⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.
Selamat Membaca ❤️❤️
Kala itu langit terlihat kelabu. Awan-awan menyelimuti bumi, seolah ikut berkabung bersama orang-orang yang ditinggal Aline.
Angin pun segan berhembus karena takut mengganggu suasana khidmat sanak keluarga dan kerabat yang menghadiri pemakaman Aline.
“Gimana hasilnya?” suara berat Yuta menyapa gendang telinga Jeno tatkala mereka sudah keluar dari area pemakaman.
Jeno menggeleng.
“Aku gak ketemu Karina. Bahkan aku udah hubungi dia sama Rose. Tapi nihil,” balas Jeno. Pipi pria itu sedikit lebam karena pukulan Yuta malam itu.
“Rose belum pindah, kan? Terus datangi dia. Apa cuma sampai di sini usahamu, Jen?” tanya Yuta.
“Sebenarnya untuk apa kamu mengurusi rumah tanggaku?” tanya Jeno yang risih dengan ucapan Yuta barusan.
Yuta tersenyum kecut. “Pikirkanlah sendiri. Carly yang ditinggal pergi Aline yang bahkan tidak ada status menikah saja terpukul. Aku? Aku juga sama sakitnya ditinggal tunangan sendiri. Apa kamu gak berpikir gimana kalau orang yang sudah kamu jadikan istri benar-benar pergi dari hidupmu?”
Jeno tak menjawab.
“Apalagi dia mengandung anak. Kalau anak itu sungguh anakmu? Bagaimana?” lanjut Yuta.
Sudah beberapa minggu Jeno tak lagi bertemu dengan Karina. Panggilan telepon dan pesan yang ia tujukan pada Karina tak lagi digubris Karina semenjak wanita itu pergi meninggalkannya malam itu. Apa mungkin ini balasan karena dia mengabaikan Karina?
Karina benar-benar tak lagi menunjukkan wajahnya pada Jeno. Rose juga tak memberitahu kemana Karina pergi demi permintaan Karina sendiri. Berkali-kali Jeno memaksa, tapi Rose tetap berpegang pada janjinya untuk tidak memberitahukan keberadaan Karina dimana.
Jeno sedikit membanting ponselnya pada meja karena direct message yang ia kirim akun Instagram Karina maupun keluarga Karina yang ia kenal tak dipedulikan sama sekali.
Pria itu terlihat kacau mengingat kalimat Yuta yang terus-menerus memghantuinya dengan kalimat, ‘Kalau anak itu anakmu, apa kamu tidak menyesal?’.
Bagaimana kalau apa yang dibilang Yuta adalah benar?
Bagaimana kalau Karina mengatakan yang sebenarnya dan tak pernah melakukan tindakan keji itu dengan Haris?
Jeno memandang kalender duduk di atas mejanya. Ia sudah memasuki bulan dimana seharusnya Karina melahirkan.
Apakah Karina akan datang padanya dan mengatakan kalau anak itu anaknya, lalu mereka benar-benar akan bercerai?
Ia memang pernah mengatakan kalau ia akan bercerai dengan Karina setelah Karina melahirkan mau anak itu anaknya atau bukan.
Bodoh sekali.
Emosinya yang meledak-ledak waktu dulu hanya membuat ia merutuki dirinya sendiri.
Jauh di dalam lubuk hatinya paling dalam, Jeno begitu menginginkan rumah tangganya yang rukun, damai, dan bahagia. Kalau ia bercerai, itu berarti impiannya akan pupus sudah.
Jeno bahkan tak ingin lagi mencari wanita lain untuk menggantikan Karina mengingat insiden meninggalnya Aline.
Pria itu cukup trauma dengan pilihannya kala itu untuk mengajak Aline keluar, dan berharap kalau gadis itu lah yang memberikannya bekal makanan padanya. Padahal ia tahu kalau Aline pernah menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)
ChickLit⚠️ MY BABY IN HER TUMMY Hamil bukanlah daftar dari rencana Karina. ⚠️ If You Are Reading This Story On Any Other Platform OTHER THAN WATTPAD, You Are Using Likely To Be At Risk Of A Malwares Attack. The Original Story Only You Find On Wattpad. - Zak...