Delapan Belas

1.1K 121 13
                                    



⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.












Selamat Membaca ❤️💫











"Rin, ini asam folat buat Lo. Gue tadi beli di apotek. Terus ini gue juga beli kalsium. Bagus untuk Ibu hamil supaya tulangnya gak dipake untuk bayi. Tapi jangan kebanyakan juga entar gak bagus buat ginjal. Gue beli buntut sama rusuk sapi juga, nih. Bagus untuk ibu hamil. Lo kan darah rendah, gue juga beliin suplemen penambah darah buat Lo," Rose baru saja pulang belanja. Gadis itu ditemani sepupu perempuannya yang baru lulus SNBT di UI jurusan Pendidikan Kedokteran yang baru saja pengumuman kurang lebih dua minggu lalu.

"Rin?" kepala Rose melongok dari balik dinding dapur untuk memastikan Karina yang rebahan di sofa mendengarnya.

Ah, Karina ternyata masih tidur. Mungkin efek hamil wanita itu jadi lebih mudah lelah.

"Joanna, tolong bangunin Kak Karin, suruh pindah ke kamar aja. Tidur di sofa gak bagus," kata Rose meminta tolong pada sepupu perempuannya.

Gadis bernama Joanna itu mengangguk. Ia berjalan menghampiri Karina.

"Kak Karin, bangun, Kak," gadis itu merunduk sambil menepuk pelan pipi wanita yang tengah hamil empat bulan di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak Karin, bangun, Kak," gadis itu merunduk sambil menepuk pelan pipi wanita yang tengah hamil empat bulan di hadapannya.

Terdengar suara lenguhan Karina. Wanita itu membuka matanya dan mendapati Joanna tersenyum padanya.

"Ada apa Jo?" tanya Karina yang sudah cukup akrab dengan gadis yatim yang telah ditinggal mati ibunya sejak lahir, sementara ayahnya hidup bahagia dengan wanita lain. Suaranya terdengar lemah dan serak karena ia menangisi takdirnya. Mengingat-ingat hari-hari sebelumnya, membuat ia semakin tak bergairah menjalani hari. Apalagi suaminya benar-benar enggan menatapnya kala tanpa sengaja ibu mertuanya datang ke rumah Rose untuk menemui Aline.

"Kak Karin gak pindah? Nanti pegel-pegel, lho," kata gadis itu. Setiap kali melihat Karina, entah kenapa mata Joanna berkaca-kaca. Ia teringat ibunya yang katanya hamil tanpa didampingi suami karena suaminya selingkuh dengan perempuan lain. Mungkin, kasus Karina berbeda dengan kasus ibunya. Hanya saja, persamaan kalau ibunya dan Karina sama-sama membesarkan kandungan sendiri, hal itu membuat dirinya sesak. Apa ibunya juga seprihatin Karina yang tampak kurus, dan tak terlihat ceria?

Karina menggeleng. Wanita itu terlalu lemah untuk berjalan ke kamar. Suhu tubuhnya meningkat sejak Rose dan Joanna pergi berbelanja. Wanita itu sungguh sungkan mengatakan kalau ia tak enak badan. Ia tak ingin membebani Rose yang selalu bilang tidak akan pernah terbebani dalam hal membantu Karina.

Joanna tahu pipi Karina hangat. Gadis perasa itu tahu kalau Karina demam. Gadis itu juga tahu kalau Karina pasti habis menangis sewaktu Rose dan dirinya pergi berbelanja.

Gadis yang genap berumur delapan belas tahun dua hari yang lalu itu pergi ke kamar untuk mengambil bantal, guling, dan selimut.

"Pake bantalnya di kepala, gulingnya di antara paha, dan selimutnya untuk nyelimutin Kak Karin," kata Joanna yang menyelipkan bantal, memberikan guling, dan menyelimuti Karina.

4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang