⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.
Selamat Membaca ❤️✨
“Kamu kok diam aja, sih?” tanya Karina bingung di sepanjang perjalanan pulang.
“Kamu marah karena aku gak bilang mau pergi ke rumah sakit, terus kamu datang ke kantor aku, akunya gak ada. Iya?” tebak Karina.
Jeno cuma bisa diam menatap jalanan tanpa menjawab pertanyaan Karina.
Tangannya meremat stir mobil mengingat kejadian siang tadi. Video live yang dilakukan antara dirinya dan Sakura memperlihatkan Karina dan Haris yang sedang berpelukan.
Percakapan antara Karina dan Haris tidak terdengar saat itu. Jeno merasa marah dan meminta Sakura tidak perlu memperlihatkan perbuatan Karina dan Haris atas permintaan Jeno sendiri.
Sebenarnya, Jeno dan Sakura sudah sering saling sapa via WhatsApp. Hanya sebatas percakapan antara kerabat jauh saja dan perihal pekerjaan. Tidak lebih.
Jeno tahu betul ia harus menjaga perasaan istrinya. Ia tidak boleh berhubungan lebih dari sekadar teman dengan perempuan lain yang mungkin dapat menimbulkan perasaan di kemudian hari.
Selama ini Sakura berpura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi antara Haris dan Karina. Gadis itu benar-benar menjaga privasi orang lain dan tak mau ambil pusing tentang kehidupan orang lain.
Namun, setelah pertemuannya dengan Jeno di perusahaan tempat Sakura dan Karina bekerja, Sakura tahu kalau Karina adalah istri Jeno.
Sakura pernah mendengar kabar kalau Jeno sudah menikah, tapi ia tak tahu siapa istri Jeno itu.
Lagi, Sakura tak mau ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain.
Namun, melihat Karina yang sering dilihat oleh dirinya sedang berinteraksi dengan Haris, membuat dirinya terpaksa harus ikut campur. Apalagi Jeno yang selalu bertanya tentang istrinya di kantor.
Dengan kata lain, Sakura terpaksa menjadi mata-mata Jeno atas permintaan Jeno dalam beberapa waktu dekat ini.
Sebenarnya Jeno tidak akan mendapat kabar dari siapapun mengenai Sakura kalau ia tidak menelpon pihak perusahaan tempat Karina dan Sakura bekerja.
Pria itu tahu apa yang terjadi pada Sakura sebelum akhirnya ponsel Sakura mati total. Ia segera menelepon Chanyeol dan bertanya perihal kabar media iklan yang akan digunakan. Terpaksa Chanyeol menghubungi Sakura melalui Bram, bawahan kepercayaannya.
Bram menemukan Sakura yang terluka. Begitulah laporan dari Bram.
Jeno tak percaya.
Ada campur tangan Haris akan kecelakaan yang menimpa Sakura. Haris lah penyebab Sakura masuk ke rumah sakit.
“Sebenarnya kamu sayang sama aku apa enggak, Kar?” tanya Jeno yang enggan menatap mata sang istri.
Tentu saja Karina terdiam mendengar pertanyaan sang suami. Kenapa Jeno bertanya dengan nada yang sedikit tinggi?
“Bapak yang menemukan tunangan saya di gudang perusahaan?” seorang pria berpakaian ala preman—jaket kulit, celana jeans robek, dan sepatu boots—menghampiri Bram yang baru saja keluar dari ruangan tempat Sakura dirawat.
Sakura tak sadarkan diri karena ada pembuluh darah di dalam kepalanya yang pecah. Keluarganya begitu sedih, begitupula pria berwajah tampan yang sedikit garang yang baru saja bertanya pada Bram.
Pria itu menyampirkan snelli-nya dan stetoskopnya pada pundak. Apakah pria itu dokter?
Bram memandang pria di hadapannya dengan penuh tanda tanya. Siapa? Tunangan Sakura? Bram tidak tahu akan hal ini. Mungkin karena ia tidak dekat dengan Sakura dan tidak peduli tentang kehidupan orang-orang di kantor.
Mata pria itu tampak merah akibat menangis. Suaranya juga terdengar sengau.
Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam.
Karina hanya diam melirik suaminya yang tak mau berbicara padanya setelah melayangkan pertanyaan apakah Karina cinta padanya tapi Karina juga tak menjawabnya.
Tak ada lagi percakapan mereka setelah itu.
Jeno tak kunjung masuk ke dalam kamarnya. Begitupula Karina.
Mereka seakan-akan menunggu satu sama lain untuk berbicara, tapi tak ada satupun yang memulai.
Ting tong...
Bel rumah berbunyi.
Otomatis sepasang suami istri itu menoleh ke arah ruang tamu.
Jeno segera berdiri. Begitupula Karina. Karina membiarkan Jeno berjalan terlebih dahulu ke ruang tamu.
Pintu rumah dibuka oleh Jeno. Pria itu berjalan keluar rumah diikuti oleh Karina yang sedikit menjaga jarak dengannya karena takut akan atmosfer di sekitar suaminya.
Mereka berdua melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan badannya yang tegap tengah berdiri di depan gerbang rumah yang terkunci.
“Cari siapa?” tanya Jeno yang mencoba melihat lebih jelas wajah tamu mereka yang datang hampir di tengah malam itu.
“Anda Bapak Jeno, kan?” tanya pria itu. Ia mendapat alamat Jeno dari teman kantor Karina yang belum pulang dari rumah sakit magrib tadi.
Jeno mengangguk.
“Saya...” pria itu melirik Karina, membuat tangannya terkepal kuat. “... Saya mau bicara dengan Anda.”
“Silahkan,” ucapnya. Jeno enggan membuka pintu gerbang.
Pria itu menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya ia ingin menghajar Jeno karena membuat Sakura berakhir seperti ini. Namun, ia tak boleh langsung menyimpulkan, walau praduganya seratus persen ia yakin benar.
“Saya bersyukur akan kejadian ini,” kata pria itu berbicara pada Jeno dengan perasaan sedih dan marah.
“Saya jadi tahu kalau tunangan saya sebenarnya butuh perhatian dari saya. Namun, karena kejadian ini kemungkinan kesempatan saya memberikan perhatian padanya akan lebih kecil,” kata pria itu.
Sungguh. Jeno dan Karina tak mengerti akan perkataan pria itu.
“Apa maksud Bapak?” tanya Jeno.
Karina menatap pria itu dengan perasaan was-was. Bagaimana kalau pria itu orang jahat yang ingin merampok rumah mereka?
“Anda yang membuat tunangan saya opname di rumah sakit, kan?” tuduh pria itu.
Jeno dan Karina langsung tahu siapa pria itu. Dia pasti tunangan Sakura.
“Maksud Bapak?” Jeno tak terima dituduh seperti itu.
“Anda yang sudah mencelakai tunangan saya. Saya mau Anda bertanggung jawab dan menyerahkan diri ke kantor polisi untuk diperiksa,” pria itu segera mengeluarkan kartu tanda kepolisiannya.
Pintu mobil sedannya yang terparkir di luar gerbang langsung terbuka, memperlihat dua polisi yang sedari tadi memantau dari dalam mobil dan memilih keluar saat tunangan Sakura menunjukkan kartu kepolisiannya.
Dua polisi dari dalam mobil segera menghampiri mereka dan salah satunya menunjukkan surat pemanggilan saksi atas kasus yang menimpa Sakura.
Jeno menoleh ke arah Karina.
“Aku ke kantor polisi. Kamu jaga rumah,” kata Jeno dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)
Chick-Lit⚠️ MY BABY IN HER TUMMY Hamil bukanlah daftar dari rencana Karina. ⚠️ If You Are Reading This Story On Any Other Platform OTHER THAN WATTPAD, You Are Using Likely To Be At Risk Of A Malwares Attack. The Original Story Only You Find On Wattpad. - Zak...