Sehat-sehat kaliannn ❤️🌸
Selamat Membaca ❤️💫
Bukannya menemui Dokter Daniel untuk mengecek kandungannya, Karina malah kabur ke gedung lain karena melihat ada Aline dan Jeno sedang bercakap-cakap di depan ruangan sang dokter.
Mungkin Karina bisa saja tidak memperdulikan Jeno, tapi ia terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya.
Karina berjalan ke gedung lain sambil membuka aplikasi transportasi online, dan tanpa sengaja menabrak seorang pria.
"M-maaf!" Karina sedikit terhuyung, tapi pria itu menahan pundak Karina agar tidak jatuh.
Wanita itu mendongak mendapati pria yang pernah menolongnya beberapa hari yang lalu di parkiran.
Karina segera melangkah mundur. Ia membungkuk kecil untuk meminta maaf.
"Maaf, Pak," Karina bingung menyebut Yuta apa karena gugup berjumpa orang yang kekasihnya sudah meninggal dan ada hubungannya dengan perselingkuhannya dengan Haris. Alih-alih, menyebut dokter, ia memilih menyebut 'Pak'.
Pria tinggi di depannya mengangguk. "Ya," balasnya singkat.
"Saya permisi, Pak," pamit Karina, tapi Yuta segera menahannya.
"Sebentar."
Karina berhenti berjalan dan membalikkan badannya. Ada apa? Apa Yuta ingin memakinya di ruang publik seperti sekarang?
"Sakura ingin sekali Jeno dan istrinya hidup rukun. Wanita kesayangan saya itu selalu bercerita tentang hubungan kamu dan pria pembunuh itu. Dia kesal sama kamu. Tapi dia lebih kesal melihat Jeno sedih karena kamu lebih milih Haris..." ucap Yuta yang berbicara lumayan formal dengan Karina.
Matanya menatap lurus Karina yang takut-takut menatap matanya. Berulangkali Karina membuang pandangan ke arah lain saat mata Karina menatap mata Yuta.
"Maaf. Memang maaf saya gak akan termaafkan, tapi saya benar-benar minta maaf atas semuanya," kata Karina pelan dan terdengar agak formal di telinganya dan Yuta. Jemari tangannya saling remas karena khawatir Yuta akan marah padanya karena meminta maaf.
"Permintaan maaf kamu gak bisa buat Sakura kembali pada saya," balas Yuta.
Karina meneguk ludahnya. Benar sekali.
"S-saya tahu. K-kalau begitu, kenapa tidak penjarakan saya?" Karina mengulurkan tangannya ke arah Yuta. Wanita itu sudah pasrah dengan kehidupannya. Keluarganya tak ada yang peduli lagi padanya karena kasus perselingkuhan itu. Uang tabungannya juga tak selamanya terus ada. Membesarkan anaknya sendirian? Ia tak sanggup dan rasanya ia tak akan bisa. Ia benar-benar tidak menginginkan anak dalam kandungannya. Ia belum bisa mencintai anak itu. Ia merasa kalau anak dalam rahimnya adalah beban untuknya. Menumpang hidup dengan Rose? Itu sungguh memalukan meskipun ia membayar uang sewa, uang listrik, dan uang makan, serta kebutuhannya yang lain sendiri. Apalagi sudah banyak orang yang mengecap dirinya sebagai istri yang tak tahu malu dan tak tahu rasanya bersyukur.
"Saya lebih marah sama kamu yang milih pisah sama Jeno. Sakura rela menjadi mata-mata Jeno, melihat semua tindakan kamu di kantor, tapi dia berusaha menyembunyikan banyak fakta buruk yang kamu lakukan sama Haris supaya Jeno gak sedih. Melihat kamu sama Jeno kayak gini itu buat saya kesal karena rasanya apa yang dilakukan Sakura selama ini hanya mengantarkan dia ke gerbang kematian," jelas Yuta.
Tatapannya terlihat tajam dan menyiratkan kesedihan di dalamnya. Lagi-lagi ia teringat Sakura. Setiap Yuta melihat Jeno ataupun Karina, ia pasti teringat akan Sakura yang selalu menceritakan sepasang suami istri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)
Chick-Lit⚠️ MY BABY IN HER TUMMY Hamil bukanlah daftar dari rencana Karina. ⚠️ If You Are Reading This Story On Any Other Platform OTHER THAN WATTPAD, You Are Using Likely To Be At Risk Of A Malwares Attack. The Original Story Only You Find On Wattpad. - Zak...