau Andaan adalah...