Lima Belas

1.1K 101 5
                                    

Maaf cuma sedikit per part-nya 🙏🏻
Ceritanya masih agak panjang ya teman-teman 🙏🏻


⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.



Selamat Membaca ❤️💫










Yuta terduduk lesu di salah satu kursi kafe menghadap meja nomor 23 yang Jeno pesan dua jam yang lalu untuk menemui Yuta membahas masalah kasus kematian Sakura dan Bram yang cukup rumit.

Jeno sebenarnya bisa saja tidak peduli dengan kasus itu. Hanya saja, kasus yang ditangani Yuta berkaitan dengan sepupu jauhnya, istri, selingkuhan istrinya, bahkan dirinya. Mau tak mau ia harus tahu perkembangan kasus. Apalagi ia juga harus menjadi saksi dalam persidangan.

Sebagai polisi, Yuta telah menemui banyak kasus. Kasus kecil sampai kasus besar. Pria itu juga berhasil memecahkan kasus pembunuhan.

Namun, sebagai penegak hukum, tidak semudah itu menegakkan hukum karena banyak sekali faktor-faktor penghalang yang membuat kasus yang seharusnya bisa dipecahkan, menjadi sulit dipecahkan dan bahkan penyelidikannya harus dihentikan.

“Kabar buruk,” kata Yuta membuka perbincangan mereka malam ini di sudut kafe.

“Apa?” Jeno terlihat curiga dengan raut wajah Yuta yang pasrah.

“Haris punya hubungan sama petinggi negara kita,” ucap Yuta pelan. Pria itu memandang jus jeruk yang ia pesan dengan tatapan kosong.

“Hubungan apa? Katakan yang jelas, Yut,” kata Jeno.

Yuta menarik napas dengan senyum kecut. “Dia anak selingkuhan petinggi negara. Orang-orang di belakang Haris punya power besar, Jen.”

Jeno meneguk ludah. Istrinya ternyata berhubungan dengan orang yang punya hubungan penting dengan petinggi negara ini?

“Kau polisi, Yuta. Mau sebesar apa power mereka, kau dan timmu bisa menyelesaikan ini, bukan? Kalian harus menegakkan keadilan.”

Yuta menggeleng. “Polisi hanyalah kacung yang dihina-hina banyak orang, Jeno. Yang bekerja sesuai perintah atasan tertinggi. Kami ibarat pion yang mengikuti siapapun yang berkuasa. Mau mereka yang berkuasa baik atau tidak, kami harus patuh. Dan aku benar-benar merasa bersalah pada Sakura karena aku...” mata Yuta berkaca-kaca mengingat bahwa ia tak bisa menegakkan keadilan demi kekasihnya yang telah tiada.

“Masih ada pengadilan, bukan? Tugas polisi hanya menangkap dan menyerahkan hukuman tersangka ke pengadilan. Masih ada harapan, bukan?” Jeno tahu kalimatnya tak ada artinya sama sekali karena ia tahu bahwa kasus pasti benar-benar dihentikan. Pria itu ingin menghibur, tapi tak bisa.

Bahu Yuta berguncang halus.

“Aku malu. Aku benar-benar merasa malu pada Sakura, Jeno. Rasanya aku tak berguna,” ucap pria itu lirih dengan air mata yang mengalir dari matanya. Pria itu menangis. Entah seperti apa pandangan Jeno terhadapnya, ia tak peduli. Ia hanya begitu sedih karena ia tak bisa melakukan apa-apa untuk kekasihnya.

Apakah keadilan tidak bisa ditegakkan karena terhalang kekuasaan yang menekan para penegak keadilan? Apakah benar begitu? Miris sekali. Bahkan uang pun tidak ada apa-apanya melihat keluarga Sakura sudah membayar pengacara ternama untuk persidangan nantinya.

“Mereka juga pegang media-media besar yang berpengaruh. Kekuatan mereka benar-benar gak bisa diragukan lagi, Jen,” kata Yuta.

Pria itu menarik napas dalam seraya mengusap air matanya dengan tangan.

“Haris, laki-laki itu pengguna narkotika jenis sabu. Kami bareng tim juga mau mengusut darimana dia beli sabu. Tapi kenyataannya lebih parah. Keluarga Haris ternyata punya hubungan dengan mafia narkoba yang permainannya gak kecil, Jen. Dengan membongkar kasus ini, maka kemungkinan semua orang bakal terseret. Dan mau tidak mau kasus ini harus ditutup,” jelas Yuta.

4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang