Dua Puluh Tiga

1.2K 124 38
                                    


⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.











Selamat Membaca 🌼🌼




Maaf kalau ada salah ketik ya 🙏🏻








Aline hampir saja menabrak seorang wanita setelah keluar dari lift karena ia sibuk mengirim pesan dengan seseorang. Gadis itu terlalu fokus dengan gawainya hingga tak memperhatikan sekitarnya.

Gadis itu berhenti dengan bibir terkatup sesaat netranya melihat sosok wanita cantik yang terlihat kurus meskipun ia tengah hamil lima bulan.

“Mbak Karina?” Aline menyapa lebih dulu setelah dua menit pintu lift terbuka sementara dirinya dan Karina berdiri tanpa ada yang bergerak dari tempat masing-masing.

Aline cukup canggung mendapati situasi mereka saat ini. Tadinya Aline pikir ia akan akrab dengan Karina karena Karina adalah teman Rose. Namun, setelah dipikir-pikir kembali, rasanya ia tak bisa untuk akrab dengan Karina. Bukan karena ia tak suka, hanya saja ia segan. Apalagi ia tahu kalau Karina tahu Jeno mendekatinya. Ia merasa salah meskipun ia telah menolak Jeno.

Karina tersenyum. “Hai, apa kabar?” tanyanya.

Karina terlihat cantik dengan dress sebatas betis bermotif bunga-bunga yang bagian atasnya ditutup dengan jaket denim longgar. Wanita itu membawa tas jinjing.

“Baik. Mbak?” tanya Aline. Ia cukup menjaga jarak dan bersikap lebih sopan semenjak Jeno dan Rahayu datang ke rumah Rose dimana saat itu ada Karina.

Aroma susu.

Aline pernah bilang ia beraroma susu. Aroma itu begitu tercium di hidung Karina.

Manis dan gurih.

Karina ingin memeluknya karena aromanya menenangkan baginya. Kenapa ya? Apa karena ia tengah hamil? Kenapa baru sekarang ia menyukai aroma itu? Apa begitu menyengat di penciumannya?

“Baik,” balas Karina.

Aline mengangguk.

“Bagus kalau gitu. Aku duluan ya, Mbak,” kata Aline yang berniat untuk pamit karena ia benar-benar ingin menghindar.

Bukan karena ia suka pada Jeno sehingga ia ingin menghindar dari Karina.  Bukan. Ia hanya merasa tak enak pada Karina. Rasanya begitu aneh bertemu dengan istri dari pria yang menginginkannya saat ia benar-benar tak menginginkan kehadiran pria itu dalam hidupnya.

Karina menahan tangan Aline.

“Aline, sebentar,” cegah Karina.

Langkah kaki Aline terhenti. “Ya, Mbak?”

“Saya datang ke rumah sakit bukan untuk konsultasi. Hanya saja saya mau ketemu sama kamu,” kata Karina. Senyum Karina terlihat mendung karena senyum itu tidak menyiratkan kebahagiaan.

“Saya?” darah seakan berdesir ke jantung gadis penderita jantung itu. Apa yang akan terjadi? Kenapa Karina ingin bertemu dengannya?

Karina mengangguk.





























“Dimsum udang brokoli?” Jeno membuka sekotak bekal pemberian Aline. Tak disangka-sangka Aline datang ke ruangannya hanya untuk memberikan bekal makan siang.

“Kenapa tiba-tiba?”

Aline tersenyum kecil. “Saya gak akan pernah bisa menerima lamaran Pak Jeno. Itu bukan sebuah tanda penerimaan saya. Tapi...” ucap Aline sopan karena mereka berada di lingkungan kantor. Meskipun tidak ada orang lain selain mereka di ruangan, Aline menyebut Jeno dengan embel-embel “Pak”.

4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang