Tujuh Belas

1K 107 17
                                    


⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.




Selamat Membaca ❤️💫













“Aline Sanjaya,” Aline tersenyum menyambut sambutan tangan Karina kala ia mengulurkan tangan pada Karina seusai pemeriksaan kandungan Karina.

Gadis itu diajak Rose ke rumahnya untuk melepas rindu. Kebetulan besok weekend dan Aline setuju untuk menginap di rumah Rose. Ia mengenal Rose cukup baik karena Rose adalah adik dari teman kakak laki-lakinya.

Sirkel pertemanan kecil itu tetap bertahan meskipun orang-orangnya tidak sering bertemu maupun berkomunikasi. Komunikasi mereka hanya sedikit dan kadang bahkan mereka sanggup untuk tidak berkomunikasi hampir setahun lamanya.

Kala hari besar maka mereka akan berkomunikasi, setelah itu? Mereka kembali asing. Mereka tahu hubungan pertemanan kecil mereka bukanlah pertemanan yang begitu dekat, tapi bukan begitu jauh juga.

Rose bahkan tidak tahu kalau sudah berada di Indonesia karena mereka tidak selalu memberi kabar. Rose hanya tahu kabar Aline kalau kakak laki-lakinya menyebut Aline dalam percakapan mereka.

Namun, kadang mereka bisa menghabiskan waktu satu-dua hari hanya untuk liburan bersama. Seperti itulah hubungannya dengan Aline. Mereka tidak begitu dekat, tapi tidak begitu jauh.

“Karina Wibowo,” balas Karina yang sudah duduk di kursi sofa dibantu Rose dan Aline. Karina bisa sendiri, tapi dua perempuan itu tetap memaksa untuk membantunya. Alhasil ia menerima bantuan itu walau terjadi perdebatan kecil antara ketiganya.

Aline tidak mungkin mengatakan kalau ia adalah orang yang ditawarkan untuk menjadi istri dari suami Karina. Gadis itu tidak sampai hati apalagi Rose menceritakan siapa Karina dan mengapa Karina tinggal di rumahnya sepanjang perjalanan di dalam mobil yang Rose kemudi.

Aline hanya perlu bersikap tidak tahu apa-apa tentang kehidupan rumah tangga Karina karena ia tidak ingin Karina malu kalau ia tahu.

Aline juga tahu kalau Karina katanya selingkuh dengan seorang pria.

Gadis itu cukup menyayangkan pilihan Karina selingkuh dari Jeno. Tatapan gadis itu jatuh pada perut Karina yang tertutup pakaian. Apa benar itu bukan anak Jeno?

“Anak pertama?” tanya Aline pada Karina yang sebaya dengannya. Karina dan Aline sama-sama sudah menginjak umur dua puluh delapan tahun. Bedanya, Aline belum menikah, dan Karina sudah menikah.

Karina mengangguk.

“Pasti dia bakal jadi anak yang ganteng kayak Mamanya kalau laki-laki,” kata Aline dengan senyum hangatnya. Gadis itu menyayangkan pilihan Jeno dan Karina yang akan berpisah. Apa tidak bisa untuk tidak bercerai?

Aline teringat kakak laki-lakinya yang memutuskan untuk tidak pernah menikah dengan siapapun karena kakak laki-lakinya tahu bahwa dirinya tak akan pernah bisa membahagiakan perempuan yang akan menjadi istrinya.

Ada satu dari banyaknya keputusan dalam hidup yang membuat seseorang tidak menikah. Bukan tidak mau mengikuti ajaran agama, hanya saja kakak laki-lakinya memang memiliki kekurangan yang malu untuk diutarakan pada siapapun kecuali pada keluarga.

Mungkin kakak laki-lakinya bisa menghasilkan keturunan, hanya saja, apa semua wanita menerimanya? Untuk hal sensitif itu, kakak laki-lakinya tidak akan bisa menghasilkan keturunan dengan upayanya sendiri. Itu sebabnya ia memilih untuk tidak menikah karena malu dan tak bisa memuaskan istrinya kelak.

Ah, hal ini memang sensitif sekali. Kadang Aline dan Daniel menertawakan itu, tapi mau bagaimana? Itu sudah takdir yang diberikan Yang Maha Kuasa.

Membenci takdir bukannya juga membenci sang pemberi takdir?

4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang